*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada hubungan pers Indonesia dan Kongres
Pemuda 1926 dan 1928? Yang jelas ada. Mohamad Tabrani adalah seorang jurnalis
muda di Batavia yang menjadi ketua Kongres Pemuda 1926, sementara Parada
Harahap adalah jurnalis senior yang menginisiasi terbentuknya federasi
organisasi kebangsaan Indonesia (PPPKI) tahun 1927. Dalam dua kongres pemuda
tersebut ada peran strategis Parada Harahap.
Kongres Pemuda adalah kongres nasional yang pernah diadakan 2 kali di Batavia. Kongres Pemuda I diadakan tahun 1926 dan menghasilkan kesepakatan bersama mengenai kegiatan pemuda pada segi sosial, ekonomi, dan budaya. Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi pemuda saat itu seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Betawi, dan organisasi pemuda lainnya. Selanjutnya juga disepakati untuk mengadakan kongres yang kedua. Kongres Pemuda I dilaksanakan dari tanggal 30 April - 2 Mei 1926. Kongres Pemuda I diketuai oleh Muhammad Tabrani. Kongres Pemuda II, yang diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dari PPPI, menghasilkan keputusan penting: Sumpah Pemuda. Selain itu pada kongres itu lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman juga ditetapkan sebagai lagu kebangsaan. Selanjutnya Kongres Pemuda II diselenggarakan selama dua hari (27 - 28 Oktober 1928) yang mana hari pertama diselenggarakan di gedung Katholikee Jongelingen Bond. Hari kedua di gedung Oost Java (sekarang di Medan Merdeka Utara Nomor 14). Susunan Panitia Kongres Pemuda II adalah: Ketua: Sugondo Joyopuspito (PPPI); Wakil ketua: Joko Marsaid (Jong Java); Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumateranen Bond); Bendahara: Amir Syarifoeddin Harahap (Jong Bataks Bond); Pembantu I: Djohan Mohammad Tjai (Jong Islaminten Bond); Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia); Pembantu III: Senduk (Jong Celebes); Pembantu IV: Johanes Leimana (Jong Ambon); Pembantu V: Rochjani Soe'oed (Pemuda Kaoem Betawi) (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Mohamad Tabrani dan The King of Java Press di Jawa? Seperti disebut di atas, Mohamad Tabrani adalah seorang jurnalis muda di Batavia yang menjadi ketua Kongres Pemuda 1926. Dalam Kongres Pemoeda dan Kongres PPPKI 1928 Parada Harahap memiliki peran strategis. Lalu bagaimana sejarah Mohamad Tabrani dan The King of Java Press di Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Mohamad Tabrani dan The King of Java Press di Jawa; Kongres Pemoeda, PPPKI dan Parada Harahap
Pada tahun 1925 Parada Harahap, jurnalis senior di Batavia menginisiasi pembentukan asosiasi jurnalis di Batavia, Uniknya Parada Harahap hanya mengajak jurnalis muda. Lalu terbentuk asosiasi jurnalis pribumi dan Cina yang diresmikan pada tanggal 6 Oktober. Dalam organisasi jurnalis ini sebagai ketua adalah Thabrani dan sekretaris WR Soepratman. Parada Harahap sendiri menjadi salah satu komisaris (lihat Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1925, no 41).
Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1925, no 41:
‘Berdasarkan surat kabar Hindia Baroe edisi 7 Oktober 1925 bahwa
Journalistenbond Asia diresmikan pada 6 Oktober, dan menurut laporan di majalah
ini, ketua terpilih pada pertemuan: Tabrani DI (Hindia Baroe). wakil ketua:
Kwee Kek Boeng (Sin Po), sekretaris: WR Soepratman (Alpena), bendahara Boen Joe
On (Perniagaan) dan RS Palindih (Berita). Anggota Dewan Pengawas adalah: Parada
Harahap (Bintang Hindia), Sing Yen Chen (Sin Po, edisi Mandarin), Khoe Boen
Sioe (Keng Po), Boe Giauw Tjoen (Sin Po) dan Achmad Wongsosewojo (Sastra
Rakjat), Kontribusi untuk pemimpin redaksi adalah f1,50, editor f1 dan
koresponden f 0.50 sebulan, sedangkan biaya masuk dua kali lipat. Serikat
pekerja juga telah dibentuk di Medan, sedangkan Parada Harahap akan melakukan
propaganda untuk afiliasi di Sumatera. Tentang pembentukan organisasi ini sudah
diberitakan sekitar satu bulan sebelumnya (lihat Deli courant, 02-09-1925).
Pertemuan pembentukan organisasi ini diadakan di gedung kantor berita Alpena
(pimpinan Parada Harahap) di Weltevreden (lihat De Sumatra post, 29-09-1925)..
Organisasi wartawan sudah pernah dipelopori oleh Parada Harahap di Medan tahun
1918.
Tabrani adalah pemimpin redaksi surat kabar Hindia Baroe yang terbit di Batavia. Surat kabar Hindia Baroe sendiri didirikan pada bulan Februari 1924. Parada Harahap selain pimpinan NV Bintang Hindia yang menerbitkan surat kabar Bintang Hindia, NV Bintang Hindia juga medirikan kantor berita Alpena dimana yang menjadi pemimpin redaksi adalah WR Soepratman. Bintang Hindia sendiri didirikan pada tahun 1923 di Batavia yang dipimpin oleh Parada Harahap.
Parada Harahap memulai karir jurnalistik di Medan sebagai redaktur surat
kabar Benih Mardika dan redaktur surat kabar Pewarta Deli. Pada tahun 1919
Parada Harahap mendirikan surat kabar Sinar Merdeka di Padang Sidempoean. Di
kota ini juga Parada Harahap menjadi redaktur majalah Poestaha (yang didirikan
Soetan Casajangan pada tahun 1915). Oleh karena sering terkena delik pers dan
beberapa kali di penjara akhirnya Sinar Merdeka dibreidel, pada tahun 1922
Parada Harahap hijrah ke Batavia dan kemudian mendirikan surat kabar Bintang
Hindia. Catatan: Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan adalah pendiri
organisasi mahasiswa di Belanda pada tahun 1908 yang diberi nama Indische
Vereeniging. Setelah menyelesaikan sarjana pendidikan 1911, Soetan Casajangan
pulang ke tanah air tahun 1913 dan menjadi direktur sekolah guru Kweekschool
Fort de Kock (1914). Pada tahun 1921 Dr Soetamo dkk mengubah nama Indische
Vereeniging menjadi Indonesia Vereeniging, lalu pada tahun 1924 Mohamad Hatta
dkk mengubah lagi nama Indische Vereeniging menjadi Perhimpoenan Indonesia
(hingga ini hari).
Nama Tabrani kali pertama diberitakan di Soerabaja pada tahun 1921 (lihat Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1921,No 13). Disebutkan dalam pertemuan Perhimpunan Jong Java yang diadakan di Soerabaja pada tanggal 20 Maret turut hadir Soekarno dan Tabrani. Soekarno bersekolah di HBS 5 tahun Soerabaja dan Tabrani bersekolah di MULO Soerabaja.
Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1921,No 13:
‘Raden Adjeng Soemini, murid sekolah MULO, terpilih menjadi wakil ketua. Usulan
Anggota Soepardi untuk memprotes surat edaran Direktur STOVIA, sangat didukung
oleh Soekarno, Soekartono, Sainal dan Tabrani, dan disetujui oleh majelis.
Ketua Soegito menanyakan apakah sebaiknya Jong Java memberikan bantuan dana
kepada mantan mahasiswa STOVIA yang terkena dampak dari surat edaran tersebut,
tetapi pertemuan itu tidak menganggap hal ini baik mengingat keuangan asosiasi
yang buruk. Untuk meningkatkan jumlah anggota dan sumber daya asosiasi, Sainal
mengusulkan agar semua siswa sekolah menengah atau kejuruan diterima sebagai
anggota, terlepas dari apakah mereka berbicara bahasa Belanda atau tidak.
Usulan itu didukung oleh Tabrani dan Soekartono. Sementara itu Soekarno menunjukkan
pentingnya bahasa Melayu dan menyarankan agar murid dari sekolah normal
(Normaalschool) juga harus diterima; organ perhimpunan kemudian dapat muncul
dalam bahasa Melayu dan Belanda (sekarang diterbitkan dalam bahasa Belanda)
Soepardi mencatat bahwa artikel-artikel Belanda kemudian dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Melayu. Berbagai usulan (akan dipresentasikan nanti pada kongres
berikutnya) disetujui. Soekartono kemudian mengusulkan agar diperbolehkan
berpidato di Kongres juga dalam bahasa Melayu, tetapi usulan ini menjadi
penyebab perdebatan sengit, dimana Soekarno diancam akan dikeluarkan oleh
ketua; masalah itu sudah diselesaikan di kongres sebelumnya dan perdebatan
ditutup didalamnya’. Catatan: Jong Java adalah organisasi pemuda/pelajar dari
organiasi kebangsaan Boedi Oetomo.
Pada tahun 1921 Soekarno diterima di fakultas teknik THS Bandoeng dan Tabrani diterima di sekolah pamong OSVIA Bandoeng. Semasih di Jong Java, Soekarno dan Tabrani sudah menunjuk karakter reformis dan cenderung lebih terbuka (bersifat nasionalis). Pada tahun 1924 Tabrani menulis di majalah Jong Java edisi No 61 tanggal 15 September 1924 (lihat Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1924, no 42).
Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1924, no 42):
‘Majalah Jong Java 15 September 1924…Terbitan ini juga berisi permintaan dari
seorang guru kepada BO Institute di Blora untuk menyumbangkan buku-buku untuk
tujuan ini. Termasuk laporan kuliah yang disampaikan oleh Tabrani untuk [Jong
Java] Afdeeling Bandoeng… Majalah Kaoem Kita 18 September 1924, No. 12:
‘Kaoem-Kita akan menjadi surat kabar harian mulai tanggal 15 Oktober 1924 di
bawah redaktur Abdoel Moeis. Tidak ada
yang istimewa dari ikhtisar ini’. Catatan: sebelum kehadiran (kembali) Abdoel Moeis
pernah menjadi redaktur pada majalah yang terbit di Bandoeng ini. Sejak ini
Parada Harahap mengajak WR Soepratman membantunya di kantor berita Alpena.
Tabrani menulis artikel pada majalah dwimingguan Jong Java edisi No 22 tanggal 15 November 1924 (lihat Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1924, No 49) tentang isu yang ramai di internal Jong Java mengenai pembagian kelompok anggota yang yang muda memasukkan kelas tertinggi di SD (hingga umur 17 tahun) dan kelempok yang lebih tua yang diperbolehkan berpolitik. Tampaknya Tabrani tidak setuju yang masih SD masuk Jong Java tetapi setuju yang lebih tua berpolitik. Catatan: saat ini Tabrami berusia 20 tahun.
Tabrani tidak hanya tokoh yang cukup dikenal di internal Jong Java (terutama
Jong Java di Soerabaja dan di Bandoeng) tetapi
juga dikenal sebagai anggota yang kerap menulis di majalah Jong Java. Sebagai
lulusan OSVIA Bandoeng, tampaknya tidak begitu tertarik pada pamong pradja
tetapi lebih tertarik pada bidang jurnalistik dan yang bersentuhan dengan
politik.
Pada saat Tabrani dan Soekarno masih di bangku sekolah/kuliah, Parada Harahap di Batavia mulai menggalang persatuan Hindia yang meliputi Indo, Cina, Arab dan pribumi (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 13-01-1925). Sebagaimana diketahui orang Indo dianggap orang pribumi lebih dekat daripada orang Belanda (tulen). Persatuan Hindia ini seakan mengulang persatuan Hindia yang sebelumnya pernah digalang oleh tiga serangkai (Douwes Dekker, Dr Tjipto dan Soewardi) yang disebut NIP (Nasionale Indische Party) pada tahun 1912 (namun kini sudah memudar).
Bataviaasch nieuwsblad, 13-01-1925 (De Indische Associatie Vereeniging):
‘Kemarin malam di Oost-Java Restaurant een diadakan pertemuan yang mengumpulkan
asosiasi-asosiasi di Nederlandsch Indie. Di dalam pertemuan ini dibicarakan
AD/ART program dan struktur kepengerusan. Program meliputi kegiatan poolitik
yang sehat, pengembangan pendidikan, pelatihan kejuruan sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar. Disamping itu untuk mempromosikan tingkat kesehatan,
kesejahteraan, hubungan keuangan Negara dengan daerah dan lainnya.
Kepengurusan: voorzitter, PJA Maltimo, secretaris Tb van Nitterlk,
penningmeester, Mobamad Djamli, commissarissen: Parada Harahap, Raden Goenawan,
Oey Kim Koel, JK Panggabean, Pb. J.Krancber en A. Cbatib’.
Dalam perkembangannya, diketahui bahwa Tabrani telah menjadi pemimpin redaksi surat kabar yang terbit di Batavia, Hindia Baroe (lihat De Indische courant, 20-07-1925). Disebutkan redacteur van de Hindia Baroe yang sebelumnya mengundurkan diri St. Palindih telah digantikan oleh M Tabrani Soerjo Witjitro. Tabrani sendiri adalah lulus OSVIA Bandoeng, tetapi jurnalisme lebih menarik baginya daripada posisi pejabat pemerintah. Dia adalah orang Madura sejak lahir dan seorang tokoh terkemuka dalam gerakan Jong Java. Sementara itu Parada Harahap mulai mendapat serangan dari orang-orang Belanda (tulen) yang tidak menginginkan gerakan Parada Harahap (gerakan persatuan yang memisahkan Belanda tulen ‘disana’ dan Indo sebagai bagian ‘disini’. Namun serangan pers Belanda itu dilayani oleh Parada Harahap dengan cerdas.
De Indische courant, 17-09-1925 (Indisch fascisme. Het blanke front):
‘Mr. Parada Harahap, editor Bintang Hindia, menulis dalam Java Bode tanggal 10
lalu dengan judul Kranten en Klanten (Koran dan Pelanggan) setelah posisi
Lokomotif diambil oleh Soerabija HBL dengan operasi pasar di Semarang. Artikel
ini di Soerabajasch Handelsblad dan Algemeen Handelsblad di Semarang. Parada
Harahap mengatakan: ‘Sebagai pribumi, kemajuan negara-negara ini sangat dekat
dengan hati saya, dan berusaha agar masyarakat tetap harmonis dari semua
lapisan di Hindia, harus mencatat bawah saya
pikir saya memiliki pemahaman, setidakanya mewakili wartawan dari pers Melayu.
Mohon ijin saya harus member pendapat yang sama dikhususkan pada Soer. Hbld
hari ini yang kesannya sikap yang diambil membahayakan kerjasama yang harmonis
masyarakat di Hindia. Ini telah lama mengancam kepercayaan umum penduduk
pribumi niat baik dari Belanda akan hilang di sini di Hindia, oleh tindakan
beberapa pers Eropa/Belanda dan masyarakat ETI, terutama oleh cepat meluncurkan
mereka dari tuduhan senegara mereka sendiri, yang mendukung keselamatan India
dan rakyatnya dengan cara mereka, jika mereka bersalah mengkhianati rakyat dan
negara mereka sendiri. Kesenjangan antara Timur dan Barat dan tidak sedikit
Doori (tindakan yang dimaksudkan Anda dari Soer. Hbld) untuk membentuk sebuah
front kosong, yang begitu banyak memiliki untuk menandakan tantangan resmi yang
ditujukan kepada umat berwarna di Hindia. Bagaimana Pribumi dan disini yang
mana Lokomotif, Cina berpikir, sempurna akrab bagi saya. Lokomotif adalah salah
satu organ, menekankan sopan santun yang baik bagi kita. Dalam hal ini bagi
kami adalah bukti bahwa tidak semua Belanda memusuhi kami, baik antar penduduk
asli termasuk Cina, bahwa semua orang Eropa di Hindia kepercayaan rakyat tidak
pantas berada sendirian dengan menunjuk ke item yang yang terdapat di Soer.
Hbld. dan simpatisan nya. Memang benar bahwa Soer. Hbld. tidak hitam-putih
terhadap pribumi, tetapi efek yang diperoleh oleh sesama seperti Mr Ant Lievegoed
menunjuk sebagai anti-Belanda atau orang berbahaya bagi Nederlandsene di Hindia
tidak berbeda dengan semakin yakin terletak di antara pribumi bahwa setiap
pelatih asal Belanda, yang berusaha untuk kemajuan dan pengembangan tanah dan
orang, dan yang tidak memperkuat depan putih, dan antagonisme abaian putih dan
coklat, dengan bangsanya sebagai pengkhianat. Ini sekarang jelas tilisan
anda lebih berbahaya daripada tulisan
wartawan pribumi. Pers ETI bergema di dunia asli tapi resonansinya jauh dari
menguntungkan untuk hubungan timbal balik di Hindia. Menurut pendapat saya
tugas pers putih sekarang jauh lebih besar dari sebelumnya, sekarang jadi harus
memperhitungkan jutaan orang di Hindia, yang oleh pers sendiri dan melalui
komunikasi yang lebih baik dan karena itu lebih menjamin kontak di antara
mereka sendiri, akan diinformasikan diberitahu tentang apa yang terjadi di pers
ETI tercermin apa yang mereka percaya sebagai yang kulit putih di wilayah ini.
Anda telah mendorong ke arah fasisme. Hal ini unsur-unsur, seperti Komunis,
akan datang untuk mengeksploitasi pernyataan tidak membantu seperti dan taktik
dasar merusak mereka kemudian turun, dan digunakan sebagai alat propaganda.
Soer. Hbld. Telah berusaha kebohongan, bahwa ada lebih kecurigaan terangsang antara
pribumi melawan Belanda di Hindia? Bukankah sekarang delapan orang datang waktu
untuk menahan suara seseorang dari journalistieken diucapkan sikap simpatik
terhadap penduduk pribumi menunjukkan sikap yang menurut banyak pihak, melihat
orang Barat telah mulai menaruh minat kompromi. Tapi kemajuan daerah ini telah
membuat kemajuan besar juga, sudah ada terlalu banyak intelektual asli yang
merupakan penilaian independen untuk mengetahui untuk membuat peristiwa politik
saat ini dari yang klik taruhan reaksioner akan berani secara terbuka untuk
keluar orang untuk prinsip-prinsip etika hanya sebagai musuh pemerintah
Belanda. Oleh karena itu, adalah komunisme jika diperlukan untuk membenarkan
kampanye. Ada yang mau mengikut Aku, yang akan menyelesaikan pekerjaan saya
ini?’. [artikel ini juga dilansir De Sumatra post, 24-09-1925].
Parada Harahap saat ini tidak hanya terbilang wartawan terbaik pribumi dari versi orang-orang Eropa/Belanda. Tetapi juga menjadi corong bagi kaoem pribumi (sebagai penduduk yang terjajah). Kini, tiga serangkai yang baru telah muncul, yakni dua di Batavia yang senior Parada Harahap dan yang junior Tabrani serta satu di Belanda Mohamad Hatta. Sebagaimana diketahui antara Parada Harahap dan Mohamad Hatta sudah sejak lama terjadi persahabatan. Ini dimulai pada Kongres Sumatranen Bond di Padang pada tahun 1919 yang mana saat itu Parada Harahap pemimpin surat kabar di Padang Sidempoean Sinar Merdeka menjadi ketua delegasi Tapanoeli ke kongres, sementara Mohamad Hatta sebagai pimpinan delegasi kota Padang dalam kongres,
Pada Kongres Sumatranen bond pertama di Padang tahun 1919 yang menjadi
ketua panitia adalah Amir (mahasiswa STOVIA) dan sebagai pembina Dr Abdoel
Hakim Nasition, anggota dewan kota Padang. Saat ini ketua Sumatranen Bond
adalah Bahder Djohon dan sekretatis Diapari Siregar (keduanya mahsiswa STOVIA).
Catatam: Sumatranen Bond cabang Batavia didirikan oleh T Mansjoer (ketua),
Abdoel Moenir Nasoetion (wakil ketua) dan Amir (anggota). Ketiganya mahasiswa
STOVIA. Abdoel Moenir adalah keponakan dari Dr Abdoel Hakim Nasution (lulus
Dokter Djawa School 1905 bersama Dr Tjipto). Dr Abdoel Hakim Nasution adalah
ketua NIP cabang Pantai Barat Sumatra.
Dalam hubungan ini, Parada Harahap sudah mengenal lebih dekat dengan Tabrani (redaktur baru surat kabar Hindia Baroe yang menggantikan St Palinggih yang kini menjadi redaktur surat kabar Berita) dan tentu saja WR Soepratman (kantor berita Alpena). Sebagaimana diketahui kantor berita Alpena didirikan Parada Harahap dimana sebagai redaktur adalah WR Soepratman.
Hindia Baroe edisi 2-7 Oktober 1925 (lihat Overzicht van de Inlandsche en
Maleisisch-Chineesche pers, 1925, no 41, 09-04-1925) bahwa Journalistenbond
Asia diresmikan pada 6 Oktober, dan menurut laporan di majalah ini, ketua
terpilih pada pertemuan: Tabrani DI (Hindia Baroe). wakil ketua: Kwee Kek Boeng
(Sin Po), sekretaris: WR Soepratman (Alpena), bendahara Boen Joe On
(Perniagaan) dan RS Palindih (Berita). Anggota Dewan Pengawas adalah: Parada
Harahap (Bintang Hindia), Sing Yen Chen (Sin Po, edisi Mandarin), Khoe Boen
Sioe (Keng Po), Boe Giauw Tjoen (Sin Po) dan Achmad Wongsosewojo (Sastra
Rakjat), Kontribusi untuk pemimpin redaksi adalah f1,50, editor f1 dan
koresponden f 0.50 sebulan, sedangkan biaya masuk dua kali lipat. Serikat
pekerja juga telah dibentuk di Medan, sedangkan Parada Harahap akan melakukan
propaganda untuk afiliasi di Sumatera. Tentang pembentukan organisasi ini sudah
diberitakan sekitar satu bulan sebelumnya (lihat Deli courant, 02-09-1925).
Parada Harahap sebagai senior diduga kuat yang mengajak Mohamad Thabrani dan WR Soepratman dari Bandoeng ke Batavia pada awal tahun 1925. Segera M Thabrani lulus sekolah OSVIA di Bandoeng 1925, diketahui sudah berada di Batavia sebagai redaktur surat kabar Hindia Baroe. Lalu kemudian menyusul WR Soepratman yang belum lama keluar dari surat kabar Kaoem Kita di Bandoeng sudah di Batavia sebagai redaktur kantor berita Alpena (yang didirikan Parada Harahap). Surat kabar Hindia Baroe sebelumnya adalah surat kabar Neratja. Pada saat manajemen baru Hindia Baroe, Mohamad Tabrani. Sebelumnya Neratja adalah pendukung Sarikat Islam, namun karena berubah manajemen baru dengan nama Hindia Baroe, Agoes Salim keluar. Sebelumnya Parada Harahap bekerja di Neratja sebelum mendirikan surat kabar Bintang Hindia. Parada Harahap sendiri semasih di Tapanoeli adalah anggota Sarikat Islam (yang menjadi alasan masuk Neratja Ketika hijran ke Batavia tahun 1922). Sementara itu di Bandoeng, Ketika surat kabar Kaoem Kita dengan manajemen baru yang menjadi pendukung Sarikat Islam, WR Soepratman keluar, sebaliknya Abdoel Moeis masuk. Dalam konteks inilah tiga jurnalis Parada Harahap, WR Soepratman dan Mohamad Thabrani mulai menjaga jarak dengan Sarikat Islam, dan ketiganya lebih cenderung memupuk persatuan nasionalis.
Parada Harahap dalam hal ini yang berpengalaman
dalam organisasi dan pers sudah sejak lama berinteraksi dengan tokoh-tokoh
pemersatu bangsa. Mereka itu adalah Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda pendiri
organisasi kebangsaan pertama Medan Perdamaian di Padang (1900) yang juga
pendiri surat kabar Pewarta Deli di Medan (dimana Parada Harahap pernah menjadi
redaktur pada tahun 1918/1919); Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan
pendiri organisasi mahasiswa di Belanda Indische Vereeniging 1908 yang
mendirikan majalah Poetaha di Padang Sidempoean (1915) yang tahun 1919-1922
Parada Harahap juga menjadi redaktur); serta Dr Abdoel Hakim Nasution ketua
cabang NIP (bentukan tiga serangkai).
Pembentukan semangat persatuan nasional (jaga jarak dengan SI) di Batavia dari tiga pegiat pers Parada Harahap, Mohamad Thabrani dan WR Soepratman, tidak berdiri sendiri. Parada Harahap yang telah kenal dengan tokoh-tokoh nasionalis (Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan, Dr Abdoel Hakim Nasoetion dan Mohamad Hatta), telah berhasil mendapatkan dua golongan muda yang memiliki kemampuan dalam pers.
De Indische courant, 23-12-1925: ‘Sungguh luar biasa bagaimana kuat hari
ini jumlah media di Jawa meningkat. Banyak yang tutup tetapi lebih banyak yang
muncul. Semakin berwarna (nasionalis, keagamaan) dan juga khusus perempuan.
Wartawannya juga bertambah pesat, bahkan wartawan Sumatra sudah mencapai 700
anggota. Sangat disayangkan oleh Parada Harahap dari Bintang Hindia dan kantor
berita Alpena, yang merupakan wartawan terbaik dari Europeescbe pers, bahwa
majalah aksara Jawa kurang diperhatikan oleh komunitasnya. Perjalanan
jurnalistiknya ke Sumatera dan Selat Malaka baru-baru ini manjadi saksi ini’.
Nieuwe Rotterdamsche Courant, 25-02-1926: ‘Indonesische Vereeniging. Mengutip
terbitan Februari ‘Indonesia Merdika melaporkan bahwa di Den Haag dewam baru
serikat mahasiswa Hindia Perhimpoenan Indonesia (dikenal sebagai Indonesische
Vereeniging) dibentuk pada bulan Januari dalam pertemuan tahunan, yang terdiri
dari: Mohammad Hatta, ketua, A. Madjid, sekretaris, Aboetari, bendahara,
Darsono, komisaris dan mr Soenario, wakil komisaris’.
Parada Harahap (bersama Raden Goenawan yang pernah menjadi pengurus Indische Vereeniging di Belanda)) sebagai pengurus organisasi persatuan nasional yang senior mulai menginisiasi diadakannya kongres untuk para junior (pemuda). Lalu dibentuk panitia kongres dimana Tabrani sebagai ketua. Parada Harahap sudah ada di semua sisi; sebagai pengurus organisasi (persatuan) senior dan juga organisasi (persatuan) jurnalis dan kini di belakang kongres persatuan para pemuda.
De Indische courant, 30-12-1925: ‘Kongres Pemuda Indonesia. Kami telah
mendengar dari sumber yang dapat dipercaya bahwa kongres pemuda Indonesia
pertama akan diadakan di Weltevreden selama hari-hari Paskah mendatang. Tujuan
dari kongres tersebut adalah untuk membangkitkan semangat kerja sama di
berbagai asosiasi pemuda di negeri ini, sehingga meletakkan dasar bagi
persatuan Indonesia, di mana Hindia kemudian harus dilihat dalam konteks dunia
yang lebih luas. Kerja sama seperti itu sulit ditemukan dalam
perkumpulan-perkumpulan nasional besar kaum lanjut usia, yang karena kepedulian
terhadap keberadaan sosial mereka, hanya memiliki sedikit kontak dengan
gagasan-gagasan baru, cita-cita baru yang kini menggemparkan dunia, dan yang
sedang mempersiapkan dunia. dari hubungan baru. Perhatian khusus akan diberikan
pada konvensi ini untuk memajukan warga negara Indonesia dengan mengantisipasi
segala sesuatu yang memecah belah. Selanjutnya, beberapa topik yang sangat
topikal dan penting bagi Indonesia akan dibahas. Penyelenggaraan kongres ini
berada dengan panitia: Tabrani (ketua); Bahder Djohan (wakil ketua), Soemarto
(sekretaris), J Toule Solehuwy (bendahara); Komisaris P. Pinontoan. Selain
Tabrani, semua adalah siswa STOVIA dan Rechthoogeschool’,
Dalam kepengurusan (panitia kongres pemuda) Tabrani dan Bahder Djohan terhubung dengan senior Parada Harahap. Tabrani dari kalangan jurnalis muda (Hindia Baroe eks Neratja) dan Bahder Djohan dari lingkungan mahasiswa (Jong Sumatranen Bond). Lalu kongres pemuda pertama ini diadakan pada bulan April 1926. Dalam konfigurasi baru pemimpin nasional sudah dengan tegas membebaskan diri dari dua hal yakni tidak terikat dengan Belanda (meskipun Indo) dan tidak berhaluan agama (memisahkan diri campur agama dalam politik nasional). Dalam hal ini agama adalah satu hal (urusan pribadi individu dengan tuhannya) dan nasional Indonesia adalah hal lain (urusan bersama semua orang Indonesia). Parada Harahap dan kawan-kawan termasuk Tabrani sudah mengklaim diri sebagai bagian yang memperjuangkan Indonesia Raya.
De locomotief, 05-01-1926: ‘Unsur
pengakuan dalam gerakan pribumi. Di surat kabar Hindia Baroe mulai Sabtu yang
lalu, kami menemukan kata perpisahan dari haji Agoes Salim, yang dengan
demikian mengundurkan diri dari kepemimpinan majalah. Apa yang dia katakan
bermuara pada fakta bahwa alasan mengundurkan diri karena dia ingin melihat
perjuangan kemerdekaan Indonesia dipandu di jalan Islam yang menurutnya tidak
bisa dilakukan di surat kabar seperti Hindia Baroe, tidak berdasarkan agama,
Anda mendukung agama Islam, memajukan umat melalui agama dan pengetahuan agama
tidak mungkin dalam kondisi seperti itu. Kepemimpinan sekarang telah berlalu
untuk sementara waktu di tangan Tabrani, yang dalam kata pengantar mengatakan
seperti ini: ‘Arah majalah ini sekarang adalah Indonesia, yang cita-citanya
akan lebih dikedepankan dari sekarang. Jika arah ini diikuti, kepemimpinan baru
berharap bahwa majalah tersebut akan menjadi pendukung besar bagi perkembangan
senyum Indonesia Raya. Apa pentingnya program ini? Dia mengatakan bahwa jelas
bahwa ide Indonesia Raya sedang berkembang diantara para pemimpin pribumi. Kita
mengingat kembali apa yang telah terjadi dalam waktu singkat’.
Mereka yang mengklaim diri nasionalis Indonesia itu telah berada di lingkaran orbit Parada Harahap di Batavia yang sudah sejak lama tidak melihat lagi tujuan kesukuan (daerah) dan agama. Parada Harahap adalah pendukung fanatik Indonesia Raya. Parada Harahap telah mendapat rekan baru Tabrani (Hindia Baroe) dengan memisahkan dirinya Agoes Salim (ke label agama). Sebelumnya Parada Harahap telah menemukan kawan seperjuangan dengan hadirnya WR Soepratman di sekitarnya. Sebagaimana diketahui WR Soepratman keluar dari surat kabar Kaoem Kita di Bandoeng karena masuknya (kembali) Abdoel Moeis yang membawa misi Islam (Abdoel Moeis menggantikan WR Soepratman). WR Soepratman di Batavia yang menjadi redaktur kantor berita Alpena (milik Parada Harahap) tinggal di sebuah pavilium rumah Parada Harahap. Oleh karena itu pada saat itu dapat dikatakan telah lahir Tiga Serangkai yang baru (tiga nasionalis Indonesia)---berbeda Tiga Serangkai sebelumnya: Dr Tjipto Mangoenkoesoemo. Soewardi Soerjadiningrat dan EFE Douwes Dekker. Persiapan kongres pemuda yang pertama sudah mulai dimatangkan.
De locomotief, 25-03-1926: ‘Kongres Pemuda Indonesia. Selain yang telah
disebutkan, mengenai rencana untuk mengadakan Kongres Pemuda Indonesia di
Batavia, dimana Tabrani DI, pemimpin redaksi Hindia Baroe, sebagai ketua
panitia persiapan, kami sekarang dapat mengatakan informasi berikut: Minggu
lalu diadakan pertemuan oleh pimpinan berbagai asosiasi pemuda, antara lain
Jong-Jawa, Jong Sumatra Bond, Jong Ambon. Jong-Mmahassa, Jong Batak Bond, Sekar
Roekoen (Ikatan Moeda Soenda). untuk pembahasan lebih lanjut mengenai rencana
ini. Disini telah ditentukan bahwa Kongres Pemuda pertama akan diadakan di
Batavia dari tanggal 30 April, 1 Mei dan 2 Mei. Sebuah rancangan agenda telah
disiapkan dalam persiapan, tetapi belum disetujui secara resmi. Sementara masih
menunggu jawaban dari asosiasi pemuda lain dan juga dari Perhimpoenan Indonesia
di Belanda. Pertama-tama akan dibahas Pemikiran Besar Indonesia, kedudukan
perempuan dalam masyarakat Indonesia modern, dll. Sebagai pembicara sudah
terdaftar mahasiswa dari Stovia, AMS Jogja dan Bandoeng dan mahasiswa dari
perguruan tinggi di Batavia dan Bandoeng’. Persiapan sudah benar-benar matang
dan siap dilaksanakan (lihat De Indische courant, 29-04-1926).
Kongres pemuda pada tanggal 30 (hari Jumat) dibuka yang diadakan di gedung Loge Freemason atau Lux Orientes (tidak jauh dari kantor surat kabar Bintang Hindia dan kantor berita Alpena) yang turut dihadiri berbagai organisasi pemuda (lihat De locomotief, 01-05-1926). Dalam pembukaan ini pernyataan kepatuhan dari asosiasi yang diwakili dan lainnya dibacakan; Jong Java, Jong Sumatera, Asosiasi Pemuda Teosofis, Ambonsche Studeerenden, Jong Minabassa, Jong Islamietenbocd, Jong Batak, Sarikat Minahasa, Boedi Oetomo Afdeeling Batavia, Pelajar Indonesia (Sekar Roekoen), Bapak Darmo, Ali Tirtosoewirjo, Prawira dan Ny. Koesoema Sumantri; sementara itu divisi Batavia Mohammadjjah dan Jong-Jara serta Pasoendaa tidak terwakili.
Topik-topik yang dipresentasikan dalam kongres ini antara lain persatuan
Indonesia, masa depan perempuan, bahasa dan sastra serta agama dalam gerakan.
Beberapa kesimpulan persatuan Indonesia, usualan bahasa Melayu (lingua franca)
sebagai bahasa persatuan Indonesia, kemajuan perempuan tanpa meninggalkan
budaya Indonesia dan masalah agama harus berada di luar pembicaraam kongres
(lihat De locomotief, 06-05-1926).
Pasca Kongres Pemuda pertama, Tabrani kemudian dipanggil (lihat De Indische courant, 28-05-1926). Disebutkan bahwa Tabrani, ketua Kongres Pemuda pertama, dipanggil ke Penasihat Urusan Pribumi sebagai tanggapan atas pernyataan yang agak bising selama kongres itu. Tampaknya ini adalah cara baru untuk menangani pelanggaran bicara. Akan lebih baik jika pelanggaran berbicara selalu ditangani oleh seorang ahli di bidang urusan Pribumi. Ini sering mencegah banyak kesalahpahaman. Sementara itu, prosedur dewan pertanahan (Landraad) yang panjang dan seringkali tidak membuahkan hasil dapat diselamatkan. Namun tidak bagaimana hasilnya tidak diketahui. Sementara itu Tabrani masih memiliki permasalahan sendiri di internal surat kabar Hindia Baroe.
Tabrani yang dulu anggota Jong Java sebenarnya hanya sebagai kecil
anggota Jong Java yang menyetujui sepak terjang Tabrani. Sebagian besar lebih
suka dengan cara yang biasa-biasa saja. Hal itulah mengapa Tabrani (yang
berasal dari Madura) sangat jarang namanya dihubungkan dengan Jong Java maupun
Boedi Oetomo. Hal itu juga nantinya yang dialami oleh Dr Soetomo dan Ir
Soekarno. Di dalam internal Jong Java dan Boedi Oetomo ada sebutan Trawant
Tabrani, tidak hanya Tabrani yang tidak diikuti tetapi juga orang-orang yang diindikasikan antek Tabrani.
Sementara itu, surat kabar Hindia Baroe yang dipimpin Soetadi dengan pimpinan
redaksinya Tabrani sedang masalah keuangan. Satu permasalahan besar Hindia
Baroe adalah tidak memiliki percetakan sendiri yang sangat tergantung dari luar
yang menyebabkan biaya cetak yang terus naik. Ini berbedaq dengan NV Bintang
Hindia pimpinan Parada Harahap yang telah memiliki percetakan sendiri. Soetadi
mulai angkatan tangan tidak bisa mengatakan apa, apakah Hindia Baroe ditutup
atau tidak. Yang jelas kini Hindia Baroe tidak beralamat di alamat lamanya
lagi, tetapi sudah berada di alamat sementara di alamat rumah Tabrani di Djohar
(lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 10-05-1926). Tampaknya
setelah ini tidak pernah diketahui lagi kabar Hindia Baroe.
Pada akhirnya Tabrani tidak berada di surat kabar Hindia Baroe lagi. Setelah begitu lama baru diktehaui keberadaan Tabrani (lihat De locomotief, 25-01-1927). Disebutkan Panitia Kongres Jong Indonesia di Weltevreden, yang diketuai oleh Tabrani, mantan pemimpin redaksi harian berbahasa Melayu Hindia Baroe, sibuk membahas Kongres Pemuda kedua, yang rencananya akan diadakan pada awal tahun ajaran baru. Belum ada yang diketahui tentang sifat pokok bahasan yang akan dibahas dalam kongres itu. Tabrani diketahui akan berangkat ke Eropa.
De locomotief, 10-03-1927: ‘Kongres Pemuda Indonesia. Jumat sore lalu,
tanggal 4 ini, Komite Kongres Jong Indonesia bertemu di Weltevreden. Hidangan
utama diskusi adalah persiapan Kongres Pemuda kedua dan pemilihan panitia.
Diputuskan untuk mengadakan Kongres Pemuda kedua pada bulan Agustus. Dari
pokok-pokok yang akan dibahas, kita perhatikan: 1. Gagasan Indonesia Raya dan
penjabarannya. 2. Arti penting pers dalam pembangunan nasional Indonesia 3.
Emansipasi wanita Indonesia. 4. Masalah emigrasi. 5. Kesehatan. 6. Signifikansi
internasional Indonesia. 7. Wajib belajar. 8 Arti penting olahraga bagi
ketahanan fisik bangsa Indonesia. Berbeda dengan kongres pertama, kali ini akan
diselenggarakan berbagai kegiatan seni dan
kompetisi olahraga juga tidak akan dilupakan. Pemilihan panitia
sementara sehubungan dengan keberangkatan awal Tabrani ke Eropa menghasilkan
hasil sebagai berikut: Ketua Bahder Djohan (Semi-dokter), wakil ketua Ms.
Soetji Soemarni (guru), sekretaris 1 Wahab (Stovia), sekretaris 2 Tirtawinata
(RHS), bendahara 1 Nelwan (Stovia), bendahara 2 Louhanapessij (Normaal Cursus).
Anggota: Ny. S. Adam (Normaal Cursus); M Soepit (RHS); P. Pinontoan (Stovia); J.
Toule Soulehuwij (RHS); Darwin (Stovia); Diapari Siregar (Stovia); GM L Tobing
(Stovia); Gindo Siregar (Stovia); TH Pangemanam; Abdullah Sjukoer (RHS) dan
Tabrani (Jurnalis). Tabrani mengatakan dalam pidato perpisahan singkatnya
antara lain bahwa Kongres Jong Indonesia harus menjadi sumber energi yang
darinya organisasi-organisasi pemuda yang ada dan yang akan didirikan dapat
menarik kekuatan mereka dalam mewujudkan gagasan Indonesia tentang persatuan.
Pukul 7 malam ketua baru menutup rapat, setelah mengucapkan terima kasih kepada
Tabrani atas nama panitia yang baru dibentuk atas segala upaya yang telah
dilakukan oleh promotor Kongres Pemuda Indonesia pertama ini dengan penuh
semangat menyebarkan gagasan Indonesia tentang kesatuan’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kongres Pemoeda, PPPKI dan Parada Harahap: Trio Jurnalis Indonesia di Batavia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar