Jong Sumatranen Bond adalah nama pop perserikatan pemuda Sumatra. Pada awal pendirian perserikatan pemuda Sumatra ini di Batavia hanya disebut Sumatranen Bond. Oleh karena pendiri, pengurus dan anggotanya adalah para pemuda (yang berkembang di kalangan mahasiswa dan pelajar) yang berasal dari (pulau) Sumatra maka nama publiknya ke permukaan disesuaikan dengan nama Jong Sumatranen Bond agar setara dengan Jong Java yang sudah lebih awal didirikan.
De Sumatra post, 17-01-1918 |
Jong Sumatranen
Bond adalah semacam sayap (pemuda) Sumatranen Bond, seperti halnya Jong Java
sayap (pemuda) dari Boedi Oetomo. Dalam perkembangannya dua perserikatan pemuda
ini muncul Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Islamieten Bond dan sebagainya.
Selain menggunakan terminologi (bahasa) Belanda ada (kalan) juga menggunakan
terminology (bahasa) Melayu: jong=pemuda dan bond=sarikat.
Sumatra Sepakat
Perserikatan
pemuda asal (pulau) Sumatra pertama kali diproklamirkan di Belanda pada tanggal
1 Januari 1917. Ide perserikatan pemuda asal Sumatra ini timbul sebagai respon
terhadap munculnya Jong Java seiring dengan semakin menguatnya Boedi Oetomo
(yang disokong pemerintah). Pendirian perserikatan pemuda asal Sumatra di
Belanda ini diberi nama Sumatra Sepakat yang mana ketuanya adalah Sorip Tagor
(kelak lebih dikenal sebagai ompung dari Inez/Risty Tagor).
De Sumatra post, 31-07-1919 |
Sorip Tagor
mempelopori didirikannya Sumatranen Bond di Belanda. Pada tanggal 1 Januari
1917, Sumatranen Bond resmi didirikan dengan nama ‘Soematra Sepakat’. Dewan
terdiri dari Sorip Tagor (sebagai ketua); Dahlan Abdoellah, sebagai sekretaris
dan Soetan Goenoeng Moelia sebagai bendahara. (Salah satu) anggota (benama)
Ibrahim Datoek Tan Malaka (yang kuliah di kampus Soetan Casajangan). Tujuan
didirikan organisasi ini untuk meningkatkan tarap hidup penduduk di Sumatra,
karena tampak ada kepincangan pembangunan antara Jawa dan Sumatra. Mereka yang
tergabung dalam himpunan ini menerbitkan majalah yang akan dikirim ke Sumatra
dan mengumpulkan berbagai buku yang akan dikirimkan ke perpustakaan di Padang,
Fort de Kock, Sibolga, Padang Sidempoean, Medan. Koeta Radja dan di tempat lain
di Soematra (lihat De Sumatra post,
31-07-1919).
Indisch Vereeniging (Perhimpunan Hindia) pada
era Sorip Tagor semakin loyo sejak Soetan Casajangan pulang ke tanah air tahun
1914. Pendirian Sumatranen Bond di Belanda oleh Sorip Tagor boleh jadi
merupakan suatu respon terhadap munculnya Jong Java di Jawa (sebagai sayap
pemuda Boedi Oetomo). Sebagian anggota Indisch Vereeniging yang berasal dari
Jawa (yang umumnya dari kalangan ningrat) sudah mulai kehilangan focus perjuangan
dan secara tidak sadar mulai berkiblat ke Boedi Oetomo di Jawa (kedaerahan)
daripada Indisch Vereeniging di Belanda (nasional).
Menurut Sorip Tagor studi dan kegiatan politik sejalan
dalam organisasi. Sorip Tagor menulis artikel tentang Perhimpunan Hindia di
majalah Hindia Poetra edisi Januari 1919 dengan kata-kata pedas. Menurutnya,
jika Perhimpunan Hindia menghindari politik, organisasi tidak akan mencapai
apapun dalam bentuk manfaat bagi penduduk Hindia, baik hari ini maupun masa datang.
Sorip Tagor mempersalahkan sejumlah orang Jawa dari keluarga ningrat yang tak
punya perhatian terhadap situasi di Hindia dan keadaan kehidupan wong cilik
(lihat Harry A. Poeze et al: ‘Di negeri
penjajah: orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950).
Situasi dan kondisi ini dilihat Sorip Tagor
sebagai suatu pembelokan visi dan misi Indisch Vereeniging. Sebagai mahasiswa
asal Sumatra paling senior (asisten dosen di sekolah kedokteran hewan di
Buitenzorg yang melanjutkan studi di Utrecht, coba menyindir mahasiswa asal
(pulau) Jawa dan menaikkan tingkat radikalitas mahasiswa dengan menggagas
didirikannya Jong Sumatranen (yang dalam hal ini Sumatra Sepakat). Ide Sorip
Tagor ini didukung habis mahasiswa asal Sumatra terutama dari West Sumatra
seperti Dahlan Abdoellah dan Tan Malaka.
Sorip Tagor Harahap adalah mahasiswa angkatan pertama sekolah
kedokteran hewan (Inlandschen Veeartsen School) di Buitenzorg yang dibuka tahun 1907. Sorip Tagor diangkat asisten dosen di kampusnya tahun 1912 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 16-08-1912). Setelah beberapa tahun menjadi asisten dosen, Sorip Tagor berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studinya untuk
mendapatkan gelar dokter hewan penuh (setara dokter hewan Belanda). Bulan Juni
1916, Sorip Tagor lulus dan diterima sebagai kandidat dokter hewan di
Rijksveeartsenijschool, Utrecht (lihat Algemeen Handelsblad, 19-06-1916).
Mangapa Sorip Tagor berapi-api soal
nasionalisme? Jawabnya adalah karena Sorip Tagor dan Soetan Casajangan
sama-sama memiliki satu pemikiran. Boleh jadi, Sorip Tagor telah banyak
mendapat masukan dari Soetan Casajangan. Sejak awal, Soetan Casajangan adalah
actor pertama pergerakan di Belanda yang kerap memberikan kritik dan solusi
kehidupan di Hindia di berbagai forum yang dihadiri oleh kalangan cendekiawan
di Belanda.
Foto Soetan Casajangan dalam sebuah jurnal (1913) |
Geachte Dames en Heeren! (Dear Ladies and Gentlemen).
..saya selalu
berpikir tentang pendidikan bangsa saya...cinta saya kepada ibu pertiwa tidak
pernah luntur...dalam memenuhi permintaan ini saya sangat senang untuk langsung
mengemukakan yang seharusnya..saya ingin bertanya kepada tuan-tuan (yang hadir
dalam forum ini). Mengapa produk pendidikan yang indah ini tidak juga berlaku
untuk saya dan juga untuk rekan-rekan saya yang berada di negeri kami yang
indah. Bukan hanya ribuan, tetapi jutaan dari mereka yang merindukan pendidikan
yang lebih tinggi...hak yang sama bagi semua...sesungguhnya dalam berpidato ini
ada konflik antara 'coklat' dan 'putih' dalam perasaan saya (melihat
ketidakadilan dalam pendidikan pribumi).
Itulah gaya santun Soetan Casajangan seorang
guru dalam berjuang, untuk meningkatkan harga diri bangsanya. Sebelum pulang ke
tanah air, Soetan Casajangan masih terus berjuang tidak melalui forum tetapi
melalui buku. Pada tahun 1913 Soetan Casajangan menerbitkan buku yang dicetak
di Barns oleh Percetakan Hollandia-Drukkerij. Inilah cara Soetan Casajangan
agar orang di Eropa dapat melihat apa yang terjadi di Hindia. Buku itu
berjudul: 'Indische Toestanden Gezien Door Een Inlander' (negara bagian di
Hindia Belanda dilihat oleh penduduk pribumi).
Buku ini adalah sebuah monograf (kajian ilmiah) yang
mendeskripsikan dan membahas tentang perihal ekonomi, sosial, sejarah budaya
Asia Tenggara (nusantara) dan khususnya pembangunan pertanian di Indonesia.
Buku ini berangkat dari pemikiran bahwa sudah sejak lama penduduk pribumi
merasakan adanya dorongan untuk penyatuan yang lebih besar yang kemudian dengan
munculnya berbagai sarikat, antara lain Indisch Vereeniging (digagas oleh
Soetan Casajangan), Buku ini sangat mengejutkan berbagai pihak di kalangan
orang Belanda baik di Negeri Belanda maupun di Hindia Belanda. Buku ini adalah
buku pertama orang pribumi yang diterbitkan pertama kali dan diedarkan di
Eropa.
Sumatranen Bond di Batavia
Soetan Casajangan dan Sorip Tagor adalah dua
mata rantai berikatan kuat yang terus berjuang membebaskan diri dari belenggu
penjajah. Soetan Casajangan dan Sorip Tagor tentu saja sudah bertemu saat
Soetan Casajangan pulang ke tanah air tahun 1914 sebelum Sorip Tagor berangkat
studi ke Belanda tahun 1916. Sebagaimana diketahui Soetan Casajangan saat
kembali ke tanah air setelah sembilan tahun di Belanda (sejak 1905) pada tahun
1914 mengajar di Buitenzorg dan pada tahun 1915 mengajar di Sekolah Radja di
Fort de Kock. Saat Soetan Casajangan di Buitenzorg ini Sorip Tagor sudah
menjadi asisten dosen di kampusnya. Dua dosen asal Padang Sidempuan bertemu di
Buitenzorg untuk memikirkan kelanjutan perjuangan kebangkitan bangsa.
Pada saat Sorip Tagor sudah di Belanda, Soetan Casajangan
dipindahkan dari Fort de Kock dan ditempatkan di sekolah guru Normaal School di
Meester Cornelis (kini Jatinegara). Dengan kata lain, Soetan Casajangan sudah
berada di Batavia (di pusat pergerakan kebangkitan bangsa) saat mana Sorip
Tagor memproklamirkan Sumatra Sepakat sebagai wadah Jong Sumatra di Belanda. Soetan
Casajangan boleh jadi mulai tersenyum dan bergegas menemuai mahasiswa-mahasiswa
asal Sumatra di Batavia. Soetan Casajangan adalah tokoh mahasiswa yang sangat
dihormati oleh semua mahasiswa terutama mahasiswa asal Sumatra.
Seide dengan Jong Sumatra di Belanda yang
telah mendirikan wadah Sumatra Sepakat, di Batavia juga didirikan wadah
pergerakan yang disebut Sumatranen Bond. Organisasi ini dibentuk oleh
mahasiswa-mahasiswa STOVIA Batavia yang berasal dari Sumatra. Sumatra Bond yang
mewadahi pemuda Sumatra (Jong Sumatra) didirikan pada tanggal 8 Desember 1917 (setahun
setelah Sumatra Sepakat didirikan tanggal 1 Januari 1917).
De Sumatra post, 17-01-1918 |
Kongres Sumatranen Bond Pertama di Kota Padang
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar