Selasa, 13 November 2018

Sejarah Jakarta (30): Sejarah Gang Kenari, Pusat Perjuangan Indonesia Tempo Dulu; MH Thamrin dan Parada Harahap


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
 

Gang Kenari tempo doeloe, kini Jalan Kenari. Gang Kenari tempo doeloe adalah pusat perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Gang Kenari adalah kawah candradimuka, tempat lahirnya para revolusioner Indonesia, seperti MH Thamrin, Parada Harahap, Ir. Soekarno, Dr. Soetomo, Mohamad Hatta dan Amir Sjarifoeddin Harahap. Gang Kenari adalah lokasi kantor dan gedung Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI), suatu supra organisasi yang dibentuk pada tanggal 26 September 1927 untuk memayungi organisasi-organisasi kebangsaan seperti Sumatranen Bond, Kaoem Betawi, Pasoendan dan Perserikatan Nasional Indonesia. Ketuanya adalah MH Thamrin dan Parada Harahap sebagai sekretaris yang merangkap sebagai kepala kantor.

Gang Kenari (Peta 1887)
Gang/Jalan Kenari kini termasuk Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Posisi ‘gps’ Gang Kenari  di sebelah Kampus UI Salemba. Gedung PPPKI yang dibangun tahun 1927 tersebut masih eksis yang kini dikenal sebagai Gedung MH Tahmrin. Pada tahun 1927, Parada Harahap sebagai kepala kantor hanya memasang tiga foto yang menjadi idolanya: Diponegoro, Soekarno dan Mohamad Hatta.      

Lantas mengapa pada masa ini Gang Kenari kurang dikenal? Padahal di Gang Kenari justru nama Indonesia ditempa dan diperjuangkan. Di Gang Kenari konsep bangsa Indonesia disepakati. Di Gang Kenari panitia Kongres Pemuda dibentuk. Di Gang Kenari, Ir. Soekarno menghimbau Boedi Oetomo agar ikut berjuang demi Indonesia. Namun itu semua ternyata tidak cukup untuk mengangkat popularitas Gang Kenari pada masa ini. Untuk itu, mari kita susun kembali sejarah Gang Kenari agar generasi masa kini dapat memahami dan mengenal peran Gang Kenari dalam terbentuknya bangsa Indonesia.

Tunggu deksripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar