*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Popularitas nama Ragunan semakin meningkat ketika kebon binatang di Tjikini pada tahun 1966 direlokasi ke Ragunan. Nama kebun binatang di Ragunan ini kemudian pada akhirnya berubah nama menjadi Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Sejak itu nama Ragunan sangat dikenal hingga masa ini. Nama Ragunan sendiri muncul sebagai nama tempat dikaitkan dengan nama keluarga Hendrik Lucasz Cardeel.
Popularitas nama Ragunan semakin meningkat ketika kebon binatang di Tjikini pada tahun 1966 direlokasi ke Ragunan. Nama kebun binatang di Ragunan ini kemudian pada akhirnya berubah nama menjadi Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Sejak itu nama Ragunan sangat dikenal hingga masa ini. Nama Ragunan sendiri muncul sebagai nama tempat dikaitkan dengan nama keluarga Hendrik Lucasz Cardeel.
Perkemahan Ragunan (De nieuwsgier, 15-08-1955) |
Kisah Hendrik Lucasz
Cardeel dan putrinya Christin Helena Cardeel bermula di Banten. Ayah dan anak
ini masuk Islam, Hendrik Lucasz Cardeel diberi gelar Pangeran Wira Goena dan Christin
Helena Cardeel diberi gelar Ratoe Sangkat. Ketika Gubernur Jenderal VOC
mengirim ekspedisi ke Banten yang dipimpin oleh Sersan St. Martin untuk
membebaskan tawanan tahun 1682, Letnan Mody seorang tawanan yang dibebaskan ‘menculik’
Helena ke Batavia dan kemudian menikahinya. Lalu kemudian, Hendrik Lucasz Cardeel
menyusul putrinya ke Batavia. Ketika Sultan Hadji berkuasa kembali meminta pangeran dan ratu mualaf itu
diekstradisi ke Banten, Gubernur Jenderal VOC Cornelis Speelman (1681-1684)
menolaknya.
Pemerintah VOC memberi hadiah lahan
kepada Sersan St. Martin di Tjinere dan Pondok Terong (beberapa tahun sebelum
Cornelis Chastelein membuka lahan di Depok). Dalam perkembangannya Hendrik
Lucasz Cardeel membeli lahan di dekat Tjinere. Setelah Hendrik Lucasz Cardeel meninggal
tahun 1711, lahan tersebut diteruskan oleh putri semata wayangnya Helena. Namun
nama Hendrik Lucasz Cardeel di tengah masyarakat sudah kadung dikenal sebagai
Pangeran Wira Goena. Dari sinilah kemudian nama lahan itu dikenal sebagai lahan
Ragoenan (pelafalan masyarakat dari Wira Goena). Hingga tahun 1929 lahan yang
disebut Ragoenan ini tetap dikelola oleh keluarga Cardeel dengan mengusahakan
perkebunan buah-buahan (Algemeen Handelsblad, 28-07-1929).
Tunggu
deksripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar