*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini
Keberadaan
haji di Kalimantan sudah sejak lama ada. Haji adalah gelar seseorang yang
beragama Islam yang telah menunaikan haji ke Mekkah. Tentu saja tempo doeloe
tidak mudah untuk melakukan perjalanan haji ke Mekkah karena jaraknya sangat yang
jauh dari Kalimantan dengan menggunakan transportasi laut. Namun haji tetaplah
haji, karena haji adalah salah satu rukun dalam Islam.
Sejak kapan penyelenggaraan perjalanan haji
tidak diketahui secara pasti. Yang jelas adalah penyelengaraan haji baru
diadakan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagaiamana wujud peneyelenggaraan
haji pada era VOC sulit mendapatkan keterangan, Meski demikian pada era VOC sudah
ada yang berhaji. Umumnya orang-orang yang berasal dari jazirah Arab yang
datang berdagang ke Hindia umumnya sudah bergelar haji. Mereka yang sudah lama
menetap berangkat haji karena juga didorong karena ingin pulang kampong
(mudik). Kapal-kapal Arab yang lalu lalang Jazirah Arab dan Hindia menjadi
faktor penting mengapa orang pribumi dapat melakukan haji ke Mekkah. Dalam
perkembangannya potensi ini kemudian dimanfaatkan oleh pelaut-pelaut Inggris
(sebagai bisnis pelayaran). Hal ini diungkinkan karena sejumlah wilayah di
Timur Tengah terdapat koloni Inggris. Pada era Pemerintah Hindia Belanda
potensi perjalanan haji ini kemudian dikapitalisasi pemerintah dan diatur
sedemikian sehingga jumlah orang pribumi yang melaksanakan haji dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Termasuk haji dari Kalimantan.
Bagaimana
sejarah haji di Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Namun
bagaimana permulaan berlangsung? Yang jelas hal ini kurang mendapat perhatian
dari sejarawan. Padahal perjalanan haji dan penyelenggaraan haji tempo doeloe adalah
bagian dari sejarah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari
kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Haji Kalimantan
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar