*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Secara historis teluk Tomini lebih terbuka ke utara dan timur di Ternate. Pada awalnya wilayah teluk Tomini berada di bawah yurisdiksi Kerajaan Ternate, kerajaan yang wilayah yurisdiksinya mencapau teluk Kaili (teluk Donggala), Dalam perkembangannya pengaruh Kerajaan Ternate semakin berkurang pada era Pemerintah Hindia Belanda sehubungan dengan pembentukan Residentie Manado (pemekaran dari Residentie Ternate). Wilayah teluk Tomini kemudian menjadi tarik menarik antara pemerintahn yang berpusat di Manado dan pemerintahan yang berpusat di Makassar.
Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa di teluk Tomini? Seperti disebut di atas berbagai wilayah etnik menghadap ke teluk Tomini. Namun bahasa yang terpenting di bagian dalam teluk adalah bahasa Tomini yang terdiri dari dialek Tialo dan dialek Lauje. Lalu bagaimana peran bahasa-bahasa teluk Tomini sejak masa lampau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Bahasa-Bahasa di Teluk Tomini: Bahasa Tomini dan Bahasa Togian
Sebenarnya wilayah yurisdiksi Kerajaan Ternate sejak era VOC sudah banyak berkurang, namun pada era Pemerintah Hindia Belanda, wilayah yurisdiksi Kerajaan Ternate masih sangat luas, bahkan hingga teluk Tomini. Akibatnya, wilayah teluk Tomini kurang berkembang dan pengetahuan tentang dinamika di teluk Tominiu kurang terinformasikan. Pemerintah Hindia Belanda mulai memekarkan Residentie Ternate dengan membentuk Residentie Manado (lihat Bataviasche courant, 07-08-1824). Satu wilayah yang sudah agak berkembang di teluk Tomini adalah wilayah Gorontalo dan wilayah Minahasa bagian selatan (Kema dan sekitar). Perkembangan ini terutama sejak era VOC.
Pada era VOC pelaut-pelaut Belanda memanfaatkan benteng di sungai Bone tersebut. Sebagaimana diketahui setelah VOC berhasil mengusir Portugis di Maluku, menyusul orang-orang Spanyol diusir dari Manado pada tahun 1657 (dengan membangun benteng Amsterdam di muara sungai Tondano; kota Manado yang sekarang). Benteng di muara sungai Tondano dan di muara sungai Bone inilah yang menjadi basis perdagangan Belanda selama era VOC. Pedagang-pedagang VOC tidak memasuki wilayah teluk Tomoni lebih dalam, fungsi itu diperankan oleh pedagang-pedagang Gorontalo (pedagang-pedagang VOC lambat laun semakin kurang intens di teluk Tomini)..
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Tomini: Dialek Tialo dan Lauje
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar