Rabu, 14 April 2021

Sejarah Australia (40): Pandangan Presiden Soekarno terhadap Australia; Mengunjungi Amerika Serikat, Mengapa Tidak Australia?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini

Artikel ini tidak berbicara tentang harga tiket pesawat antara bandara Soekarno-Hatta Jakarta (CGK) dan bandara Kingsford-Smith Sydney (SYD), juga tidak berbicara tentang seorang gadis Australia, Sally Andrews yang menulis lagu berjudul 'Presiden Soekarno'. Artikel ini lebih fokus pada pandangan Presiden Soekarno terhadap Australia.

Terbentuknya negara Indonesia berbeda dengan terbentuknya negara (federasi) Australia, tetapi antara Indonesia dan Amerika Serikat ada kemiripan. Negara (federasi) Australia lebih mirip pada Malaysia. Amerika Serikat menjadi suatu negara setelah perang dengan Inggris yang dipimpin oleh Jenderal Washington dan memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 4 Juli 1776. Menjelang hilangnya Amerika Serikat, Inggris mencari wilayah koloni baru dan ditemukan James Cook tahun 1773 di Australia. Pada tahun 1829 setelah bernegosiasi dengan Belanda, seluruh wilayah Australia menjadi milik Inggris. Sehubungan dengan itu terbentuk sejumlah negara bagian di Australia. Oleh karena keinginan untuk memiliki pemerintahan sendiri, seluruh negara bagian membentuk federasi (negara) yang dimulai pada tanggal 1 Januari 1901. Lalu kemudian pejuang-pejuang (revolusioner) Indonesia menyatukan persepsi tahun 1927 dengan dibentuknya PPPKI untuk menggalang persatuan dan kesatuan bangsa untuk mencapai kemerdekaan (dari Belanda) seperti halnya Amerika Serikat dari Inggris. Tujuan itu dapat tercapai yang mana Soekarno dan Mohamad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Catatan: Federasi Malaysia dibentuk Inggris tanggal 16 September 1963.

Lantas bagaimana sejarah pandangan Presiden Soekarno terhadap Australia? Tentu saja topik ini tidak pernah ditulis. Mengapa? Pertanyaan inilah yang akan dijawab melalui penelusuran data di dalam berbagai sumber. Namun yang pasti, Presiden Soekarno tidak pernah berkunjung ke Australia. Mengapa? Yang jelas Presiden Soekarno pernah berkunjung ke Amerika Serikat. Ada apa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Australia Di Mata Ir Soekarno

Pada tahun 1946, pada masa ibu kota Republik Indonesia di Djogjakarta, sebuah klub para fans Indonesia di New York menjuluki Presiden Soekarno sebagai George Washington van Indonesia (Limburgsch dagblad, 21-08-1946). Ketua klub Indonesia-club di New York adalah John R. Andu. Saat itu, Indonesia-club di New York akan melakukan pertemuan yang akan dihadiri 200 orang. Pearl Buck, penulis terkenal diundang untuk berbicara. Dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia berupa ucapan selama dibacakan dalam pertemuan di kota kantor PBB tersebut.

Apa yang menyebabkan orang Amerika Serikat mendukung kemerdekaan Indonesia dan mengapa Presiden Soekarno yang harus hijrah ke Djokjakarta disebut mereka sebagai George Washington van Indonesia? Tentu saja orang Amerika Serikat masih mengingat bagaimana Jenderal Washington memimpin perjuangan rakyat Amerika Serikat dalam mengusir Inggris dan berhasil memproklamasikan kemerdeakaan Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1776.

Para fans Indonesia di Amerika Serikat yang menjuluki Presiden Soekarno sebagai George Washington van Indonesia tampaknya ingin menyindir Inggris (perwakilan Sekutu dalam melucuti senjata dan evakuasi militer Jepang di Indonesia) yang telah memberi jalan kepada Belanda (NICA) untuk kembali menjajah Indonesia. Pesan ini tentu saja dimaksudkan kepada Australia yang turut membantu Inggris di Indonesia.

Sebagaimana diketahui Amerika Serikat, setelah membebaskan Filipina dari pendudukan militer Jepang telah memberikan kemerdekaan kepada Filipina pada tanggal 4 Juli 1946. Dalam hal ini Amerika Serikat telah membantu kemerdekaan Filipina, Lantas bagaimana dengan Inggris dan Australia? Justru mebantu Belanda untuk menjajah Indonesia kembali. Dalam konteks inilah para fans Amerika Serikat, mendukung kemerdekaan Indonesia dan menamai Presiden Soekarno yang harus mengungsui ke Djogjakarta sebagai George Washington van Indonesia. Tampaknya Amerika Serikat ingin konsisten sebagaimana nenek moyang mereka tempo doeloe yang dipimpin George Washington mengusir penjajah Inggris. Sebaliknya Australia tidak mengalami seperti yang dialami Amerika Serikat, tetapi hanya sebatas pembentukan federasi Australia sebagai suatu negara pada tanggal 1 Januari 1901 yang tetap berada di Inggris dengan nama persemakmuran.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Presiden Soekarno: Mengapa ke Amerika Serikat, Tidak ke Australia?

Presiden Soekarno kembali diingatkan sebagai George Washington van Indonesia. Ini terjadi pada tahun 1949 sesaat pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, Pemerintah Indonesia (RIS) mengeluarkan prangko yang menyandingkan nama-nama pahlawan Amerika Serikat dengan tokoh-tokoh Indonesia (lihat De Telegraaf, 28-12-1949). Disebutkan Presiden RIS Soekarno disandingkan dengan George Washington dan Mohamad Hatta disandingkan dengan Abraham Lincoln; Hadji [Agoes] Salim dengan Benjamin Franklin; dan Mr Maramis yang merancang struktur keuangan dari Republik Indonesia sebagai Alexander Hamilton (sekretaris negara keuangan pertama Amerika Serikat pada tahun 1915).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dalam kunjungan Soekarno ke Amerika Serikat tahun 1956, surat kabar De nieuwsgier, 16-05-1956 memberi judul berita: ‘George Washington van Azie’. De nieuwsgier mengutip ucapan Wellington Long yang pernah turut menghadiri konferensi Asia Afrika di Bandoeng (1955). Wellington Long saat itu mengatakan bahwa Presiden AS pertama George Washington. Presiden Soekarno adalah ayah bagi rakyatnya. Dalam konferensi tersebut disebut Wllington Long bahwa Soekarno mengingatkan para hadirin bahwa revolusi Amerika merebut kemerdekaan dimulai dari perang melawan Inggris.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar