*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada bukanlah yang tertua di Yogyakarta. Yang tertua terdapat di Makassar baru di Jakarta (FEUI). Akan tetapi pada masa ini Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada adalah yang pertama di Indonesia yang memperoleh pengakuan akreditasi internasional yakni AACSB Accreditation. Dalam hal inilah keutamaan Fakultas Ekonomi (dan Bisnis) Universitas Gajah Mada dalam sejarah fakultas ekonomi di Indonesia. Fakultas Ekonomi tertua sendiri di Yogyakarta terdapat di Universitas Islam Indonesia (UII).
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada bukanlah yang tertua di Yogyakarta. Yang tertua terdapat di Makassar baru di Jakarta (FEUI). Akan tetapi pada masa ini Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada adalah yang pertama di Indonesia yang memperoleh pengakuan akreditasi internasional yakni AACSB Accreditation. Dalam hal inilah keutamaan Fakultas Ekonomi (dan Bisnis) Universitas Gajah Mada dalam sejarah fakultas ekonomi di Indonesia. Fakultas Ekonomi tertua sendiri di Yogyakarta terdapat di Universitas Islam Indonesia (UII).
Para ekonom pertama Indonesia |
Lantas bagaimana sejarah
awal pendirian Fakultas Ekonomi di Indonesia dan mengapa studi ekonomi diadakan
di Universitas Gajah Mada di Jogjakarta yang menjadi cikal bakal Fakultas
Ekonmi UGM? Sepintas pertanyaan ini tidak terlalu penting, tetapi peran
pembentukan fakultas ekonomi ini sangatlah penting pada fase awal Pemerintahan
Republik Indonesia. Para ekonom-ekonom Indonesia saat itu (1948-1955) memainkan
peran dan mulai menggantikan para ekonom Belanda yang secara bertahap pulang
(kembali) ke Belanda. Pembentukan Fakultas Ekonomi di Universitas Gajah Mada
dalam hal ini dimaksudkan untuk memperkokoh kedaulatan Indonesia di bidang
pengajaran dan studi ekonomi di perguruan tinggi di Indonesia.
Prins Hendrik School
(PHS) adalah sekolah elit pada era kolonial Hindia Belanda di Batavia. Tidak
mudah untuk diterima di sekolah ini. Persyaratannya sangat ketat dan hanya
beberapa orang pribumi yang cerdas yang mampu bersaing dengan anak-anak
Eropa/Belanda. Salah satu siswa yang
diterima di PHS HBS-B adalah Mohamad Hatta dan lulus tahun 1921 dan kemudian melajutkan
studi ke Rotterdam. Pada tahun 1927 dari
HBS-B Prins Hendrik School lulus Abdul Hakim Harahap, tetapi tidak
melanjutkan studi ke Rotterdam tetapi lebih memilih kursus ekonomi dua tahun (setingkat
sarjana muda) yang baru dibuka tahun 1927 di Batavia. Pelamarnya banyak yang
dari lulusan PHS. Pada tahun 1929 Abdul Hakim Harahap lulus dan ditempatkan
sebagai pejabat di kantor Bea dan Cukai di Medan. Pada tahun 1940 Abdul Hakim
Harahap dipindahkan dari West Java sebagai kepala kantor ekonomi di Groote Oost
(baca: Indonesia Timur) yang berkedudukan di Makassar. Pada saat pendudukan
Jepang, Abdul Hakim Harahap pulang kampung sehubungan dengan meninggal ayahnya
di Padang Sidempoean. Pasca gencatan senjata (fase Agresi Militer Belanda II),
Abdul Hakim Harahap, Residen Tapanoeli yang menguasai tiga bahasa (Belanda,
Inggris dan Prancis) diminta para tokoh Republiken menjadi ketua penasehat
ekonomi ke konferensi KMB tahun 1949 di Den Haag untuk mendampingi Drs. Mohamad
Hatta sebagai pimpinan delegasi. Keutamaan Abdul Hakim Harahap dalam hal ini
karena satu-satunya Republiken yang berpengalaman sebagai pejabat ekonomi di
era Pemerintahan Hindia Belanda.
Selain delegasi
Indonesia berangkat ke Belanda untuk mengikuti Konfrensi KMB, delegasi
Indonesia lainnya yang bersamaan waktunya adalah delegasi ke Sidang Umum PBB di
Lake Success, New York. Delegasi ke PBB ini dipimpin oleh Todoeng Harahap gelar
Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 29-08-1949). Soetan Goenoeng Moelia adalah mantan
Menteri Pendidikan RI ke-2.
Sepulang dari KMB, Drs.
Mohamad Hatta menjadi Perdana Menteri RIS di Djakarta, sedangkan Abdul Hakim
Harahap tidak setuju konsep federal (RIS) lalu hijrah ke Jongjakarta (pusat
wilayah RI). Di Jogjakarta, Abdul Hakim Harahap diangkat sebagai Wakil Perdana
Menteri RI. Drs, Mohamad Hatta, Abdul Hakim Harahap dan Sjamsi Sastrawidagda,
Ph.D (guru di Bandoeng) adalah tiga ekonom (ahli ekonomi) Indonesia pertama.
Pada era pendudukan Jepang, dua pemuda Indonesia lulus doktor (Ph.D) di bidang
ekonomi di Universiteit Amsterdam yakni Soemitro Djojohadikoesoemo dan Ong Eng
Die (keduanya pernah menjadi Menteri Keuangan: Ong Eng Die menggantikan
Soemitro Djojohadikoesoemo). Pada tahun yang sama (1953): Drs. Mohamd Hatta
sebagai Wakil Presiden; Abdul Hakim Harahap sebagai Gubernur Sumatra Utara;
Menteri Keuangan Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D digantikan oleh Ong Eng Die,
Ph.D. Itulah riwayat singkat empat ekonom pertama Indonesia yang menjabat
sebagai pejabat pemerintah Indonesia. Keempatnya adalah alumni Prins Hendrik
School (PHS). Satu lagi alumni Prins Hendrik School (PHS) Batavia adalah Ida
Lomongga tahun 1920 dari Afdeeling-B (jurusan IPA) yang kemudian melanjutkan
studi ke Universiteit Utrecht dan meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran
pada tahun 1930 di Universiteit Amsterdam. Ida Lomongga Nasution adalah
perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar Ph.D.
Hingga tahun 1933 sudah
terdapat sebanyak 26 orang Indonesia yang berhasil meraih gelar tertinggi
pendidikan (Ph.D). Namun diantara mereka hanya satu orang perempuan yakni Ida
Loemongga meraih doktor (Ph.D) di Universiteit Leiden pada bidang kedokteran
dengan desertasi berjudul ‘Diagnose en prognose van aangeboren hartgebreken’
(Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1931). Ida Loemongga, anak dari Dr. Harun Al
Rasjid di Padang Sidempoean (Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1931). Orang
Indonesia pertama yang meraih gelar doktor (Ph.D) adalah Husein Djajadiningrat
pada tahun 1913 di Universiteit Leiden di bidang sastra (De Telegraaf, 31-12-1934).
Gelar doktor kedua diraih oleh Dr. Sarwono di bidang kedokteran pada tahun
1919, lalu yang ketiga dan keempat adalah Mr. Gondokoesoemo dan RM Koesoema
Atmadja sama-sama di bidang hukum pada tahun 1922. Lalu yang kelima dan keenam
adalah Dr. Sardjito dan Dr. Mohamad Sjaaf sama-sama di bidang medis tahun 1923.
Dr. Sardjito, Ph.D kerlak menjadi presiden (Rektor) pertama Universitas Gadjah
Mada di Jogjakarta.
Daftar orang Indonesia
peraih gelar doktor (Ph.D) selanjutnya adalah sebagai berikut: (7) R Soegondo
(hukum 1923); (8) JA Latumeten (medis, 1924); (9) Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi (hukum, 1925); (10) R.
Soesilo (medis, 1925); (11) HJD Apituley (medis, 1925); (12) Soebroto (hukum,
1925); (13) Samsi Sastrawidagda (ekonomi, 1925); (14) Poerbataraka (sastra,
1926); (15) Achmad Mochtar (medis,
1927); (16) Soepomo (hukum, 1927); (17) AB Andu (medis, 1928); (18) T Mansoer
(medis, 1928); (19) RM Saleh Mangoendihardjo (medis, 1928); (20) MH Soeleiman
(medis, 1929); (21) M. Antariksa (medis, 1930); (22) Sjoeib Proehoeman (medis, 1930); (23) Aminoedin Pohan (medis, 1931); (24) Seno Sastroamidjojo (medis,
1930); (25) Ida Loemongga (medis,
1931); (26) Todoeng Harahap gelar Soetan
Goenoeng Moelia (sastra dan filsafat, 1933). Catatan: cetak tebal adalah
doktor-doktor asal Afdeeling Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeli.
Pada tahun 1933 para
revolusioner Indonesia mengalami tekanan. Ir. Soekarno yang proses
pengadilannya berlarut-larut dan akan dibuang ke Digoel serta sebanyak 40 buah
surat kabar dan majalah pribumi dibreidel, termasuk surat kabar Bintang Timoer
milik Parada Harahap. Pada bulan November 1933 Parada Harahap memimpin tujuh
revolusioner Indonesia berangkat ke Jepang. Para revolusioner menganggap
Belanda sudah di luar batas dan harus ditinggalkan dan lebih baik bekerjasama
dengan Jepang yang semakin maju. Dalam rombongan tujuh revolusioner ini
termasuk Drs. Mohamad Hatta yang baru lulus sarjana ekonomi di Belanda dan Sjamsi
Sastrawidagda, Ph.D (doktor ekonomi Indonesia pertama). Parada Harahap adalah
ketua pengusaha pribumi Batavia (semacam KADIN pada masa ini). Parada Harahap
pada tahun 1919 mendirikan surat kabar Sinar Merdeka di Padang Sidempoean dan
pada tahun 1923 hijrah ke Batavia dan mendirikan surat kabar Bintang Hindia dan
mendirikan kantor berita Alpena tahun 1925 bersama WR Supratman. Pada tahun
1926 mendirikan surat kabar Bintang Timoer. Pada tahun 1933 Para Harahap yang
berpuluh kali kena delik pers dan belasan kali masuk penjara memiliki tujuh
media. Pada saat di Jepang pimpinan delegasi Parada Harahap dijuluki pers
Jepang sebagai The King Of Java Press. Rombongan kembali ke tanah air dan
mendarat di pelabuhan Tanjong Perak Soerabaja pada tanggal 13 Februari 1934.
Pada tanggal yang sama, Ir. Soekarno diberangkatkan dari pelabuhan Tandjong
Priok menuju pengasingan di Flores.
Pada acara Dies Natalis
UGM tahun 1954, Dr. Sardjito, Ph.D, Presiden Universitas Gajah Mada mengatakan
bahwa direncanakan untuk memisahkan Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Politik
menjadi Fakultas Ilmu hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik. Ini berarti, bagaimanapun, bahwa harus memiliki pengaturan lebih
banyak profesor (lihat De nieuwsgier, 21-09-1954).
Dalam Dies Natalis ini turut hadir antara
lain Menteri Pendidikan Mr. Mohamad Jamin dan Menteri Penerangan Dr. FL Tobing.
Universitas Gadja Mada saat ini (1954)
memiliki 7.444 mahasiswa yang meliputi 1.944 mahasiswa kedokteran dan farmasi;
3.101 mahasiswa hukum, ekonomi, sosial dan ilmu politik; 1.113 mahsiswa fakultas
teknik; 419 mahasiswa pertanian, dan 608 mahasiswa filsafat, litarature dan
pedagogi. Universitas memiliki 122 dosen, 115 asisten dosen, tiga asisten dari
WHO (Word Health Organization) dan 28 profesor asing termasuk 21 orang Belanda.
Akhirnya Fakultas
Ekonomi di Universitas Gajah Mada secara resmi dididirikan pada tanggal 19
September 1955. Ini berarti di Jogjakarta sudah terdapat dua fakultas ekonomi.
Sebelumnya di Jogjakarta sudah terdapat fakultas ekonomi di Universitas Islam
Indonesia (UII). Fakultas Ekonomi UII paling tidak pada tahun 1951 telah
melakukan ujian bagian pertama atau eerste gedeelte examens (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie).
Pada tahun 1948 di
Makassar dibentuk Fakultas Ekonomi sebagai bagian dari Universiteit van
Indonesia. Pada bulan September 1950 dibentuk Fakultas Ekonomi di Jakarta. Hal
ini sehubungan dengan meningkatkatnya kebutuhan keahlian ekonomi di berbagai
bidang seperti pemerintahan dan perusahaan. Situasi keamaan yang tidak kondusif
di Makassar dan Sulawesi Selatan menyebabkan guru besar dan dosen Fakultas
Ekonomi di Makassar kembali ke Belanda. Sebagian mahasiswa di Makassar pindah
ke Fakultas Ekonomi yang baru dibentuk di Jakarta. Demikian juga
mahasiswa-mahasiwa yang berada di Jurusan Sosial Ekonomi di Fakultas Hukum dan
Sosial Universitas Indonesia sebagian pindah ke Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang baru dibentuk semakin
menguat dan populer. Boleh jadi ini sehubungan dengan Komisaris Bank Java, Dr.
Sumitro Djojohadikusumo diangkat sebagai guru besar monetaire politiek di
Fakultas Ekonomi (lihat Het nieuwsblad
voor Sumatra, 21-11-1951). Sementara itu dibentuk departemen baru di Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial Politik Universitas Gajah Mada. Departemen baru ini
adalah Departemen Ekonomi yang secara resmi dimulai tanggal 1 September 1952
(lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-09-1952).
Tidak diketahui seberapa
banyak mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM pada saat pendirian. Pada tahun tahun
sebelum Fakultas Ekonomi dipisahkan jumalah mahasiswa Fakultas Hukum, Ekonomi
dan Sosial/Politik sebanyak 193.101 mahasiswa. Pada tahun akademik 1957/1958 dekan
Fakultas Ekonomi mengumumkan bahwa jumlah mahasiswa yang diterima sebanyak 350 mahasiswa
(Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 08-08-1957).
Rektor UGM Dr. Sardjito, Ph.D
Sejarah perguruan tinggi
di Indonesia sesungguhnya tidak terpisahkan dari perjalanan para intelektual
Indonesia tempo doeloe. Jika dibandingkan dengan mereka tempo doeloe, kita pada
masa kini tidak ada apa-apanya. Para sarjana Indonesia tempo doeloe menang
segalanya jika dibandingkan dengan kita generasi masa kini. Mereka lulusan sekolah
HBS terbaik di tanah air dan melanjutkan studi ke Eropa dengan kondisi minimum pelayaran
laut berminggu-minggu. Setelah mendapat gelar sarjana dan Ph.D mereka kembali
ke tanah air untuk berjuang demi kemerdekaan dan juga merintis pembentukan
perguruan tinggi di tanah air. Mereka sering terlupakan pada masa kini. Dr.
Sardjito, Ph.D meski seorang dokter tetapi sangat paham mengapa perlu membentuk
studi ekonomi di Universitas Gadjah Mada. Dr. Sardjito, Ph.D adalah Rektor
pertama Universitas Gadjah Mada (1949).
Universitas Gadjah Mada
dibentuk dan diresmikan Pemerintah RI sebagai universitas negeri (RI) pada
tanggal 19 Desember 1949. Ini semata-mata untuk mengcounter RIS yang beribukota
di Djakara. Ketika ibukota RI pindah ke Jogjakarta, Universitas Gajah Mada sebelumnya
adalah universitas swasta, suatu universitas yang dibentuk pada era Menteri
Pendidikan RI Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D sebagai Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada. Soetan Goenoeng Moelia, sepupu Perdana Menteri Amir Sjarifoeddin
adalah meraih gelar Master di bidang hukum tahun 1917 di Universiteit Leiden
dan gelar doktor (Ph.D) di bidang filsafat dan sastra tahun 1933 di Leiden. Apakah
kebetulan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada hanya dua fakultas, yakni Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial dan Fakultas Sastra, Pedagogi dan Filsafat/
.
Pada era Pemerintah Hindia Belanda, Soetan Goenoeng Moelia adalah Direktur sekolah guru (Normaal School) di Meester Cornelis (kini Jatinegara) dan kemudian menjadi anggota komisi pendidikan Hindia Belanda serta menjadi anggota Volksraad (komisi pendidikan). Hingga tahun 1951 di Indonesia hanya ada dua ahli pedagogi yakni guru senior Mr. TSG Mulia di Jakarta dan Drs. Sigit, profesor di Universitas Gadjah Mada di Djogja (lihat Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 23-01-1951). Ahli pedagogi adalah sarjana pendidikan yang terkait langsung dengan perihal pendidikan dan desain kurikulum perguruan tinggi.
.
Pada era Pemerintah Hindia Belanda, Soetan Goenoeng Moelia adalah Direktur sekolah guru (Normaal School) di Meester Cornelis (kini Jatinegara) dan kemudian menjadi anggota komisi pendidikan Hindia Belanda serta menjadi anggota Volksraad (komisi pendidikan). Hingga tahun 1951 di Indonesia hanya ada dua ahli pedagogi yakni guru senior Mr. TSG Mulia di Jakarta dan Drs. Sigit, profesor di Universitas Gadjah Mada di Djogja (lihat Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 23-01-1951). Ahli pedagogi adalah sarjana pendidikan yang terkait langsung dengan perihal pendidikan dan desain kurikulum perguruan tinggi.
Ketika terbentuk RIS para
pegiat pendidikan dari Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia melakukan
merger dengan Universiteit van Indonesia (yang telah dirintis Belanda sejak
1946) yang kemudian namanya diubah Universiteit Indonesia (lihat De vrije pers: ochtendbulletin, 30-01-1950). Presiden (rektor) Universiteit Indonesia yang
ditunjuk pada bulan Februari 1950 adalah Ir. Soerachman. Untuk sekadar
diketahui Ir. Soerachman adalah lulusan tahun 1922 di Teknik Kimia Universiteit
di Delf. Suatu universitas paling ketat di Belanda. Lulusan kedua dari
universitas ini, dan hanya ada dua orang sebelum pendudukan Jepang, adalah Ir.
AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang Parlindungan (yang sejak Januari 1950
diangkat sebagai Direktur PINDAD di Bandoeng.
Di Djakarta,
Universiteit Indonesia (gabungan Universitein van Indonesia dan Balai Perguruan
Tinggi Republik Indonesia) Rektor Ir. Soerachman dan guru besar Prof. Soetan
Goenoeng Moelia meminta AIP (Akademi Politik) dari Djogjakarta dipindahkan ke
Djakarta (De vrije pers: ochtendbulletin, 10-02-1950). Ternyata tidak hanya
Akademi Politik, tetapi juga Universitas Gadjah Mada juga diminta untuk
bergabung dengan Djakarta (Universiteit Indonesia). Dalam perkembangannya,
permintaan Djakarta tersebut ditolak. Senat Universitas Gadjah Mada melakukan
rapat di ruang pertemuan Fakultas Kedokteran (lihat De locomotief: Samarangsch
handels- en advertentie-blad, 25-05-1950). Disebutkan Prof. Dr. Sardjito
mewakuli senat setelah rapat menyatakan bahwa universitas (Gadjah Mada) harus
tetap di Djogja, sebab itu penting karena Djogjakarta adalah pusat perjuangan.
Wakil Perdana Menteri Abdul Hakim Harahap dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
S. Mangunsarkoro mengamini hasil keputusan rapat senat Gadjah Mada tersebut.
Bahkan Presiden Mr. Assaat sempat menyindir Djakarta (RIS) bahwa tidak pada
tempatnya untuk memindahkan Universitas Gadjah Mada (RI). Selamatlah
Universitas Gadjah Mada hingga hari ini tetap berada di Jogyakarta. Apakah
Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia dan besannya Ir. Soerachman kecewa
dengan penolakan Djogjakarta tersebut? Tidak diketahui secara jelas. Yang
jelas, salah satu yang menolak dari Jogjakarta adalah ‘kahanggi’ sekampung dari
Padang Sidempoean yakni Abdul Hakim Harahap, sang Wakil Perdana Menteri RI di
Jogjakarta.
Pada tahun-tahun sebelumnya juga pernah terjadi tarik-menarik antara Djakarta dan Batavia. Dua ahli hukum terkenal saat itu adalah Mr. Soepomo, Ph.D dan Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D. Ketika ibukota RI pindah ke Jogjakarta Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D ikut pindah ke Jogjakarta dan menjadi penasehat hukum Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta. Sementara Mr. Soepomo, Ph.D tetap bertahan di Djakarta. Pada saat Agresi Militer Belanda yang kedua tanggal 19 Desember 1948 yang dimulai pada penyerangan ibukota Jogjakarta, orang yang pertama yang dicari dan ditangkap di Jogjakarta adalah Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D. Pada tanggal 21 Desember 1948 Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D ditembak mati di ladang jagung di Pakem. Berita pembunuhan keji ini beredar di London dan kemudian PBB marah besar. Dewan Keamaan PBB meminta Kerajaan Belanda untuk melekaukan penyelidikan segera terhadap intelektual berbakat Indonesia. Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D meraih gelar Ph.D di bidang hukum di Universiteit Leiden tahun 1942 dengan predikat cum laude (pada tahun yang sama juga Sumitro Djojohadikusumo meraih gelar Ph.D di bidang ekonomi di Universiteit Amsterdam. Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D adalah sepupu dari Dr. Ida Loemongga, Ph.D (perempuan Indonesia pertama bergelar Ph.D). Bagaimana dengan Mr. Soepomo, Ph.D? Seperti kita lihat nanti, pada tahun 1951 Mr. Soepomo, Ph.D menggantikan Ir. Soerachman sebagai Presiden (Rektor) Universitas Indonesia. Mr. Soepomo, Ph.D sendiri adalah menantu dari Kraton Jogjakarta.
Presiden Universiteit
Indonesia Ir. Soerachman melupakan penolakan Djogjakarta tersebut. Langkah yang
pertama dilakukan Ir. Soerachman adalah membentuk fakultas baru di Universiteit
Indonesia yakni Fakultas Ekonomi. Inilah awal mula pembentukan Fakultas Ekonomi
di Universiteit Indonesia. Dosen-dosen yang mengajar di fakultas baru ini
sebagian dosen yang merangkap di Departemen Ilmu Sosial Ekonomi di Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial Universiteit Indonesia seperti Prof. Kolopaking dan
sebagian yang lain direkrut dari luar kampus seperti Sumitro Djojohadijusumo,
Ph.D (Bank Java) dan Ong Eng Die, Ph.D.
Ir. Soerachman, mantan Menteri
Keuangan adalah besan dari Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D (mantan Menteri
Pendidikan). Prof. Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D sudah lebih dahulu diangkat
sebagai guru besar di Universiteit van Indonesia (lihat Trouw, 13-08-1949). Ini
dengan sendirinya Ir. Soerachman tidak sendiri di Universiteit van Indonesia
(yang namanya kemudian diubah pada bulan September 1950 menjadi Universiteit
Indonesia). Dengan berubahnya status Universiteit van Indonesia menjadi
universitas negeri, maka bangsa Indonesia telah memiliki dua universutas negeri
yakni Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta dan Universitas Indonesia di
Djakarta. Untuk sekadar catatan: Pada
tanggal 28 September 1950 Indonesia ditetapkan dengan menjadi anggota PBB yang
ke-60 berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB. Ini merupakan hasil yang
dilakukan delegasi Indonesia ke PBB pada tahun sebelumnya (lihat Het dagblad:
uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 29-08-1949). Pimpinan
delegasi Indonesia ke Majelis Umum PBB di Lake Success, New York, Amerika
Serikat adalah Prof. Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D (guru besar di
Universiteit van Indonesia).
Pada awal pembentukan
perguruan tinggi Indonesia hanya satu orang sarjana pendidikan yang bergelar
doktor (Ph.D) yakni Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D (Mantan Menteri Pendidikan
RI ke-2). Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D adalah The right man, in the right
place, at the right time. Soetan Goenoeng Moelia adalah anak Mangaradja
Hamonangan seorang guru di Padang Sidempoean. Mangaradja Hamonangan Harahap
lulus bersama-sama dengan Rajioen Harahap gelar Soetan Casajangan di sekolah
guru (kweekschool) Padang Sidempoea tahun 1887. Pada tahun 1905 Soetan
Casajangan setelah mengabdi menjadi guru belasan tahun berangkat ke Belanda
untuk melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Pada tahun
1908 ketika jumlah mahasiswa Indonesia di Belanda sebanyak 20 orang Soetan
Casajangan menggagas dan mendirikan organisasi mahasiswa yang disebut Indisch
Vereeniging. Pada tahun 1911 Mangaradja Hamonangan mengirim anaknya Todoeng Harahap
gelar Soetan Goenoeng Moelia untuk kuliah di Belanda. Beberapa bulan kemudian
Soetan Casajangan lulus dan menjadi sarjana pendidikan. Soetan Casajangan
kembali ke tanah air pada tahun 1913 dan diangkat menjadi kepala sekolah
Kweekschool di Fort de Kock. Setelah itu dipindahkan ke berbagai tempat sebagai
kepala sekolah. Pada tahun 1918 Soetan Goenoeng Moelia setelah menjadi sarjana
pendidikan kembali ke tanah air dan menjadi kepala sekolah HIS di Kotanopan.
Pada tahun 1917 tiga
serangkai di Indisch Vereeniging Sorip Tagor Harahap, Dahlan Abdoelah dan
Goenawan mengajukan nama Indonesia dalam kongres mahasiswa Hindia yang diadakan
di Leiden. Kongres ini diikuti oleh semua mahasiswa asal Hindia yakni mahasiswa
Indo (orang Belanda kelahiran Hindia) termasuk HJ van Mook, mahasiswa-mahasiswa
Tionghoa dan mahasiswa-mahasiswa pribumi. Ketua kongres adalah HJ van Mook
(kelak menjadi Luitenant Generaal/Pimpinan NICA di era perang kemerdekaan).
Pada saat kepengurusan Indisch Vereeniging 1922 dipimpin oleh tiga serangkai
Dr. Soetomo, Dr. Sardjito dan Dr. Mohamad Sjaaf nama Indisch Vereeniging diubah
menjadi Indonesiasche Vereeniging. Nama organisasi mahasiswa Indonesia ini
kemudian diubah lagi oleh Mohamad Hatta dkk pada tahun 1924 nama Indonesiasche
Vereeniging menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI).
Demikianlah sejarah awal
pembentukan Fakultas Ekonomi di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1955 yang
berawal dari sebuah Departemen Ekonomi yang dibentuk pada tahun 1952 di bawah
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta. Sementara
itu, Fakultas Ekonomi di Universiteit Indonesia dibentuk baru, langsung menjadi
fakultas. Ada anggapan selama ini bahwa Fakultas Ekonomi di Universiteit
Indonesia cikal bakalnya Departemen Sosial Ekonomi di Fakultas Hukum dan Ilmu
Sosial Universiteit van Indonesia, tetapi kenyataannya Departemen Sosial
Ekonomi tetap berada di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial pada saat pembentukan
Fakultas Ekonomi di Universiteit Indonesia.
Lulusan pertama Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia adalah Drs Sie Bing Tat (Mei 1953), yang kedua adalah Drs
Oei Kwie Tik (Agustus 1953), yang ketiga Drs Saleh Siregar (Maret 1954) dan
yang keempat Drs. Widjojo Nitisastro (Maret 1955) dan tiga lulusan berikutnya
adalah R. Dahmono, HMT Oppusungguu dan Tjiong Joe Lian (April 1955). Drs Saleh
Siregar adalah paman dari Dr. Arifin Siregar (ekonom Indonesia, mantan Gubernur
Bank Sentral/BI). Untuk lulusan pertama Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada
masih sedang saya cari.
Untuk sekadar tambahan. Pada
tahun 1952 organisasi mahasiswa di Universitas Indonesia dibentuk untuk pertama
kali yang terbagai dua wilayah yakni Dewan Mahasiswa UI di Djakarta dan Dewan
Mahasiswa UI di Bandoeng. Dewan Mahasiswa UI Djakarta meliputi mahasiswa
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomi dan
Fakultas Sastra. Sedangkan Dewan Mahasiswa UI Bandoeng terdiri dari Fakultas
Teknik dan Fakultas MIPA. Presiden Dewan Mahasiswa UI Djakarta terpilih adalah
Widjojo Nitisastro dari Fakultas Ekonomi (lihat De nieuwsgier, 22-12-1952). Presiden
Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng (kini ITB) adalah Januar
Hakim Harahap. Januar Hakim Harahap adalah anak dari Abdul Hakim Harahap
(ekonom Indonesia pertama, mantan Wakil Perdana Menteri RI di Jogjakarta yang
pada tahun 1952 menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara.
Tentu saja dewan mahasiswa (DEMA) yang dibentuk di Universitas Indonesia di Jakarta (Widjojo Nitisastro) dan di Bandoeng (Januar Hakim Harahap) adalah bentuk baru dari organisasi mahasiswa Universiteit van Indonesia yang dibentuk pada tahun 1947. Pada tanggal 20 November 1947 Ida Nasution dan G Harahap mendirikan organisasi mahasiswa di Djakarta yang mencakup seluruh fakultas di bawah Universiteit van Indonesia (termasuk Bandoeng, Soerabaja dan Makassar) yang diberi nama Persatuan Mahasiswa Universitas Indonesia yang disengkat PMUI (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 03-04-1948). Organisasi PMUI dibentuk tentu saja untuk berkolaborasi dengan organisasi yang berada di luar kampus yang belum lama didirikan di Jogjakrta yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari 1947. Organisasi HMI diprakarsai oleh Lafran Pane. Jika mundur ke belakang, organisasi pertama mahasiswa Indonesia adalah Indische Vereeniging yang didirikan oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan di Leiden pada tanggal 25 Oktober 1908 yang kemudian dikenal sebagai Perhimpunan Indonesia (PI). Soetan Casajangan, Lafran Pane, Ida Nasution, G Harahap, Januar Hakim Harahap berasal dari Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan), suatu kota kecil di pedalaman Sumatra tempat lahir Soetan Goenoeng Moelia (Menteri Pendidikan RI kedua di Jogjakarta) yang menggagas didirikannnya Universitas Gajah Mada, juga menjadi kampung halaman Abdul Hakim Harahap (Wakil Perdana Menteri RI terakhir di Jogjakarta). Kota Jogjakarta sangat bersahabat bagi anak-anak Padang Sidempuan, tidak hanya dulu tetapi juga kini. Itu semua karena di Jogjakarta terdapat Universitas Gajah Mada yang juga universitas negeri RI ini disebut Kampus Biru. Nama Kampus Biru diambil dari novel terkenal Cintaku di Kampus Biru yang dikarang oleh Ashadi Siregar, alumni (SMA Negeri I) di Padang Sidempuan. Saya sendiri yang menulis artikel ini juga alumni SMA Negeri I Padang Sidempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar