*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini
Siapa Gele Haroen di Lampung, tentu saja sudah
dikenal secara luas. Gele Haroen lahir di Sibolga, belum setahun umumnya, sang
ayah Haroen Al Rasjid Nasoetion meminta kepada pemerintah untuk pensiun dini,
lalu hijrah ke Lempung di Telok Betoeng karena kekosongan dokter. Haroen Al
Rasjid membuka klinik Kesehatan untuk penduduk di Teloek Betoeng, lalu di
Tandjoeng Karang dan Way Lima. Gele Haroen, yang terbilang ‘anak Lampung’,
setelah lulus sekolah dasar (ELS) di Teloek Betoeng melanjutkan sekolah menengah
di AMS Bandoeng, lalu kemudian melanjutkan studi ke universitas di Belanda.
Mr. Gele Harun Nasution (6 Desember 1910 – 4 April 1973) adalah seorang hakim, pengacara, dan politikus Indonesia. Ia adalah Residen Lampung dari tahun 1950 hingga 1955. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Daerah Lampung pada 10 November 2015. Gele Harun lahir di Sibolga, 6 Desember 1910. Meski berdarah Batak, Gele Harun sudah tidak asing lagi dengan Lampung sebab ayahnya, Harun Al-Rasyid Nasution yang merupakan seorang dokter sejak dahulu, telah menetap dan memiliki tanah. Gele Harun belajar hukum di Leiden, Belanda. Tahun 1938 kembali ke tanah air dengan membawa gelar Mr. atau meester in de rechten, membuka kantor advokat pertama di Lampung. Pada tahun 1945, ia memulai perjuangannya dari Angkatan Pemuda Indonesia (API) dengan menjadi ketuanya. Tetapi aktivitas itu terhenti saat ia ditugaskan menjadi hakim di Mahkamah Militer Palembang, Sumatra Selatan tahun 1947 dengan pangkat letnan kolonel (tituler). Gele Harun memutuskan kembali ke Lampung dan bergabung kembali dengan API hingga ikut mengangkat senjata saat Agresi Militer Belanda II tahun 1948. Pada 5 Januari 1949, Gele Harun diangkat sebagai acting Residen Lampung. Pada 18 Januari 1949, Gele Harun memindahkan keresidenan dari Pringsewu ke Talangpadang. Serangan Belanda yang begitu bertubi-tubi, membuat Gele Harun kembali memindahkan pemerintahan darurat ke pegunungan Bukit Barisan di Desa Pulau Panggung, dan terakhir hingga ke Sumber Jaya, Lampung Barat. Saat berjuang di Waytenong, seorang putrinya, Herlinawati, yang berusia delapan bulan meninggal dunia. Jasadnya dimakamkan di sebuah desa di tengah hutan. Gele Harun dan pasukannya keluar dari hutan Waytenong setelah gencatan senjata antara Indonesia-Belanda pada 15 Agustus 1949. Gele Harun dan pasukannya baru kembali ke Tanjungkarang setelah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949. Lalu ia diangkat kembali menjadi Residen Lampung yang "definitif" pada tanggal 1 Januari 1950 hingga 7 Oktober 1955 (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Mr Gele Haroen di Lampung? Seperti disebut di atas, sebagai anak Lampung mengawali karir sebagai advokat di Lampung sepulang studi dari Belanda. Semua itu bermula dari riwayat Sang Ayah seorang dokter di Lampung hingga kemudian Sang Anak, Gele Haroen menjadi Residen di Lampung. Lalu bagaimana sejarah Mr Gele Haroen di Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Mr Gele Haroen di Lampung; Riwayat Sang Ayah Dokter di Lampung hingga Sang Anak Jadi Residen
Tunggu deskripsi lengkapnya
Riwayat Sang Ayah Dokter di Lampung hingga Sang Anak Jadi Residen: Like Father, Like Son Haroen Al Rasjid dan Gele Haroen Nasoetion
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar