*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini
Sejarah pertanian nyaris tidak mendapat tempat
dalam narasi sejarah, termasuk dalam narasi sejarah Bengkulu. Mengapa? Boleh
jadi tidak ada yang tertarik. Bisa jadi karena ketersediaan datanya minim. Okelah,
itu satu hal. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah pertanian adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari sejarah.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang disana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut. Sejak tahun 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi. Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah pertanian di wilayah Bengkulu? Seperti disebutkan di atas, sejarah pertanian kurang mendapat perhatian. Namun itu tidak menjadi halangan untuk menulis sejarah pertanian. Sejarah pertanian dapat dimulai dari era Inggris dan era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah pertanian di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.