Rabu, 17 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (780): Pantai Benua Australia dan Geomorfologi; Pelaut Nusantara, Portugis, Belanda dan Inggris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti artikel sebelum ini, navigasi pelayaran Nusantara tidak hanya mencapai pantai timur Tiongkok tetapi juga pantai-pantai di benua Australia, bahkan Pasifik di Selandia Baru. Navigasi pelayaran nusantara tersebut sudah dilakukan jauh sebelum kehadiran orang-orang Eropa. Pada saat pelaut-pelaut Eropa (Portugis dan Belanda/VOC) mencapai pantai-pantai di Australia sudah terdapat koloni orang Nusantara (ini luput perhatian dalam narasi sejarah). Dimana koloni nusantara itu berada, tentulah menarik untuk diperhatikan. Seperti biasanya pemukiman awal berada di muara-muara sungai besar. Mengapa?


Pelaut Eropa pertama yang mencapai Australia adalah pelaut-pelaut Portugis. Jalur navigasi pelayaran yang mereka gunakan awalnya adalah jalur navigasi pelayaran orang nusantara dan perdagang-pedagang Moor melalui pantau barat dan pantai selatan Papua hingga mencapai pantai timur Australia. Hal itulah kemudian nama selat yang memisahkan pulau Papua dan daratan Australia disebut selat Torres (nama seorang pelaut Portugis). Tampaknya tidak terlalu menarik perhatian para pedagang-pedagang Portugis, yang lebih memilih konsentrasi di kepulauan Maluku. Pada tahun 1605 pelaut Belanda mengusir orang Portugis di Amboina (tamat sudah seabad Portugis di Maluku). Pada tahun 1613 pelaut Belanda mengusir Portugis di Koepang (Portugis bergeser ke bagian timur pulau Timor/kini Timor Leste). Pada tahun 1641 VOC/Belanda kembali mengusir Portugis, kini giliran di Malaka, lalu pada tahun 1642 mengusir Portugis di Kamboja dan teluk Tonkin (Hanoi yang sekarang). Praktis koloni Portugis hanya tersisa di pulau Timor dan di Makao (pantai timur Tiongkok). Setahun kemudian giliran pelaut Belanda yang mencapai Australia tahun 1643. Ekspedisi Belanda yang dipimpin Abel Tasman tersebut sangat unik. Ekspedisi justru dimulai dari pulau Madagaskar (Afrika Selatan) dengan membawa orang-orang Madagaskar yang berbahasa Melayu untuk melintasi selatan Lautan India hingga mencapai pantai selatan Australia. Ekspedisi ini kemudian memutari pantai tenggara Australia melewati pulau-pulau di Selandia Baru terus ke pantai utara Papua hingga ke Amboina. Selanjutnya dari Amboina ekspedisi menuju Batavia. Pulau besar di selatan Australia kemudian ditabalkan dengan nama pulau Tasmania. Lalu giliran pelaut Inggris melakukan ekspedisi ke Australia dan Pasifik pada tahun 1772 yang dipimpin oleh James Cook yang mengawali ekspedisi dari Batavia. Orang-orang Inggris sejak tahun 1776 membentuk koloni di pantai tenggara Australia (kini Sidney). Sejak itu orang-orang Belanda terusir dari Australia. Putus sudah hubungan navigasi pelayaran orang nusantara ke Australia.

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai benua Australia? Seperti disebut di atas, benua Australia sudah sejak masa lampau pelaut-pelaut Nusantara mencapai Australia dan kemudian secara bertahap disusul pelaut-pelaut Eropa yang dimulai Portugis yang kemudian diikuti pelaut Belanda dan terakhir oleh pelaut Inggris (yang menjadi pangkal perkara hubungan nusantara dan Australia terputus). Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai benua Australia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (779): Pantai Timur Tiongkok dan Geomorfologi;Navigasi Pelayaran Nusantara Mencapai Kota Canton


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mungkin anda bertanya, untuk apa harus memahami geomorfologi pantai timur Tiongkok. Bukankah itu suatu yang jauh dan suatu yang tidak terkait dengan nusantara? Nah disitulah tantangannya dalam penyelidikan sejarah. Faktanya, sebelum orang Tiongkok menjadi pelaut, orang-orang Nusantara sudah memiliki kemampuan navigasi pelayaran perdagangan hingga pantai timur Tiongkok. Suatu yang jauh menjadi prestasi sediri dan yang diduga tidak terkait bahwa faktanya ada hubungan yang erat antara nusantara dan Tiongkok pada masa lampau, khususnya pantai timur.


Pada zaman kenabian (Muhamad SAW masih hidup), menurut catatan Tiongkok abad ke-7 pada Dinasti Tang sudah ada perkampongan orang Arab di Canton. Dalam catatan itu tidak disebutkan apakah ada perkampongan oraang asal Nusantara. Catatan Tiongkok dari Dinasti Han, orang nusantara yang mencapai Tiongkok terjadi pada abad ke-2. Disebutkan utusan Raja Yeh-tiao (kerajaan di selatan lautan) menghadap Kaisar Tiongkok di Peking dalam rangka membuka pos perdagangan (sejumlah penbeliti era Hindia Belanda pos perdagangan itu diduga Nha Trang, Vietnam yang sekarang yang mana ditemukan prasasti Vo Chan daro abad ke-3. Satu yang penting dari adanya perkampongan Arab di Canton dibentuk oleh para pelaut/pedagang Arab yang tekah mencapai Tiongkok. Pelaut-pelaut Arab diduga sebelumnya telah membentuk perkampongan di Baroes, pantai barat Sumatra di Tapanuli. Kini terdapat makam tua Islam yang diduga berasal dari Persia/Arab di Barus

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Tiongkok? Seperti disebut di atas, jauh sebelum orang Tiongkok menjadi pelaut, navigasi pelayaran Nusantara sudah mencapai pantai timur Tiongkok dan pulau Tainan/Taiwan. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Tiongkok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 16 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (778): Pantai Utara Jawa dan Geomorfologi;Sunda Banten Mandlika Jepara Tuban (Taruma-Majapahit)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Jangan bayangkan pulau Jawa yang sekarang sama dengan pulau Jawa di zaman kuno. Sangat jauh berbeda. Meski sudah ada kehidupan awal di pulau Jawa di Trinil/Sangiran (Pithecanthropus Erectus), tetapi populasi manusia baru meningkat drastis di era Homo Sapiens. Namun perubahan geomorfologis pulau Jawa diduga dimulai pada zaman navigasi pelayaran perdagangan. Perubahan itu masih berlangsung terus hingga awal navigasi pelayaran perdagangan orang Eropa di Nusantara.


Peta-peta tertua pulau Jawa tidak ditemukan. Peta-peta nusantara dari era Ptolomeus abad ke-2 hanya ditermukan untuk peta pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya (Aurea Chersoenesus) dan peta pulau Kalimantan (Taprobana). Meski demikian, laporan pelaut-pelaut Arab sudah mencapai (pulau) Jawa melalui selat Sunda pada abad ke-12. Dalam rentang waktu tersebut terdapat nama-nama kerajaan di Jawa seperti Tarumanegara dan Kalingga. Teks Negarakertagama (1365) tidak memiliki peta, tetapi cukup banyak nama-nama geografis yang dapat diperbandingkan dengan pulau Jawa sekarang. Peta pulau Jawa paling tua berasal dari era Portugis. Sebagaimana diketahu, setelah Portugis menaklukkan Malaka pada tahun 1511, pada tahun yang sama dua kapal Portugis menuju Maluku melalui pantai tenggara Sumatra, menyusuri pantai utara Jawa dan perairan di utara pulau-pulau Nusa Tenggara. Dalam publikasi tahun 1521 pulau Jawa sudah digambarkan, tetapi tidak ada nama tempat yang diidentifikasi. Peta Portugis tahun 1561 sejumlah nama tempat diidentifikasi, yakni: pulau Sunda dan kota-kota pelabuhan antara lain Banten, Jepara, Mandalika dan Tuban.  

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Pantai Utara Jawa? Seperti disebut di atas, peradaban sudah terbentuk lama di Jawa, tetapi kurang terinformasikan dan baru ada laporan pada saat mana pelaut-pelaut Arab mencapai Jawa. Sejak itu mulai disebuatkan nama-nama tempat di Jawa tetapi tidak ada peta yang ditemukan. Peta pulau Jawa baru ada pada sejak kehadiran orang Eropa/Portugis. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Pantai Utara Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (777): Pantai Barat Sumatra dan Geomorfologi; Wilayah Angkola Mula Peradaban Awal Nusantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Awal peradaban baru di Nusantara diduga kuat berasal dari wilayah Asia. Sebagai awal peradaban baru, berbagai elemen budaya baru bagi populasi penduduk asli yang terbentuk, merupakan interaksi penduduk pulau-pulau nusantara dengan orang asing di wilayah Asia. Arah kehadiran peradaban baru itu berasal dari arah barat (khusunya India) melalui daratan (pegunungan Himalaya ke Semenanjung Malaya dan semenanjung Indochina) maupun melalui navigasi pelayaran pantai (pantai-pantai sepaanjang India Timur, teluk Bengale hingga ke semenanjung Pegu/Burma (kini Myanmar) dan seterusnya melalui daratan awal (gugus pulau0pulau Andaman/Nicobar) hingga pantai barat Sumatra dimana peradaban awal dimulai di wilayah Angkola yang sekarang. Selanjutnya, kehadiran orang Eropa ke Nusantara, termasuk pantai barat Sumatra teknologi navigasi pelayaran sudah sangat maju.


Seorang botanis Inggris Charles Miller mengunjungi (wilayah) Angkola pada tahun 1772. Pengiriman Miller ini ke Tanah Batak diduga dalam upaya Inggris menguasai nusantara. Pada tahun yang sama James Cookj dikirim melakukan ekspedisi ke Australia dan Pasifik. Saat itu, Inggris yang berpusat di India (Calcutta) telah memiliki koloni kecil di Bengkulu. Boleh jadi pengiriman ini diduga kaitannya dengan semakin terdesaknya Inggris di Amerika Serikat. Dua tahun kemudian Inggris menyerah di Amerika Serikat sehubungan dengan proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1774. Hasil ekspedisi James Cook diterbitkan pada tahun 1775. Dalam laporan ini, Cook merekomendasikan ahar Inggris membentuk koloni di Aistralia (bagian tenggara). Pada tahun 1877 koloni Inggris dimulai di Australia di Sydney. Dua tahun kemudian, pada tahun 1879 skuadron Inggris yang berpangkalan di Madras dipindahkan ke Bengkulu. Inilah awal invasi Inggris di Nusantara (wilayah yang telah dikuasasi Belanda/VOC sejak 1619). Tujuan Inggris menggeser pangkalan di India ke pantai barat Sumatra diduga kuat untuk: (1) mengamankan koloni baru di Australia, (2) mengamankan jalur perdagangan antara India dan Tiongkok melalui selat Malaka; dan (3) upaya menaklukkan Belanda/VOC yang berpusat di Jawa dengan ibu kota di Batavia.

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Pantai Barat Sumatra? Seperti disebut di atas, awal mula peradaban baru Nusantara di pantai barat Sumatra diduga bermula di wilayah Angkola yang kemduian mempengaruhi perubahan geomorfologi wilayah. Perubahan ini terus terjadi hingga kehadiran orang Eropa. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Pantai Barat Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 15 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (776): Kerajaan Batak - Kerajaan Jawa; Navigasi Pelayaran Perdagangan di Utara dan Selatan Ekuator


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelum ini fokus pada peradaban awal nusantara (di Jawa dan Batak). Artikel ini fokus pada perluasan peradaban nusantara melalui instrument penting yakni navigasi pelayaran perdagangan. Peningkatan peradaban semakin menguatnya navigasi pelayaran semakin meningkatkan level peradaban. Peradaban awal nusantara di Tanah Batak berada di utara khatulistiwa, di Tanah Jawa di selatan khatulistiwa. Dalam konteks ini dalam sejarah navigasi pelayaran awal nusantara tergambar lalu lintas navigasi pelayaran perdagangan Tanah Batak berada di utara khatulistiwa dan Tanah Jawa di selatan khatulistiwa.


Pada masa ini di Indonesia, daerah yang diasosiasikan dengan daerah navigasi pelayaran (pelaut dan perlayaran) adalah Sulawesi Selatan dan Aceh dan mungkin Riau. Daerah Tanaah Jawa dan daerah Tanah Batak masa ini diasosiakan dengan usaha perrtanian (karena secara geografis berada di pedalaman). Namun daerah Sulawesi Selatan, Aceh dan Riau dalam awal peradaban nusantara tentulah belum dikenal. Yang sudah dikenal dalam bidang navigasi pelayaran di nusantara masih terbatas di Tanah Batak dan Tanah Jawa. Dalam hal ini, pada zaman doeloe, awal peradaban nusantara, kota-kota penting di Tanah Jawa dan di Tanah Batak masih berada di (garis) pantai (wilayah pesisir). Proses sedimentasi jangka panjang, Tanah Jawa dan Tanah Batak pada masa ini terkesan berada di pedalaman. Geomordoligis nusantara pada zaman dulu berbeda dengan masa kini. Secara geomorfologi Tanah Jawa di pantai utara telah berubah dan secara geomorfologis Tanah Batak di pantai timur telah berubah. Sebelum perubahan itulah kita membicarakan navigasi pelayaran perdagangan Tanah Batak dan Tanah Jawa. Wilayah Nusantara itu begitu luas, tampaknya tidak mampu diatasi hanyai dengan satu kerajaan besar, karena itu yang muncul di atas laut-laut Nusantara adalah dua matahari (navigasi pelayaran di utara ekuator adalah matahari dari utara; di selatan khatulistiwa adalah matahari dari selatan).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Batak dan Kerajaan Jawa memiliki navigasi pelayaran perdagangan di utara dan selatan khatulistiwa? Seperti disebut di atas, peradaban awal yang kuat di nusantara hanya di Tanah Batak dan di Tanah Jawa. Hal itu yang menyebabkan bacigasi pelayaran berkembang di dua wilayah yang berbeda. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Batak dan Kerajaan Jawa memiliki navigasi pelayaran perdagangan di utara dan selatan khatulistiwa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (775): Jawa dan Batak, Peradaban Awal Nusantara; Pusat Percandian di Tanah Batak dan Tanah Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Nusantara (baca: Indonesia) peradaban awal terjadi sejumlah tempat. Peradaban yang secara khusus hanya terdapat di di Tanah Batak dan di Tanah Jawa. Namun sejarah peradaban awal di Tanah Batak kurang terpublikasikan. Selain hanya di Jawa, narasi sejarah kuno Indonesia (baca: Nusantara) yang monumental hanya di Sumatra bagian selatan (daerah aliran sungau Musi) dan di Sumatra bagian tengah (daerah aliran sungai Batanghari). Mengapa sejarah monumental di Sumatra bagian utara (daerah aliran sungai Batang Pane/Barumun) dikerdilkan?


Pada saat para peneliti sejarah dan ahli arkeologi yang berasal dari orang Belanda, Inggris dan Prancis sibuk mendiskusikan panjang lebar sejarah peradaban awal di Jawan di Siam dan Tiongkok serta Semenanjung Malaya, hanya sayup-sayup mendengar berita penemuan peradaban awal di Sumatra bagian utara (Tanah Batak). Pembahasan awal peradaban din Jawa (Singhasari dan Majapahit) menambah kesunyian dalam penemuan bukti peradaban awal di Tanah Batak di Tapanuli Selatan. FM Schnitger yang belum lama diangkat sebagai kepala dinas kepurbakalaan di Palembang tahun 1935 mendengat itu segera bergegas ke Padang Lawas (Tapanuli Selatan). Tidak ada peneliti lainnya yang ikut bergabung, FM Schnitger bekerja tidak melewatkan dan segera bekerja dengan sendiri. Studinya di Padang Lawas dengan cepat dipantau di Eropa khususnya di London. FM Schnitger, bukan orang Belanda tetapi seorang Jerman. Temuan FM Schnitger kurang terespon oleh peneliti-peneliti Belanda. Boleh jadi dengan nada menyindir FM Schnitger memberi judul buku yang banyak berkontribusi dari hasil penelitiannya di Padang Lawas dengan judul: ‘Forgotten Kingdoms in Sumatra’ yang diterbitkan tahun 1939.

Lantas bagaimana sejarah Jawa dan Batak, dua peradaban awal Nusantara? Seperti disebut di atas, pusat percandian hanya di Tanah Batak dan Tanah Jawa. Di Tanah Jawa ditemukan puluhan candi, di Tanah Batak juga ditemukan belasan candi. Hanya di dua wilayah ini di Indonesia yang memiliki pusat percandian.  Lalu bagaimana sejarah Jawa dan Batak, dua peradaban awal Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.