*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Nama teluk Tomini
mengikuti nama orang Tomini. Nama Tomini kini juga menjadi nama kecamatan di
kabupaten Parigi Moutong. Orang Tomini umumnya berada di wilayah kabupaten Parigi
Moutong. Orang Tomini bebahasa Tomini, suatu bahasa yang berbeda dengan bahasa
Bare’e (Poso) dan bahasa Kaili Ledo (Palu). Nama Tomini begitu penting sejak
tempo doeloe.
Pada tahun 2002 kabupaten Donggala dimekarkan dengan
membentuk kabupaten Parigi Moutong. Ibu kota berada di Parigi. Pada saat ini kabupaten
Parigi Moutong terdiri dari 23 kecamatan, yaitu: Ampibabo, Balinggi, Bolano, Bolano
Lambunu, Kasimbar, Mepanga, Moutong, Ongka Malino, Palasa, Parigi, Parigi Barat,
Parigi Selatan, Parigi Tengah, Parigi Utara, Sausu, Siniu, Sidoan, Taopa, Tinombo,
Tinombo Selatan, Tomini, Toribulu dan Torue. Wilayah kabupaten ini tempo doeloe
terdapat dua kerajaan yakni Kerajaan Parigi dan Kerajaan Moutong. Kerajaan
Parigi disebut berdiri pada tahun 1515 yang mana raja pertama yang memerintah
adalah Makagero yang di lantik oleh Francisco Lesa, seorang gubernur Portugis.
Saat itu wilayah Kerajaan Parigi terdiri dari empat wilayah; yaitu Lantibu,
Masigi, Toboli, dan Dolago. Sementara Kerajaan Moutong berada di kecamatan
Tinombo. Selain Kerajaan Parigi dan Kerajaan Moutong, kerajaan-kerajaan lain
yang berada di sekitar Palu (kabupaten Donggala) adalah Kerajaan Palu, Kerajaan
Sigi Dolo, Kerajaan Kulawi, Kerajaan Biromaru. Kerajaan Banawa dan Kerajaan
Tawaili.
Lantas
bagaimana sejarah Parigi Moutong? Seperti disebut di atas tempo doeloe terdapat dua
kerajaan (Parigi dan Moutong) yang kini namanya disatukan menjadi nama
kabupaten. Lalu apa keutamaan Parigi dan Moutong di teluk Tomini sejak masa
lampau? Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Tomini: Orang Tomini di
Kampong Tomini di Teluk Tomini Berbahasa Tomini
Tunggu deskripsi
lengkapnya
Teluk
Tomini: Parigi dan Moutong
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar