*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Salah satu bagian dari sejarah local adalah
sejarah bahasa. Dalam hal ini bahasa dapat diwariskan atau diturunkan ke
generasi berikut. Oleh karena itu bahasa, yang masih eksis sekarang dapat
dijadikan sebagai data sejarah. Namun sangat jarang narasi sejarah bahasa
ditulis, dan bahasa-bahasa yang pernah eksis terutama di Bangka dan Belitung juga
kurang terinformasikan.
Bahasa Bangka atau Basé Bangka adalah bahasa dipetuturkan di Bangka Belitung. Bahasa termasuk dalam salah satu rumpun bahasa melayu-polinesia. Beberapa dialek bahasa diantaranya: dialek Bangka utara, dialek Bangka Selatan, dialek Bangka Tengah, dan dialek Lom (nama suku asli di Pulau Bangka) atau Belom atau Mapor. Berdasarkan informasi dari Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, penutur bahasa bangka mencapai 340.000 pada tahun 2000. Secara umum dialek bahasa bangka hampir mirip dengan bahasa Betawi Jakarta. Meski itu hanya kilasan saja, namun, jika diteliti lebih lanjut berdasarkan tiap tiap daerah di Bangka Belitung, maka dialek bahasa jelas berbeda. Dialek Bangka bagian timur tidak sama dengan dialek Bangka bagian Selatan. Begitu juga di daerah pulau Bangka bagian Utara dan Barat. Bangka bagian Timur dengan Ibu kota Belinyu memiliki dialek lebih kental menggunakan akhiran O dan E bahasa ngapo dan bahasa panji. Sedangkan Bangka Selatan lebih akrab dengan akhiran “E” kuat (logat melayu Malaysia). Bangka selatan seperti kota Toboali lebih akrab dengan logat menggantikan pengucapan dengan huruf “S” menjadi “H”. Bbahasa bangka daerah pusat Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka ada sisi kemiripan dan sebagian besar sama. Dialeknya lebih dominan menggunakan huruf “e” lemah seperti logat Bahasa Betawi. Bahasa ini cenderung seperti bahasa melayu pada umumnya tetapi, bahasa ini mengubah penyebutan huruf ‘e’ menjadi ‘E’. (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, tidak hanya bahasa Melayu, ada juga bahasa asal Tiongkok dan Sulawesi. Lalu bagaimana sejarah bahasa-bahasa di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Bahasa-Bahasa di Bangka dan Belitung; Tidak Hanya Bahasa Melayu, Ada Juga Bahasa Asal Tiongkok
Tunggu deskripsi lengkapnya
Di Bangka Belitung Tidak Hanya Bahasa Melayu, Ada Juga Bahasa Asal Tiongkok: Diumana Saja?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar