*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini
Sejak kehadiran pelaut-pelaut Belanda yang
dimpin oleh Cornelis de Houtman sudah terjadi kekerasan dengan menggunakan
senjata. Ketika pelaut Belanda semakin menguat, relokasi dari Amboina ke
Batavia tahun 1619 sebagai pusat VOC. Pada tahun 1628 Mataram menyerang
Batavia. Permusuhan terus berlanjut hingga terbentuk aliansi di Soerakarta
antara pemerintah VOC dengan kerajaan (kemudian perjanjian Gijanti 1755).
Faktor kedekatan inilah yang kemudian terbentuknya legion pasukan pribumi di
Soerakarta yang terus bertahan hingga detik-detik berakhirnya Belanda di
Indonesia.
Legiun Mangkunegaran adalah korps bersenjata Kadipaten Mangkunegaran dibentuk masa Mangkunegara II (era VOC). Daendels melakukan upaya dalam mempertahankan Jawa, serta membangun jalan trans-Java. Daendels juga melakukan upaya pengumpulan pasukan bantuan dari kerajaan-kerajaan kecil di Jawa, salah satunya adalah Mangkunegaran. Kepada Praja Mangkunegaran, Daendels kemudian menetapkan pembentukan satuan militer setingkat legiun, disebut Legiun Mangkunegaran, 29 Juli 1808 dan menetapkan Mangkunegara II sebagai pimpinan satuanr tersebut. Tahun 1808 Legiun Mangkunegaran memiliki; 1.150 prajurit terdiri 800 infanteri (Fusilier), 100 penyerbu (Jagers), 200 kavaleri (berkuda), dan 50 rijdende artileri; Tahun 1816 jumlah personilnya 739 kemudian 800 orang; Tahun 1825–1830 jumlah personil 1500; Tahun 1831 jumlah berkurang menjadi 1000; Tahun 1935 Legiun Mangkunegaran dibagi dalam staf yang memiliki; ajudan atau intendan, dokter militer, dan korps musik, dan batalyon dibagi dengan 6 kompi serta unit mitraliur. Kiprah Legiun Mangkunegaran dimulai sejak invasi Inggris. Legiun Mangkunegaran ikut dalam sebuah operasi militer untuk mempertahankan Semarang dan Klaten. Pada masa pendudukan Inggris di bawah kepemimpinan Raffles, Legiun Mangkunegaran dipercaya untuk menjaga ketertiban di Jawa yang pada masa itu. Legiun Mangkunegaran terlibat penyerbuan Keraton Yogyakarta 19-20 Juni 1812. Mangkunegaran mendapat hadiah berupa tanah seluas 1.000 cacah dari Raffles. Selanjutnya selama berada di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Legiun Mangkunegaran dilibatkan dalam berbagai operasi militer, seperti penumpasan bajak laut di Bangka (1819-1820), Perang Jawa (1825-1830), dan Perang Aceh II (1873) (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Legiun Mangkunegara di Soerakarta dan Akademi Militer di Bandoeng? Seperti disebut di atas, sejak era VOC, pasukan pribumi telah dilibatkan dalam pertahanan militer yang kemudian dilanjutkan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Selain Barisan Madoera, Legioen Mangkonegaraan adalah bagian dari dari militer Pemerintah Hindia Belanda. Namun bagaimana kelanjutannya bagaimana berakhirnya pasukan pribumi di Hindia Belanda? Lalus bagaimana sejarah Legiun Mangkunegara di Soerakarta dan Akademi Militer di Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.