Minggu, 27 Desember 2020

Sejarah Aceh (25): Sejarah Aceh Besar dan de Groot Atjeh di Sungai Atjeh; Mengapa Disebut Aceh Besar, Apa Ada Aceh Kecil?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Apalah arti sebuah nama, demikian William Shakespeare (1564-1616). What's in a name? Mungkin saat itu William Shakespeare tidak mendengar kisah pelayaran kedua Belanda di Atjeh. Cornelis de Houtman, yang juga pimpinan pelayaran Belanda pertama, terbnnuh di kota pelabuhan Atjeh pada tahun 1599. Pada saat itu keduanya berusia sama. Yang satu pelaut dan yang lain penyair. Adik Cornelis de Houtman, ahli bahasa, Frederik de Houtman yang ikut dua pelayaran Belanda tersebut harus di tahan di Atjeh (dan baru dibebaskan pada tahun 1602).

Pada era Portugis untuk membedakan wilayah atau pulau besar (luas) dan wilayah kecil diperkenalkan istilah major dan minor seperti Java major dan Java minor. Pada era Pemerintah Hindia Belanda diperkenalkan istilah Grooteweg untuk menyatakan jalan utama yang dibedakan dengan jalan-jalan arteri. Grooteweg ini adalah jalan pos Trans-Java. Lalu untuk membedakan (pulau) Jawa sebagai pulayu besar (Groot Soenda Eilande), maka pulau Bali dan sekitarnya disebut Klein Soenda Eilande. Selanjutnya pada permulaan pembentukan cabang pemerintahan Hindia Belanda di Borneo pada tahun 1835 diperkenalkan nama wilayah Groot Dajak (tetapi tidak ada Klein Dajak). Pada tahun 1940 ketika cabang pemerintahan dibentuk di Afdeeling Angkola en Manailing dua wilayah (distrik) yang bertetangga dibedakan denagn nama Groot Mandailing (ibu kota di Panjaboengan) dan Klein Mandailing (ibu kota di Kotanopan). Lalu pada tahun 1874 di Atjeh diperkenalkan nama Groot Atjeh. Terakhir pada tahun 1938 Pemerintah Hindia Belanda menyatukan seluaruh wilayah Hindia Belanda bagian timur dengan istilah Groot Oost. Kini Groot Atjeh menjadi Aceh Besar dan Groot Oost menjadi Indonesia Timur.

Lantas bagaimana sejarah (kabupaten) Aceh Besar? Itu bermula dari Groot Atjeh. Lalu mengapa disebut Groot Atjeh? Itu satu hal. Yang jerlas tidak ada Klein Atjeh. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana sejarah Groot Atjeh hingga Aceh Besar. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Groot Atjeh: Permulaan Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

Aceh Besar: Permulaan Republik Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar