*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Nama Sumbawa tentu saja sudah lama ada. Bahkan jauh sebelum muncunya nama Dompu. Seperti halnya pulau Flores dan pulau Timor, pulau Sumbawa adalah pulau besar, jauh lebih besar dari tetangganya pulau Lombok. Sementara nama (kerajaan) Dompu lebih dulu terkenal (naskah Pararaton) baru nama (kerajaan) Bima berkibar sejak era VOC. Lalu bagimana dengan kerajaan Sumbawa? Mulai dikenal sejak 1674.
Nama Sumbawa tentu saja sudah lama ada. Bahkan jauh sebelum muncunya nama Dompu. Seperti halnya pulau Flores dan pulau Timor, pulau Sumbawa adalah pulau besar, jauh lebih besar dari tetangganya pulau Lombok. Sementara nama (kerajaan) Dompu lebih dulu terkenal (naskah Pararaton) baru nama (kerajaan) Bima berkibar sejak era VOC. Lalu bagimana dengan kerajaan Sumbawa? Mulai dikenal sejak 1674.
Ada satu masa dimana
pulau Sumbawa mengalami masa kelam. Itu terjadi sejak meletusnya gunung Tambora
pada bulan April 1815. Menurut laporan pada era Hindia Belanda, penduduk
(kerajaan) Sombawa hanya tersisa 26 orang. Sementara kerajaan Tambora dan Pekat
yang begitu dekat dengan pusat letusan, penduduk kedua kerajaan ini hanya
survive lima orang. Penduduk kerajaan Dompu yang masih hidup ada 40 orang.
Namun tentu saja penduduk kerajaan Sumbawa yang disebut survive sebanyak 26
orang adalah penduduk Sumbawa yang sudah berinteraksi dengan dunia luar. Penduduk
(asli) pulau Sumbawa, termasuk di kerajaan Bima, masih banyak yang belum
terhitung yang bermukim di wilayah-wilayah tertentu yang masih menganut
kepercayaan lama. Penduduk yang tersisa dan penduduk yang belum terdeteksi
berapa banyak yang berada di wilayah-wilayah tertentu diduga sebagai pembentuk
peradaban baru (bersama dengan penduduk pendatang yang datang kemudian). Salah
satu wujud peradaban baru itu pada masa ini dikenal dengan spirit sabalong samalewa,
samalewa Samawa.
Orang Sumbawa adalah penduduk yang berafiliasi
membentuk budaya sendiri yang kemudian muncul kerajaan Sumbawa. Kerajaan
Sumbawa menjadi pembeda dengan wilayah budaya (wilayah administrasi) dari
kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Sumbawa. Lalu bagaimana sejarah orang
Sumbawa sebelum dan sesudah letusan gunung Tambora? Nah, itu dia. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, ari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Nama Sumbawa: Pulau dan Kerajaan
Nama Samawa ditulis untuk menyebut Sumbawa
pertama kali pada tahun 1877 (lihat Handleiding bij de beoefening der land- en
volkenkunde van Nederlandsch Oost-Indiƫ, voor de cadetten, bestemd voor den
dienst in die gewesten, 1877).
Disebutkan Soembawa (dat eigenlijk Sambawa of Samawa schijnt te heeten.Keterangan
ini penulis ingin membetulkan nama Soembawa yang sebenarnya adalah Sambawa atau
Samawa. Tidak dijelaskan apakah Sambawa bergser menjadi Samawa (atau
sebaliknya).
Peta 1675 |
Namun demikian nama Soembawa tidak pernah berubah
hingga ini hari, meski ada penulis Belanda yang mengingatkan bahwa coding yang
sebenarnya adalah Sambawa atau Samawa. Kerajaan Soembawa (yang menggunakan nama
pulau) sudah dikenal pada era Portugis sebagaimana kerajaan-kerajaan lainnya
(Sanggar, Tambora, Bima, Dompu dan Sape). Pada era VOC raja-raja dari kerajaan
di pulau Soembawa melakukan kerjasama (contract) dengan Pemerintah VOC.
Pemerintah
VOC membuat perjanjian timbal-balik (contract) dengan kerajaan Bima pada tahun
1669 (sebagaimana dicatat di dalam Daghregisters tanggal 13 November 1669). Perjanjian
ini merupakan perjanjian yang diperbarui setelah berakhirnya Perang Gowa.
Pejabat VOC (Residen) sudah lama berkedudukan di Bima. Sahbandar di Bima adalah
Codja Roeboe. Orang yang mempertemukan para raja-raja lainnya dengan pemerintah
VOC adalah orang Moor Codja Roeboe dan Codja Derwis. Perjanjian antara
Pemerintah VOC dengan kerajaan Soebawa dilakukan pada tahun 1674 (Daghregister
tanggal 10 Juli 1674). Sebelumnya Pemerintah VOC dengan kerajaan Dompu sudah
diadakan pada tahun 1671.
Setelah adanya perjanjian pemerintah VOC dengan
radja Soembawa pada tahun 1674, nama (kerajaan) Soembawa semakin dikenal. Jalur
pelayaran VOC sebelumnya (Batavia-Banda via Djapara, Bima dan Dompu) diperluas ke
(pelabuhan) Soembawa. Pelabuhan Bima berada di teluk, demikian juga pelabuhan
Dompu di teluk. Pelabuhan Soembawa yang berada di dekat jalur pelayaran jarak
jauh menyebabkan kerajaan Soembawa mulai lebih populer dibandingkan kerajaan
Dompu. Kerajaan Bima menjadi sangat terkenal karena ibu kota cabang
Pemerintahan VOC.
Kontrak
terkenal antara Pemerintah VOC dengan kerajaan Soembawa adalah pengadaan bahan
cat kayu (sappanhout). Kontrak terbesar dilakukan pada tahun 1677 sebanyak 15.000
picols (luihat Daghregister 18 Desember 1677). Kerajaan Soembawa beberapa kali mendapat
perlawanan, namun tampaknya pemerintah VOC tetap berhasil melindunginya. Radja
Satello di Soembawa dikabarkan meninggal (lihat Dagregister 4 November 1725).
Kerajaan Sumbawa Pasca Bencana Gunung Tambora
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar