*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Pada tahun 2001 ini akan diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON), suatu ajang pertemuan para atlit terbaik dari semua provinsi di Indonesia. Pertemuan olahraga nasional yang akan diadakan di kota Jayapura, provinsi Papua adalah puncak pencapaian prestasi nasional untuk mengukur siapa yang menjadi atlit Indonesia di ajang internasional. Dalam hal ini provinsi Papua akan menjadi tuan rumah yang dipusatkan di Kota Jayapura (dan didukung kota Sentani, Mimika dan Merauke, PON di Jayapura ini merupakan PON yang ke-20 sejak PON yang pertama di Kota Solo pada era Perang Kemerdekaan 1948..
Lantas bagaimana sejarah PON di Solo hingga Jayapura? Lalu bagaimana partisipasi dan prestasi atlit Papua? Sesungguhnya atlit berprestasi terdapat di semua provinsi termasuk di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat. Apa penting latar belakang sejarah PON ini ditulis? Tentu saja sangat berguna untuk melihat partisipasi dan prestasi atlit Papua dari satu PON ke PON berikutnya jelang penyelenggaraan PON di Jayapura. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pekan Olahraga Nasional Sejak 1948
Pekan Olahraga Nasional (PON) yang menggambarkan warna nasional baru terwujud pada PON ke-2 di Jakarta pada tahun 1951. Pada PON ke-1 di Solo dalam situasi dan kondisi Perang Kemerdekaan Indonesia hanya diikuti wakil-wakil dari beberapa Kota dan beberapa Karesidenan di (pulau) Jawa. PON pertama ini diadakan di stadion Sriwedari Solo 9-12 September 1948 yang dibuka oleh Presiden Soekarno (catatan: ibu kota RI berada di Jogjakarta).
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dan RI(S) dibubarkan dengan kembali menjadi (NK)RI, PON ke-2 yang diselenggarakan di Jakarta (ibukota negara) partisipannya tidak hanya dari Jawa, juga dari Sumatra, Kalimantan Sulawesi dan Maluku. Ini dimulai setelah terbentuknya Panitia Pusat Pekan Olahraga Nasional Kedua 1951 dan telah mengumumkan pembagian wilayah peserta dan persyaratan yang diperlukan seorang atlit (lihat Nieuwe courant, 22-05-1951).
Panitia Pusat Pekan Olahraga Nasional tersebut mengumumkan hal-hal berikut: Pembagian kontingen ke Jakarta, tempat diselenggarakannya pekan olahraga, berlangsung menurut provinsi. Untuk ini Indonesia terbagi menjadi 13 divisi: Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kepulauan Sunda Kecil dan Maluku serta Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan en Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Selatan dan sebagai tuan rumah Kotamadya Jakarta-Raya. Mereka yang ingin mengikuti pekana olahraga ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Warga Negara Indonesia. amatir dan kartu tanda penduduk suatu tempat pada tanggal 1 Agustus 1951. Pendaftaran terakhir ditutup pada 1 September. Pembina Panitia Pusat Pekan Olahraga Nasional Kedua ini adalah Presiden Soekarno dan dalam penyelenggaraan pekan olahraga ini akan diarah untuk mengikuti Olimpiade Internasional.
Sehubungan dengan itu, Ketua Panitia Persiapan Pekan Olahraga Nasional di Jakarta, Dr. Halim menyatakan akan membangun stadion yang disebut IKADA. Stadion ini dibangun semi permanen (lihat De vrije pers : ochtendbulletin, 26-05-1951). Dalam persiapan ini disebutkan panitia meminta bantuan dari asosiasi bioskop, pengadaan prangko dan subsidi dari pemerintah.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
PON ke-20 di Jayapura, Papua 2021
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
SEJARAHKU ESSOKYA...
BalasHapus