*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Saat Indonesia ingin maju, Malaysia tampaknya menarik ke belakang. Indonesia maju karena dunia juga maju. Ibarat sarung ditarik ke atas tersingkap di bawah, jika ditarik ke bawah terbuka di atas, Sarung yang serba tanggung. Maju mundur negara atau turun naik dan turun sarung jelas berbeda. Maju mundur negara mnengikuti hukum alam. Jika bahasa Melayu di Indonesia disebut Bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia akan maju karena didukung penutur yang banyak yang pada gilirannya menyebabkan interaksi yang intens dengan penutur bahasa asing lainnya.
Lantas bagaimana sejarah tidak berguna bicara Alam Melayu di Nusantara Indonesia? Seperti disebut di atas, bahasa resmi Indonesia disebut Bahasa Indonesia dan semua suku/bangsa di Indonesia disebut Bangsa Indonesia. Akan tetapi orang Malaysia menyebut Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu dan semua orang Indonesia adalah Melayu dan semua kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan Melayu. Mengapa jumlah penduduk sedikit lebih banyak bicara dari jumlah pendudukan yang banyak? Lalu bagaimana sejarah tidak berguna bicara Alam Melayu di Nusantara Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Tak Guna Bicara Alam Melayu di Nusantara; Hukum Alam vs Politisasi Bahasa Budaya Malaysia
Tunggu deskripsi lengkapnya
Hukum Alam vs Politisasi Bahasa dan Budaya di Malaysia: Show Must Go On!
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar