*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
**Untuk melihat artikel Sejarah Dramaga dalam blog ini Klik Ini
Di Institut Pertanian Bogor
(IPB) tempo dulu sangat dikenal dengan TPB (Tingkat Persiapan Bersama). Program
pendidikan TPB ini sekarang disebut Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU).
Setiap mahasiswa IPB harus memulainya dari TPB, suatu program pendidikan tahun
pertama sebagai persiapan untuk memasuki fakultas. Kurikulum pendidikan pada
TPB ini bersifat bersama, semua mahasiswa harus mengambil mata kuliah yang seragam.
Karena itulah nama program pendidikan IPB tersebut disebut Tingkat Persiapan
Bersama, suatu program pendidikan yang dapat dianggap sebagai ‘hub’ antara
pendidikan pasca SMA (juruan IPA) dan pendidikan pra-universitas (fakultas).
|
Kantor TPB-IPB dan mahassiwa (1983) |
Program pendidikan TPB adalah pendidikan tahap persiapan dan dilakukan bersama
ini dimulai tahun 1973 dan berakhir pada tahun 1993. Program ini dibagi dalam
dua semester dengan memikul 12 matakuliah yang secara keseluruhan sebanyak 36
SKS. Untuk bisa lanjut ke fakultas, setiap mahasiswa harus lulus dengan IPK
minimal 2.00. Nilai IPK di bawah 2.00 harus mengulang selama satu tahun tetapi
mahasiswa yang memiliki IPK kurang dari 1.25 langsung Drop Out (DO). Mahasiswa
yang mengulang dan mendapat nilai IPK kurang dari 2.00 juga harus ikhlas DO.
Berat memang. Tapi itulah TPB IPB.
Program pendidikan TPB-IPB yang seragam, ternyata mahasiswanya sangat
beragam. Mereka diundang setelah seleksi administratif sebagai siswa terbaik di
sekolahnya. Mereka datang dari berbagai tempat di seluruh Indonesia, ada yang
datang dari dekat tugu Monas di Jakarta ibukota Republik Indonesia, juga ada
yang datang dari kota kecil terpencil di pedalaman Sumatra, seperti saya; ada
yang lulusan SMA Negeri 8 Jakarta juga ada yang datang dari SMA Negeri 1 Padang
Sidempuan, seperti adik kelas saya; ada yang datang dari Sabang dan ada yang
datang dari Merauke, serta ada yang datang dari Sekolah Kedutaan di Paris.
Tidak hanya itu, keluarga mereka juga sangat beragam, ada anak petani, seperti
saya, juga ada anak Menteri dan anak Presiden; tentu saja ada anak seorang guru
di pelosok kecamatan dan anak seorang guru besar di IPB. Bhineka tunggal ika di
tingkat persiapan bersama. Benar-benar wujud miniatur Indonesia. Saya tahu
persis karena saya termasuk di dalamnya dengan nomor identitas diri IP20.0324.
Nomor ini menjadi kode navigasi untuk melacak mahasiswa pada angkatan (tahun
tertentu) yang berada di Kelompok 2 dan Golongan 6.