*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Kerajaan tertua di Hindia Timur (baca: nusantara) adalah Aru dan Taruma (T-aru-ma). Aru dalam bahasa India selatan (Ceylon) adalah air atau sungai. Kerajaan Aru dan Kerajaan Taruma adalah kerajaan-kerajaan perairan (luat dan sungai) yang berbeda dengan di India (umumnya berada di daratan). Pedagang-pedagang India akhirnya menemukan jalan ke Sumatra dan Jawa. Dalam hubungan inilah terbentuk arus navigasi pelayaran perdagangan yang intens, yang mana sebagai lingua franca adalah bahasa Sanskerta dan penggunaan aksara Pallawa. Pada dua pulau di nusantara itu terbentuk Kerajaan Aru (bagian utara Sumatra) dan Kerajaan Tarumanagara (bagian barat Jawa).
Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Tarumanaga? Nah, itu dia. Kerajaan Taruma yang berada di suatu pulau di sekitar muara sungai Tjitaroem. Lho, koq di suatu pulau? Itu juga perlu dideskripsikan. Seperti Kerajaan Aru di bagian utara Sumatra, nama Kerajaan Taruma juga merujuk pada perairan dan sungai (aru). Lalu apakah ada relasi Kerajaan Aru yang memiliki pelabuhan di pantai barat Sumatra (muara sungai B-aru-s) dan di pantai timur Sumatra (muara sungai B-aru-mun)? Itu juga perlu dideskripsikan. Okelah, darimana kita mulai memahami sejarah Kerajaan Taruma? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Barus, Taruma dan Aru: Prasasti Vo Cahn dan Prasasti Muara Kaman
Jangan bayangkan dulu India dan Indonesia. Sumber kerajaan kuno di Hindia bagian Timur (baca: Nusantara) adalah dua prasasti tertua yakni prasasti Vo Cahn di Vietnam abad ke-3 dan prasasti Muara Kaman, Kutai abad ke-4. Kedua prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dengan bahasa Sanskerta. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa asal pengaruh budaya pada dua prasasti berasal dari barat (India selatan). Dalam hal ini pengaruh budaya awal haruslah bermula di pantai barat Sumatra bagian utara dan pantai bagian barat Jawa. Sangat sulit membayangkan pengaruh budaya India (bahasa dan aksara) di wilayah terpencil (jauh dari arah barat).
Pada prasasti Vo Cahn (abad ke-3) menceritakan bahwa seorang raja yang masyhur mendoakan raja yang sudah meninggal dan juga mendoakan raja yang baru naik tahta agar keluarga putri kerajaan menyenangkan. Hal itulah mengapa dibuat prasasti. Raja yang meninggal adalah raja di Vietnam (Champa) sedangkan yang menggantikan adalah putranya yang telah menikah dengan putri dari raja yang masyhur tersebut. Siapa raja yang masyhur ini tentulah berasal dari kerajaan besar dan kaya (sehingga mampu membuat prasasti). Dengan demikian, prasasti dibuat di Vietnam tetapi yang berinisiatif dan membiayai prasasti dari kerajaan di barat (diduga kerajaan di bagian utara Sumatra; asumsikanlah Kerajaan Aru dengan pelabuhannya di Barus).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kerajaan Aru dan Kerajaan Sriwijaya: Terbentuknya Kerajaan Galuh hingga Kerajaan Sunda Pajajaran
Tunggu deskripsi lengkanya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar