*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini
Proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah satu
hal. Situasi dan kondisi di Malang pada saat proklamasi kemerdekaan adalah hal
lain. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Djakarta pada tanggal 17
Agustus 1945. Bagaimana situasi dan kondisi di Malang saat proklamasi atau sesudahnya.
Yang jelas pasukan Sekutu/Inggris memasuki wilayah Indonesia termasuk di
wilayah Malang dalam rangka melucuti dan mengevakuasi militer Jepang. Namun
situasi ini dimanfaatkan Belanda/NICA untuk ‘berkuasa’ kembali di Indonesia
termasuk di Malang.
Mengenang Sejarah Tugu di Kota Malang: Tugu kebanggaan warga Malang ini baru berdiri sekitar 17 Agustus 1946. Republika.co.id. 8 Maret 2018. Ada banyak jejak sejarah di tanah Kota Malang. Di antara peninggalan, menara tugu berada di depan Balaikota. Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Ronal Ridho'i menjelaskan, menara tugu sebenarnya belum berdiri di masa kolonial Belanda maupun Jepang. Tugu kebanggaan warga Malang ini baru berdiri sekitar 17 Agustus 1946 oleh warga setempat. "Itu menandai setahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945". Mengenai diresmikannya tugu oleh Bung Karno, Ronal menilai, ini tak terlepas dari kegiatan presiden pertama di kota tersebut. Saat itu, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mengadakan rapat sidang di salah satu lokasi Kota Malang. Oleh sebab itu, wajar peresmian tugu pun bisa dilakukan oleh Presiden Soekarno. Adapun perbedaan tugu pada 1946 dan 1950, sebagai momen peringatan peristiwa penting. "1946 momen peringatan proklamasi kemerdekaan sedangkan 1950 peringatan momen setelah agresi militer. Indonesia saat itu bisa dikatakan benar-benar merdeka," jelas dia. "Lalu kok bisa ada pendapat kalau tugu sempat ada emas? Kan di masa itu Indonesia berada di masa yang sangat krisis. Bangunan saat itu bentuknya kontinuitas dari peninggalan Belanda," tambahnya. (https://news.republika.co.id/)
Lantas bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan situasi dan kondisi di Malang? Seperti disebut di atas, proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Djakarta tanggal 17 Agustus 1945 lalu setelah itu terjadi banyak peristiwa termasuk di wilayah Malang yang dimulai Sekutu/Inggris melakukan evakuasi militer Jepang di wilayah Malang. Lalu bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan situasi dan kondisi di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Situasi dan Kondisi di Malang; Sekutu/Inggris Evakuasi Militer Jepang
Pada tanggal 14 Agustus 1945, melalui radio, pernyataan takluk kepada Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dapat didengar di pulau Jawa, tetapi tidak di daratan (karena listrik padam seluruh Jawa) melainkan di pelabuha-pelabuhan seperti Tandjoeng Priok dan Tandjoeng Perak. Sejak itu semua menjadi lumpuh. Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia hanya wait en see. Para militer memusat di markas dan barak-barak militer dan melakukan penjagaan di sejumlah tempat yang dianggap vital bagi Jepang. Oleh karenanya transportasi di daratan juga terbilang berhenti, radio di bawah kendali militer Jepang berusaha tidak memberitakan apa pun lagi situas dan kondisi. Pasa saat kritis inilah pada akhirnya diproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Djakarta, 17 Agustus 1945.
Di Djakarta tidak ada rapat
umum. Hal itu sudah lama tidak ada lagi semasa pendudukan militer Jepang. Rapat
umum dibatasi Pemerintah Pendudukan Jepang. Di Pegangsaan Timoer Djakarta,
dalam satu upacara, yang dapat dikatakan terbatas, diadakan pembacaan
proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soerkano, atas nama bangsa Indonesia. Pengibaran
bendera merah putih lalu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raja. Tidak ada
siaran langsung radio, tidak ada peliputan media. Habis itu meski terkesan diam
kembali, denyut jantung orang-orang Indonesia di Djakarta berdetak menjadi
lebih kencang. Adam Malik menyalin teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, lalu
Mochtar Loebis berangkat ke Bandoeng menemui Sakti Alamsjah Siregar di Radio
Malabar Bandoeng. Pada malam tanggal 17 Agustus 1945 Sakti Alamsjah pada pukul
19 membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia beberapa kali. Pembacaan
teks ini melalui Radio Bandoeng dapat ditangkap di radio Jogjakarta dan di Australia.
Sejak inilah gaung kemerdekaan mulai diketahui di tempat jauh dari Djakarta.
Berita kemerdekaan Indonesia hanya sampai di Jogjakarta, tidak sampai mencapai Malang
(di pedalaman).
Bagaimana berita kemerdekaan Indonesia, sejak 17 Agustus 1945 diketahui di Malang tidak diketahui secara jelas. Berita kemerdekaan Indonesia lambat laun mencapai Soerabaja. Besar dugaan berita kemerdekaan Indonesia diketahui di Malang dari Soerabaja. Sementara itu di dalam pemberitaan internasional tentang Indonesia yang mengerucut adalah tentang rencana pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang di Indonesia dan munculnya isu pembebasan interniran Eropa/Belanda di berbagai tempat di Indonesia termasuk Malang. Seiring dengan isu pembebasan interniran Belanda khusunya, orang-orang Belanda di Eropa dan Australia mulai melakukan konsolidasi untuk kembali ke Indonesia (tentu saja untuk maksuk berkuasa kembali sebagaimana sebelum pendudukan Jepang).
Sementara pemimpin
Sekutu/Inggris di Asia (Tenggara) melakukan kontak yang intens dengan para
pemimpin Republik Indonesia, soal pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang
di Indonesia plus pembebasan para interniran Eropa/Belanda, surat kabar-surat
kabar (berbahasa) Belanda sangat intens membicarakan soal kapitalisasi ekonomi/bisnis
di Indonesia. Berbagai perhitungan dilakukan, prediksi dilakukan dengan membuka
kembali data-data lama. Tampaknya semua hasil analisis menunjukkan Indonesia
tidak ada duanya di dunia bagi (kerajaan) Belanda. Akibatnya dorongan menguasai
kembali Indonesia menjadi sangat kuat melalui peran NICA. Salah satu target
orang-orang Belanda/NICA bagaimana mencapai daratan melalui pintu-pintu
pelabuhan di belakang pasukan Sekutu/Inggris yang akan menjalankan tugas
Sekutu. Pelabuhan Soerabaja dan pelabuhan Pasoeroean termasuk dalam target
utama. Tidak melalui Soerabaja (yang memiliki risiko tinggi) tetapi melalui
pelabuhan Pasoeroean (yang lebih dekat) memasuki Malang di wilayah pedalaman.
Bagaimana situasi dan kondisi di Malang di wilayah pedalaman nyaris tidak terinformasikan. Sebagai proksi, Pasoeroean menjadi salah satu pembicaraan di surat kabar (berbahasa) Belanda (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 23-10-1945). Disebutkan jika Inggris hilang, apakah para pemberontak akan mulai lagi? Mungkin masih ada sarang perlawanan yang tersisa, yang bisa menjadi penghalang selama bertahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu perlucutan senjata harus menyeluruh. Dan apakah pemuda perang Indonesia akan mudah dijinakkan? Di Hindia Belanda (mereka alergi menyebut nama Indonesia) sudah menjadi jelas orang hanya mempertimbangkan aspek ekonomi. Banyak sekali yang telah dihancurkan di Jawa, setengah dari kebun teh, setengah dari kebun kina telah hancur. Bahan pabrik dilebur dalam skala besar untuk membuat persenjataan. Stasiun percobaan industri gula di Pasoeeroan telah sepenuhnya dibongkar dan semua tempat pengujian telah hilang.
Lembaga industri gula di
Pasoeroean semasa era Pemerintah Hindia Belanda (sebelum pendudukan militer
Jepang) adalah lembaga yang sangat penting tidak hanya di Pasoeroean tetapi di
seluruh Oost Java. Semua sampel gula di Jawa Timur termasuk dari Basoeki diuji
di laboratorium Pasoeroean untuk mendapat sertifikat sebelum produk gula asal
Jawa Timur diekspor ke manca negara. Dalam hal Soerabaja dan Pasoeroan adalah
dua kota yang sangat penting di Oost Java. Secara khusus kota Pasoeroean adalah
representasi wilayah Oost Java di wilayah pantai utara Jawa bagian timur (wilayah
tapal kuda). Tentu saja kota Pasoeroean menjadi akses paling efektif menuju
(wilayah) Malang. Di wilayah Malang sendiri kaya dengan sumber daya ekonomi,
dimana sebelumnya sudah sangat cukup banyak usaha-usaha orang Belanda termasuk
perkebunan hingga ke lereng-lereng gunung. Oleh karena itu seperti kita lihat
nanti, terutama di wilayah Malang dimana property orang-orang Belanda cukup massif
(wilayah Malang bagian utara, dekat ke Pasoeroean) akan menjadi rencana wilayah
okupasi utama dalam perang kemerdekaan Indonesia (terbentuknya Negara Jawa
Timur).
Orang-orang Belanda yang sangat berambisi kembali ke Indonesia, sudah barang tentu hanya memikirkan kepentungan mereka sendiri. Orang-orang pribumi hanya dianggap sebagai pemberontak (fakta bahwa negeri sendiri, mengapa harus disebut pemberontak, nenek moyang siapa yang menjadi pemilik dan pewaris), orang miskin, tidak berpendidikan dan menjadi halangan dan penghalang utama tujuan mereka.
Nijmeegsch dagblad, 15-10-1945: ‘Pemberontak mendeklarasikan Perang.
Jepang memainkan barisan ganda saat mana pasukan Belanda/NICA dalam perjalanan
mereka ke Jawa. Aliran pesan terus berlanjut. tetapi mereka tetap harus
ditangani dengan sangat hati-hati. Pesan terpenting yang masuk dalam 48 jam
terakhir adalah 'deklarasi perang' yang diluncurkan oleh Sukarno, atau markas
besar tentara rakyatnya, menyerukan kepada Indonesia untuk melakukan
perang suci melawan Belanda. Johan Fabricius, yang tinggal di Jawa, mengatakan
bahwa pernyataan perang ini tidak banyak berpengaruh, meskipun pemogokan telah
dimulai di Batavia. Fabricius menekankan sikap berbahaya orang Jepang, yang
berperan ganda. Fabricius juga melaporkan bahwa Jepang memasok senjata dan
amunisi kepada kaum nasionalis dan bahkan menyerahkan pesawat, bensin, dan bom
.telah terjadi di Surabaya dan Malang’.
Jelas bahwa sejauh ini orang-orang Belanda yang akan bergerak menuju Indonesia sejatinya belum ada yang mencapai hingga ke (wilayah) Malang, namun apa yang terrjadi di Malang sudah diketahui Belanda.Sementara itu, bagaimanapun orang Belanda hanya memandang baik terhadap bagian kecil fraksi orang Indonesia yang seagama dengan mereka. Kedua belah pihak saling menyayangi. Saling menyapa dan saling korespondensi terutama antara pribumi dengan orang Belanda yang bekerka di bidang religi.
Gazet van Limburg, 24-10-1945:
‘Kabar baik dari Hindia. Maastricht. Sebuah surat telah diterima di Het
Provincialaat van de Zusters van het Arme Kind Jezus disini, dimana salah
seorang suster dari ordo ini di Hindia melaporkan bahwa semua suster dari
rumah-rumah Hindia dari kongregasi ini di Pasoeröean dan Batoe semuanya telah
melewati perang dengan aman. Mereka, seperti ribuan wanita Eropa lainnya, telah
hidup di kamp-kamp dengan kesulitan fisik dan tekanan mental yang hebat’.
Selama pendudukan Jepang, orang-orang Eropa/Belanda umumnya berada di kamp-kamp interniran, termasuk di Malang. Mereka tidak bebas. Namun diantara orang-orang Eropa/Belanda sejak masa pendudukan Jepang ada juga sejumlah orang yang setengah bebas seperti pendeta dari misionaris di Malang dan dokter Belanda yang dipekerjakan di rumah sakit. Dr J. Lodder adalah direktur-dokter di rumah sakit di Malang dan Dr BM Schuurman dosen teologi di sekolag guru zending di Malang.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sekutu/Inggris Evakuasi Militer Jepang: Wilayah Malang Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tugas Sekutu/Inggris untuk pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang menjadi tidak mudah. Ada tiga pihak yang langsung berurusan dengan itu: Indonesia, Sekutu/Inggris dan Jepang. Urusan Jepang bergeser menjadi perselisihan Sekutu/Inggris dan Indonesia. Dalam situasi ini Indonesia menjadi dalam situasi terpojok, lebih-lebih pada tahap awal ketika orientasi pejabat Pemerintah Republik Indonesia (mengedepankan perdamaian dan ketertiban) berbeda dengan orientasi golongan grass-root (para kaum revolusioner).
Dalam ‘game’ awal kemerdekaan Indonesia, atas nama Amerika Serikat,
Sekutu Inggris menekan Jepang di Indonesia. Oleh karena itu Jepang hanya wait
en see ketika orang Indonesia coba jalin kerjasama dengan pihak militer Jepang
dalam urusan pasokan senjata dari pintu belakang. Penolakan Jepang, akibat
tekanan Sekutu/Inggris akhirnya para golong revolusioner tantara/lascar tidak
jarang bentrok dengan militer Jepang. Itu di satu sisi. Pada sisi lain,
Sekutu/Inggris mendapat beban tambahan sehubungan dengan kebijakan Inggris membuka
ruang bagi Belanda/NICA berada di belakang pasukan Sekutu/Inggris. Akhirnya,
meski tugas utama pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang dapat
diselesaikan Sekutu/Inggris, namun pada akhirnya seluruh elemen Indonesia berhadapan
langsung dengan Sekutu/Inggris plus NICA/Belanda. Hal inilah yang menjadi
penyebab utama timbulkan perang kemerdekaan, yang tiada pernah berakhir. Faktor
ini juga yang menyebabkan situasi dan kondisi di Malang terasa lebih terkendali
keamanan dibandingkan di kota-kota lain seperti Batavia, Semarang, Soerabaja
dan Bandoeng. Meski demikian, para revolusioner Indonesia yang terbentuk di Malang
merangsek ke garis pertempuran di Soerabaja. Dalam konteks hubungan inilah kemudsian perang kemerdekaan terasa di wilayah Malang (belum bersentuhan langsung).
Sementara arek-arek Malang bergerak menemui rekan mereka arek-arek Soerabaja di Sidoardjo, militer Jepang di Malang masih sangat solid. Saat mana mulai ada keributan antara Sekutu/Inggris dengan para Republiken di Soerabaja, terjadi negosisiasi antara Pemerintah Republik Indonesia dengan petinggi militer Jepang di Malang. Ada apa? Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sudah diplot Presiden Soekarno untuk posisi Menteri Penerangan RI. Di satu sisi hal itulah daftar Kabinet Presiden Soekarno tak kunjung diumumkan; sementara di sisi lain di penjara Malang Mr Amir Sjarifoeddin Harahap masih dalam status tahanan. Namun dalam perkembangannya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap berhasil dibebaskan.
Het parool, 04-10-1945: ‘Di Den Haag siaran radio Bandoeng terus dipantau
yang menyebutkan radio yang berada di tangan kelompok ekstremis Soekarno. Dalam
satu siaran diumumkan bahwa pemancar telah ditarik dari gerakan Sukarno. Untuk
ini pembicara di radio ini menambahkan desakan kepada semua orang untuk bersatu
di belakang Soekarno. Selanjutnya, saluran yang sama Bandoeng juga berbicara Amir
Sajarifoeddin Harahap yang baru saja keluar dari penjara. Pembicara melaporkan
bahwa dirinya telah dibebaskan sehari sebelumnya dari penjara Jepang di Malang
dan datang melalui Soerabaja pada malam hari melalui Djokja ke kota pegunungan
di Bandoeng ini. Komunikasi terakhir ini membuat semakin tidak jelas siapa yang
sebenarnya memiliki kendali atas pemancar Bandoeng dan pandangan apa yang
berlaku di antara yang disebut pengikut Soekarno’.
Tidak lama kemudian setelah keberadaan Amir Sjarifoeddin Harahap di Bandoeng, pada tanggal· 13 Oktober 1945 kabinet Indonesia pertama terbentuk dan diumumkan dimana Menteri Penerangan adalah Amir Sjarifoeddin. Pada hari ini ini proklamasi perang disiarkan dari Bandoeng (yang juga diikuti oleh oemat Islam di Batavia). Saat ini komandan tertinggi (pasukan) di (wilayah) Bandoeng adalah Kolonel Abdoel Haris Nasoetion. Dengan demikian telah muncul tiga tokoh penting dalam awal perang kemerdekaan: Soekarno, Amir Sjarifoeddin Harahap dan Abdoel Haris Nasoetion. Lantas bagaimana di berbagai tempat di (wilayah) Indonesia terutama di (pulau) Jawa?
Awal masuknya Sekutu/Inggris ke dalam wilayah Indonesia setelah terjadi diskusi
yang a lot antara pemimpin Indonesia (Presiden Soekarno) dengan representative Sekutu/Inggris
di Asia (tenggara) di Singapoera, yang mana kemudian disepakati dan pasukan
Sekutu/Inggris diizinkan masuk wilayah Indonesia. Pasukan Sekutu/Inggris
merapat pertama kali di pelabuhan Tandjong Priok
tanggal 29 September 1945. Pada tanggal 11 Oktober 1945
terjadi kerusuhan
di Depok, Lalu proklmasi perang
Indonesia dari Bandoeng tersebut direspon komandan pasukan Sekutu/Inggris di Jawa yang juga mengumumkan proklamsi perang tanggal 14 Oktober 1945. Hal itu boleh jadi karena
Sekutu/Inggris harus melakukan tugas hingga jauh ke pedalaman di Bandoeng. Pada
tanggal 15
Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris
menduduki Buitenzorg. Pada tanggal 16 Oktober 1945 pasukan
Belanda/NICA mengambil kendali di lapangan
terbang Tjililitan yang
lalu diikuti pertempuran
antara pasukan Belanda/NICA dengan
kelompok nasionalis di sekitar lapangan
terbang Tjililitan
tanggal 17
Oktober 1945. Pada tanggal 18 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris
memasuki Bandoeng. Baru
kemudian berturut-turut tanggal 20 Oktober 1945 pasukan Sekutu.Inggris mendarat pertama kali di Semarang dan tanggal 25 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris
mendarat di Soerabaja.
Pada tanggal 25 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris mendarat pertama kali di Soerabaja. Dalam hubungan ini melihat dan mendengar apa yang telah terjadi di Jawa bagian barat, si satu sisi orang Cina melihat kehadiran pasukan Cina di Jawa timur akan memunculkan risiko dan ancaman baru. Sementara di sisi lain, orang-orang Cina dapat dikatakan baru terbebas dari orang-orang Jepang yang mereka bencil. Bagi orang Cina siapa pun yang menjadi tuannya apakah orang pribumi atau orang Eropa/Belanda sama saja (indeferen) asal jangan Jepang lagi. Orang Cina di Malang merasa perlu untuk mendorong terbentuknya kedamaian dan ketertiban. Mereka mulai berpartisipasi sekalipun itu sekadar untuk meminta bantuan pihak ketiga.
De kroniek, 27-10-1945: ‘Komunitas
Cina di Malang telah mengirim telegram ke pemerintah di Tsjoengking dan Wellington
Koo, utusan Cina di London, meminta agar mereka menengahi masalah di Hindia’.
Nun jauh di sana di Belanda, terus memantau perkembangan di Indonesia. Para
investor mulai membuat rencana antara lain pengoperasian kembali kereta tram di
Malang (lihat Het financieele dagblad: waarin opgenomen het Amsterdamsch
effectenblad en de Dagelijksche beurscourant, 29-10-1945). Disebutkan tram di Kediri
dam tram di Malang, pada tanggal 2 November, dalam rapat pemegang saham luar
biasa yang akan diadakan, usulan penambahan dewan pengawas akan dibahas AJV
Vorster dan LMA Thole.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar