*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Seperti
halnya di pantai utara (pulau) Jawa, di pantai selatan (pulau) Jawa banyak kota-kota
pelabuhan (kerajaan-kerajaan kecil di pantai) yang eksis sebelum (kerajaan)
Demak menduduki kota pelabuhan Banten. Kerajaan-kerajaan kecil di pantai utara
antara lain Tangerang, Tanara, Pontang, di pantai barat Anjer dan Panimbang dan
di pantai selatan Sibongar, Sisurade dan Djampang Kulon.
Kerajaan-kerajaan kecil di pantai selatan
(pulau) Jawa ini berdasarkan peta-peta Portugis antara lain Sebongar, Sesucar
dan Junculon. Kerajaan Sebongar ini diduga nama tempat Tjiboengoer di sungai
Tjimandiri (arah hulu Pelabuhan Ratu yang sekarang). Sementara Sesucar diduga
nama tempat Surade yang sekarang. Sedangkan Junculon, adalah nama wilayah
Djampang Kulon yang mereduksi menjadi Djoeng Kulon. Nama (pulau) di pantai
barat Oedjoeng Koelon adalah hal yang lain. Pada peta-peta yang lebih tua
buatan (berbahasa) Italia (Peta 1570) di pantai utara (pulau) Jawa diidentifikasi
kota Demak dan Japara. Sementara di pantai selatan (pulau) Jawa diidentifikasi kota
Angaina dan Aionaora. Nama yang mirip dengan Angaina ini adalah nama Angsana di
pantai barat daya Banten (kini nama kecamatan Angsana, kabupaten Pandeglang).
Nama tempat yang mirip dengan sulit diketahui. Pelabuhan Angaina berada di
pantai selatan dan Aionaora berada di daerah aliran sungai, yang diduga sungai
Tjimandiri tempat dimana kemudian diidentifikasi nama tempat Tjobongar. Dua
nama tempat ini diduga adalah pelabuhan (kerajaan) Pakwan-Padjadjaran di pantai
selatan Jawa.
Di
pantai selatan, tidak jauh dari kerajaan-kerajan kuno di atas, terdapat dua
pulau. Pulau ini sudah sejak lampau diidentifikasi dan masih eksis hingga ini
hari yang dikenal sebagai Pulau Deli dan Pulau Tinjil (masuk wilayah kabupaten
Pandeglang). Lantas apa menariknya sejarah dua pulau ini? Hal itulah yang ingin diketahui. Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya
untuk lebih menekankan saja*.
Nama-nama Kerajaan Kuno
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Pulau Kalapa dan Pulau Tinjil
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar