Selasa, 05 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (694): Malaysia Belum Tuntas Bernegara, Indonesia Daulat Penuh Sejak 1949; Merdeka Itu Berdaulat

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada perbedana besar antara Indonesia dan Malaysia. Dalam banyak hal terjadi perbedaan, termasuk soal arsitektur bernegara dan sifat kedaulatan berbangsa. Satu perbedaan besar yang masih tersisa adalah bahwa ini hari Malaysia belum tuntas bernegara, sementara Indonesia telah berdaulat penuh sejak 1949 dalam segala hal: tanah, bangsa dan bahasa. Berdaulat penuh artinya merdeka sepenuhnya.

Pada masa ini Malaysia dikenal sebagai suatu negara federasi, yakni federasi negara-negara tanah Semenanjung Malaya, tanah Serawak dan tanah Sabah. Dalam satu negara Malaysia ada tiga tanah yang berbeda, sehingga ada pengaturan administrasi yang berbeda di tanah Semenanjung Malaya dengan di tanah Serawak dan tanah Sabah. Sebaliknya di Indonesia dikenal sebagai tanah satu kesatuan yang lebih populer disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mana di semua wilayah Indonesia pengaturan administrasi bernegara diterapkan sama. Di Indonesia tidak hanya soal tanah, juga soal berbangsa yang disebut bangsa Indonesia, tidak ada bangsa pribumi, bangsa Cina, bangsa Arab dan sebagainya. Semua adalah bangsa Indonesia. Hal ini sangat kontras di Malaysia dimana bangsa Melayu diistimewakan sementara khususnya bangsa Cina dan bangsa India di Malaysia menjadi selalu salah langkah (karena bangsa pribumi, Cina dan India satu sama lain dibedakan). Ketika nama bangsa Melaysia diterapkan, sudah terlanjur berbagai bangsa ekslusif sehingga gagal menjadi satu bangsa. Soal bahasa juga demikian. Di Indonesia Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa tunggal dalam mempersatukan bangsa, sementara bahasa lainnya diposisikan sebaga bahasa etnik yang dipraktekkan dan dikembangkan sendiri oleh masih-masing. Sebaliknya di Malaysia, hanya bahasa Inggris yang bisa mempersatukan (meski bahasa resmi negara adalah bahasa Melayu). Bahasa Melayu gagal mempersatukan di Malaysia, hal itulah mengapa di Serawak bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa resmi.

Lantas bagaimana sejarah pemisahan ras dan agama era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, pribumi dibedakan dari golongan Timur Asing (Cina, Arab) dan golongan Eropa/Belanda. Diantara pribumi juga pernah muncul usulan penggolangan atas agama. Lalu bagaimana sejarah pemisahan ras dan agama era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Malaysia Belum Tuntas Bernegara, Indonesia Berdaulat Penuh Sejak 1949: Merdeka adalah Berdaulat Penuh

Tunggu deskripsi lengkapnya

Malaysia verseus Indonesia: Daulat Tuanku Menjadi Negara Merdeka Berdaulat

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar