*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada hubungan sejarah Filipina dan Indonesia? Tentu saja ada. Namun apa pentingnya mempelajari sejarah Filipina? Satu yang pasti Sejarah Menjadi Indonesia tidak cukup hanya memperlajari sejarah di pulau-pulau Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua). Untuk mengetahui Sejarah Menjadi Indonesia secara komprehensif jelas diperlukan pemahamana dari sisi luar (Semenanjung, Brunai, Sarawak dan Sabah, Australia, Papua Nugini dan Filipina). Pendekatan semacam tersebut selama ini tentu saja tidak lazim. Namun faktanya Sejarah Menjadi Indonesia terhubung dengan wilayah lain. Hal itulah mengapa perlu mempelajari Sejarah Filipina.
Sejarah Filipina akan dipelajari lebih lanjut dari berbagai aspek. Setiap aspek ditulis pada setiap artikel sendiri. Serial artikel Sejarah Filipina ini mendampingi serial artikel Sejarah Singapoera (Federasi Malaysia) dan serial artikel Sejarah Australia dalam upaya memahami Sejarah Menjadi Indonesia. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe Sejarah Filipina dengan artikel pertama: Asal Usul Filipina Dimulai Sejak Kapan?
Asal Usul Filipina Dimulai Sejak Kapan?
Seperti halnya di Indonesia, Filipina yang terdiri dari ribuan pulau itu, juga terdiri dari berbagai etnik (suku bangsa). Salah satu etnik di Filipina, Visaya mengakui berasal dari Sriwijaya. Ada yang menyebut Visaya merujuk pada nama Sri-Vishaya, Meski demikian adanya, para ahli belum menemukan ada bukti secara jelas apakah etnik Visaya bagian keturunan Sriwijaya. Selain itu juga tidak ada bukti secara fisik bahwa Sriwijaya pernah berkuasa di wilayah Filipina. Pada masa kini, (kepulauan) Filipina terdiri dari tiga (kelompok) etnik besar: etnis (kolompok) Luzon di bagian utara, etnis (kelompok) Visaya di bagian tengah dan etnis (kelompok) Mindanao di bagian selatan. Seperti halnya di Indonesia, tentu saja berbagai etnik (bahasa) di Filipina memiliki asal-usul yang berbeda.
Menurut sumber Cina, sebelum kedatangan orang Spanyol, Manila berada di laut tenggara 300 mil dari Cina. Pedagang-pedagang Cina lalu lalang antara Cina dan Manila (lihat Opmerkingen van den Chinees Ong Hoe Hoe gedurende zijn verblijf in den Indischen Archipelago yang dimuat dalam Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1852). Penampilan penduduknya memiliki beberapa kemiripan dengan orang Cina. Pulau Luson (Lesong) kaya akan produk emas, mutiara, kura-kura, kamper, sarang burung yang dapat dimakan, tripang, kayu gubal dan kayu hitam serta ikan asin.
Menurut Mendes Pinto yang mengunjungi Kerajaan Aroe (Battak Kingdom) dari Malaka pada tahun 1539 mencatat bahwa tentara Aroe terdiri dari tentara Batak dan yang berasal dari Indragiri, Djambi, Borneo dan Luzon. Pasukan ini diperkaya oleh orang-orang Moor. Disebutkan Mendes Pinto kerajaan Aru pernah menyerang Malaka.
Kerajaan Aru berada di daerah aliran sungai Baroemoen (B-aroe-moen). Suatu wilayah yang sudah eksis sejak zaman kuno. Setelah militer (Kerajaan Chola) menaklukkan Sriwijaya, wilayah daerah aliran sungai ini dibangun sekitar abad ke-11. Sisa peninggalan Chola tersebut pada masa kini dikenal sebagai Candi Padang Lawas (kini di Tapanuli bagian selatan). Berakhirnya era Hindoe-Boedha di daerah aliran sungai ini muncul Kerajaan Aroe (kerajaan yang menguasai seluruh bagian utara pulau Sumatra). Orang Moor sendiri adalah pelaut-pedagang berasal dari Afrika Utara di laut Medieterania (kini Morocco dan Tnnisia) beragama Islam yang sebelum bergeser ke pantai timur Sumatra dan Semenanjung Malaya sudah sejak lama membentuk koloni di Gujarat, Surate dan Goa (pantai barat India). Orang Moor yang pernah menaklukkan Portugis dan Spanyol pada era Dinasti Abbasiah dapat dikatakan pendahulu (predecesson) orang Portugis dan Spanyol ke Hindia Timur. Orang-orang Moor awalnya bermukim di tenggara Malaka di Muar (merujuk pada nama Moor, Moar dan Moear). Sedangkan di Malaka tempat bermukim orang-orang India. Nama Malaka sendiri sebutan orang Moor untuk Malaya yang merujuk pada Himalaya, Kota Malaya atau Malaka menjadi nama kota, dan nama Malaya menjadi nama wilayah (semenanjung). Orang-orang Moor juga ada yang berada di pulau (pulau Moro di Riau).
Dari keterangan Mendes Pinto seperti disebut di atas, sudah ada hubungan yang terbentuk di masa lalu antara pantai timur Sumatra (Kerajaan Aru) dengan pulau Luzon (di Filipina sekarang). Bukti adanya hubungan yang kuat antara Kerajaan Aru dan Luzon karena adanya tentara Kerajaan Aroe juga diperkuat dari Luzon. Kerajaan Aru juga diperkuat dari Djambi, Indragiri dan Minacabo (Minangkabau). Saat Mendes Pinto berkunjung tahun 1539, Kerajaan Aru sedang bermusuhan dengan Atjeh.
Pelaut Spanyol pada dasarnya sudah mengunjungi Filipina pada tahun 1521 (sepuluh tahun setelah Portugis menaklukkan Malaka, 1511). Orang Portugis sendiri baru tahun 1524 mengunjungi kota pelabuhan Boernai (yang kemudian nama pulau disebut pulau Borneo). Diduga karena kalah bersaing dengan Portugis di Maluku, Spanyol memperluas perdagangannya ke Filipina dan mendirikan koloni di San Miguel di pulau Cebu pada tahun 1565. Orang-orang Portugis baru mencapai pulau Luzon di teluk Manila pada tahun 1571
Berdasarkan sumber Cina sebagaiana dapat dibaca dalam Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1852, bahwa pada masa pemerintahan Beng orang Spanyol merebut Manila dan membangun sebuah kota disana bernama Koo-toe yang terletak di suatu pulau bagian luar teluk Manila. Mereka membentengi pulau Kang-Yit di sebelah barat kota agar dapat menaklukkan semua yang dekat atau jauh. Pada masa pemerintahan Kaisar Keen-lens, dari benteng, orang Eropa berambut merah (ras orang asing yang mendiami sudut barat laut laut) datang tiba-tiba dengan selusin kapal perang dan menyerang Manila. Kejadian ini seperti disebut di atas terjadi pada tahun 1571.
Wilayah kawasan laut Cina selatan ini sebelum kedatangan Portugis dan Spanyiol sudah menjadi jalur navigasi perdagangan orang-orang Moor dari selat Malaka ke Ternate melalui pantai utara Borneo terus melewati laut Celebes ke Mindanao dan ke Ternate (Maluku) melalui semenanjung Celebes. Hal itulah mengapa Mendes Pinto (1539) mencatat Kerajaan Aru memiliki pasukan yang berasal dari Luzon, pasukan yang diduga kuat dihubungkan oleh para pedagang-pedagang Moor. Sejak adanya jalur perdagangan antara Malaka dan Ternate, kawasan pulau-pulau di timur laut pulau Borneo (kini Filipina) terdapat pemukiman yang dikaitkan dengan orang-orang Moor seperti pulau Paragoa (yang merujuk pada nama Goa di India, kini pulau Palawan), pulau Panay (kota pelabuhan Panai di Kerajaan Aroe), kota pelabuhan Amoerang (semenanjung Celebes) dan pulau Batachini del Moro (kini pulau Halmahera) dan kepulauan di selatan Banda (kepualauan Aroe). Nama Maluku diduga juga terkait dengan orang-orang Moor (merujuk pada nama Malaka). Orang Portugis mengeja Malaka menjadi Malacca dan Maluku menjadi Molucca. Sebagaimana diketahui pada sumber masa kini, Gujarat, Suratte dan Goa jatuh ke tangan Portugis. Demikian juga Malaka dan Maluku. Setelah semua pos-pos perdagangan yang penting orang-orang Moor diambilalih orang Portugis barulah menyusul kedatangan orang-orang Spanyol. Kekuatan Portugis atas Spanyol di Maluku menyebabkan orang Spanyol bergeser ke Filipina. Boleh jadi pergeseran ini menjadi awal Spanyol membentuk koloni di Manado, Sangir dan Talaud serta di pulau Cebu pada tahun 1565 dan di pulau Luzon (Manila) pada tahun 1571.
Pada tahun 1597 pelaut-pelaut Belanda dari Texel yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Hindia Timur dan sebelum pulang berkunjung ke Bali dan meninggalkan dua pedagangnya. Pada tahun 1598 dari Utrecht pelaut Belanda berangkat mengikuti jalur Magellan yang dipimpin oleh Oliver van Noort. Pada tahun 1601 tiba Dieven-Eylanden en Manilha (lihat Hollands rijkdom, behelzende den oorsprong van den koophandel, en van de magt van dezen staat., 1780). Disebutkan Oliver van Noort mendapatkan keuntungan lebih dari Portugis yang datang untuk menyerangnya dengan dua kapal perang yang besar. Dalam perjalanan pulang Oliver van Noort berlayar ke Borneo (lihat Peta Oliver van Noort, 1601) dan dari sana ke Joartan, lalu ke arah Balembouang (Blambangan) dan terus ke selatan mengelilingi Jawa dan lalu melanjutkan perjalanannya, melewati Goode Hoop ke Belanda. Sejak itu pelaut-pelaut Belanda melakukan revans terhadap pelaut-pelaut Portugis.
Pada tahun 1605 pelaut-pelaut Belanda yang dipimpin oleh Steven van der Hagen tiba di Bali dan kemudian merangsek ke Maluku dan menaklukkan Portugis di Amboina (benteng Voctoria dikuasai). Sejak ini kekuatan Belanda semakin kuat di Maluku dengan mengusir Portugis dari Banda. Pada tahun 1612 pelaut-pelaut Belanda kembali menaklukkan Portugis di Timor. Portugis hanya tersisa di Ternate di (kepulauan) Maluku. Ternate sebelumnya dikuasai Portugis setelah lebih dahulu mengusir Spanyol dari Ternate (seperti disebut dia atas lalu Spanyol menyingkir ke Filipina). Kehadiran Belanda dan banyaknya kemenangan Belanda disambut gembira oleh pedagang-pedagang Moor. Pada tahun 1643 Belanda menaklukkan Portugis di Malaka dan kemudian kembali Belanda menaklukkan Portugis di Ternate pada tahun 1657. Orang-orang Moor kembali mendapat angin dan bekerjasama dengan pedagang-pedagang Belanda. Portugis tersingkir dan satu-satunya pos perdagangan yang tersisa di Macao. Belanda (VOC) menjadi satu-satunya kekuatan utama di Hindia Timur (minus Spanyol di Filipina).
Dengan terusirnya Portugis dari Hindia Timur oleh VOC (Belanda) orang-orang Moor menjadi second striker dalam pedagangan domestik di Hindia Timur untuk saling mendukung dengan pedagang-pedagang VOC. Koloni-koloni orang Moor yang diakusisi oleh Portugis diambilalih kembali oleh orang-orang Moor seperti di selatan Malaka, pantai utara Borneo, Paragoa, Mindanao, semenanjung Celebes dan Halmahera. Orang-orang Moor yang beragama Islam mulai memasuki wilayah pantai utara Jawa dan kepulauan Soenda Ketjil (terutama di Soembawa). Orang-orang Moor juga mulai melakukan perlawanan (pembangkangan) terhadap orang-orang Spanyol di Filipina (seputar kawasan Mindanao, pulau Parago dan kepulauan Soeloe).
Orang-orang Moor sudah sejak lama terputus dengan kampong halaman di Afrika Utara. Musuh lama (Portugis dan Spanyol sudah dientaskan Belanda). Orang-orang Moor sudah menganggap dirinya sebagai orang Hindia Timur daripada orang Afrika Utara. Orang Moor di Jawa oleh penduduk pribui disebut sebagai Orang Kodja dan orang Moor di Filipina disebut oleh penduduk pribumi sebagai Orang Moro. Filipina menjadi terbagi dua wilayah penyebaran agama: di utara oleh orang Spanyol agama Katolik dan di selatan oleh orang Moor agama Islam. Orang Moro juga ditemukan di Halmahera (Morotai), di pantai timur Celebes (Morowali) dan di pulau Karimun, Riau (pulau Moro).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Filipina: Spanyol, Amerika Serikat hingga Jepang
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar