*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Kerak telor adalah makanan asli Betawi. Jenis makanan ini meski sudah tergolong tua, tetapi hingga ini hari masih eksis dalam daftar kuliner khas Betawi. Apa hebatnya? Itu dia. Namun setelah dilacak ke masa lampau, ternyata kerak telor tidak dikenal. Yang ada adalah kerak ketan. Lantas mengapa kini kerak ketan disebut kerak telor? Nah, itu dia.
Kerak telor adalah makanan asli Betawi. Jenis makanan ini meski sudah tergolong tua, tetapi hingga ini hari masih eksis dalam daftar kuliner khas Betawi. Apa hebatnya? Itu dia. Namun setelah dilacak ke masa lampau, ternyata kerak telor tidak dikenal. Yang ada adalah kerak ketan. Lantas mengapa kini kerak ketan disebut kerak telor? Nah, itu dia.
Tukang kerak telor (wikipedia) |
Selama
ini, di berbagai media, kerak telor atau kerak ketan disebutkan sudah ada sejak era
kolonial. Akan tetapi itu tentu tidak cukup informatif. Untuk itu, mari kita tinjau
kembali, sejak kapan kali pertama keberadaan kerak telor dilaporkan? Paling tidak upaya itu akan menambah
pengetahuan kita dalam memahami sudah seberapa tua makanan khas yang satu ini.
Buku Masakan:
Satiaman Parada Harahap
Keberadaan kerak ketan kali pertama
dilaporkan tahun 1903 (Bataviaasch nieuwsblad, 12-02-1903).
Itu terjadi pada hari perayaan Tjap Go Meh. Di sebuah lapangan terdapat banyak
warung yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman, termasuk kerak
ketan. Tidak hanya makanan dan minuman yang dijajakan tetapi juga berbagai
buah-buahan seperti durian, cempedak dan nangka. Keramaian tersebut juga
dihiasi bunyi petasan, acara musik, pertunjukan barongsai. Sangat meriah.
Perayaan Tjap Go Meh ini diadakan di Pintoe Besar.
Javasche courant, 11-11-1843 |
Bagaimana
cara membuat makanan dan minuman sudah sejak lama dibukukan. Laporan adanya
buku masakan diketahui pada tahun 1843 (lihat Javasche courant, 11-11-1843).
Setelah sekian lama baru muncul buku masakan tahun 1887 di Semarang (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 19-11-1887). Buku berbahasa Melayu ini menyajikan bagaimana
membuat masakan cara Belanda dan cara Jawa. Dalam buku ini juga disajikan cara
membuat berbagai jenis kue, minuman, manisan dan asinan. Total ada sebanyak 600 jenis makanan/minuman. Pada
tahun 1900 muncul iklan tiga buku masakan di Medan, yakni buku masakan Belanda
di Hindia dan dua buku masakan nusantara yakni Buku Masakan Hindia Belanda dan
Buku Masakan Kokki Bitja (lihat De Sumatra post, 04-09-1900), Buku Kokki Bitja
ini tampaknya terkenal, sejak muncul tahun 1900 masih diiklankan di Sumatra
post hingga tahun 1905. Buku
masakan Kokki Bitja ditulis oleh Nonna Cornelia sejatinya adalah buku yang terbilang lama dan telah dicetak berulang
kali, Buku ini terbit pertama kali tahun (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-11-1859). Buku ini muncul lagi
tahun 1927 cetakan ke-16 (lihat Sumatra post, 07-03-1927).
Pada dasarnya penjaja makanan dan minuman
tentu sudah banyak. Demikian juga warung-warung, baik warung nasi dan warung
kopi juga menyediakan berbagai makanan dan minuman. Lalu kemudian muncul
berbagai iklan di surat kabar yang menawarkan berbagai jenis makanan dan
minuman oleh kedai kopi dan rumah makan. Setelah lama berselang, pada tahun 1934 muncul buku masakan pertama yang
ditulis oleh seorang pribumi diberi judul Boekoe Masakan (Kookboek) yang ditulis oleh Satiaman P. Harahap. Buku
ini ditulis dalam bahasa Indonesia.
Bataviaasch nieuwsblad, 20-07-1934 |
Buku tersebut diterbitkan oleh penerbit
Bintang Hindia. Percetakan Bintang Hindia ini adalah penerbit surat kabar
kondang Bintang Timoer. Pemilik percetakan Bintang Hindia dan editor surat
kabar Bintang Timoer adalah Parada Harahap. Satiaman, pengarang Boekoe Masakan
adalah istri dari Parada Harahap. Buku Nyonya Harahap ini berisi 200 jenis
masakan dan 200 jenis kue dan roti (Bataviaasch nieuwsblad, 20-07-1934). Bersamaan
dengan buku masakan ini juga buku Parada Harahap diterbitkan berjudul Menoedjoe
Matahari Terbit. Buku ini merupakan laporan jurnalistik Parada Harahap yang
memimpin tujuh orang pertama Indonesia ke Jepang pada bulan Desember
1933-Januari 1934. Tujuh orang ini adalah revolusioner termasuk Mohammad Hatta
yang baru pulang studi dari Belanda. Parada Harahap sebelumnya telah
menerbitkan buku berjudul Dari Pantai ke Pantai (laporan jurnalistik selama
kunjunganya di Sumatra) tahun 1926 (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 21-07-1934). Boetet Satidjah alias Satiaman adalah
wartawati Indonesia pertama, pendiri dan editor majalah (wanita) bernama
Perempuan Bergerak yang terbit pertama tahun 1918 di Medan. Motto majalah ini
adalah ‘De beste stuurlui staan aan wal’ diartikan sebagai pasangan yang
terbaik adalah yang bisa juga berdiri di depan. Sementara Parada Harahap sendiri sebelum
hijrah ke Batavia tahun 1923 mendirikan surat kabat revolusioner bernama Sinar Merdeka di Padang
Sidempuan tahun 1919.
Sejak
munculnya buku masakan karya Satiaman tersebut baru menyusul buku masakan
(kookboek) berjudul Indisch Grechten. Buku masakan berbahasa Belanda ini diterbitkan
oleh pabrik mentega Archa pada tahun 1935. Buku ini berisi 72 jenis masakan
yang meliputi berbagai macam jenis tumis, smoor, nasi, kari, sayur, pindang,
sambal dan sebagainya. Setiap jenis dideskripsikan bahan dan metodenya. Jenis
masakan khas Betawi antara lain sajoer asem, tjoetjoer dan keerie telor.
De Indisch Tafel oleh J Braam, 1938. |
Kerak
ketan tetap hidup dalam masyarakat. Setelah Indonesia merdeka, kerak telor
tetap disukai. Pad malam lebaran di pusar pasar Senen dan lapangan Kramat
terdapat keramaian. Para pemuda antri untuk membeli kerak ketan dari penjual
kerak ketan, sementara para pemudi antrinya di penjual martabak manis.
Martabak adalah semacam omelet tebal yang diolesi dengan susu kental dan jelly.
Warung-warung nasi dan sate juga terlihat sibuk (lihat De nieuwsgier,
04-07-1951).
Pada hari perayaan
kemerdekaan 1954 di sepanjang jalan sisi kali Tjiliwoeng dekat istana (kini
Jalan Juanda) hingga jalan Hayam Wuruk sangat ramai. Jalan sangat sibuk, becak
terdapat dimana-mana karena jalanan untuk sementara ditutup untuk kendaraan
mobil. Keramaian ini hingga malam hari sampai pukul 11. Juga diadakan pemutaran
film layar tancap. Di istana Merdeka juga ada pagelaran seni. Para penjual kerak
ketan benar-benar untung banyak (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 18-08-1954).
Kerak Ketan
Menjadi Kerak Telor
Kerak telor untuk menyebut kerak ketan pernah
muncul pada tahun 1927 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-09-1927).
Ini dilaporkan dalam daftar menu tahanan (politik) di Digoel. Pada pukul 11
malam disediakan kopi dan teh dengan pilihan makanan ringan seperti kwee
semprong, kwee lapies, ondé-ondé atau kwee tjoetjoer. Pada pukul
1-2 disediakan makanan yang terdiri dari: nasi putih biasa, nasi goreng, ajam
gorèng, oesoes, gado-gado Betawi dengan emping dan tjoemi-tjoemi, telor
pindang, telor asin dan kerak telor; daging goreng atau disiram (daging sapi),
frikkadel dan setidaknya enam sambel yang berbeda. Juga ada buah.
Kerak
ketan atau kerak telor diolah sedemikian rupa dengan menggunakan bahan-bahan
beras
ketan, kelapa, telur bebek, ebi, bawang
merah, cabai merah, kencur, jahe dan merica. Pengolahannya beberapa bahan
disangrai dan digorng. Juga ditambahkan garam dan gula. Dari catatan sejarah di
atas, kerak telor sejatinya telah berumur tua, bahkan telah berumur lebih dari satu
abad. Oleh karenanya, kerak telor harus dianggap sebagai heritage, suatu
makanan khas Betawi yang tetap dilestarikan dan dapat diperkaya agar
popularitasnya lebih meningkat di luar orang Betawi.
Oleh
karena kerak ketan atau kerak telor bahan yang cukup menonjol adalah beras
ketan dan telur maka penamaannya boleh jadi menjadi kerak ketan atau kerak
telor. Namun demikian, di masa lampau kerak telor lebih sering disebut kerak
ketan. Sementara pada masa kini tidak pernah terdengar (ataupun ditulis) disebut sebagai
kerak ketan, padahal kerak telor yang sekarang dulunya lebih sering disebut sebagai
kerak ketan. Apakah dulunya ada perbedaam persepsi diantara kalangan rakyat
biasa dengan kalangan atas? Di kalangam bawah disebut kerak ketan dan di
kalangan atas disebut keran telor?. Yang jelas kini semua kalangan menyebut serupa
dengan kerak telor saja. Merdeka!
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
makasih infonya bagus sekali kak
BalasHapuswaqiah