Rabu, 15 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (113): William Marsden dan Radermacher, Sejarawan Era Hindia Timur; Benda Kuno, Data Sejarah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Setelah generasi Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentijn, sebenarnya ada sejumlah individu yang melakukan penyelidikan sejarah di Hindia Timur. Dua yang terpenting adalah seorang Inggris William Marsden dan seorang Belanda Jacob Cornelis Mattheus Radermacher. William Marsden terkenal dengan penyelidikannya di Sumatra dengan bukunya yang berjudul The History of Sumatra yang diterbitkan tahun 1781. Sedangkan Radermacher meski lebih menekuni geografi, tetapi tulisan-tulisannya banyak menyinggung sejarah di Hindia Timur. Satu keutamaan Radermacher adalah inisiator pendirian lembaga ilmu pengetahuan di Batavia tahu 1778.

Dalam sejarah Indonesia tidak dikenal nama-nama Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentijn apalagi nama-nama Jacob Cornelis Mattheus Radermacher dan Willian Marsden. Mengapa begitu? Yang jelas disebutkan bahwa Bapak sejarah Indonesia adalah Prof. Dr. A. Sartono Kartodirdjo, seorang sejarawan Indonesia sekaligus pelopor dalam penulisan sejarah dengan pendekatan multidimensi. Dalam Wikipedia terdapat daftar nama sejarawan Indonesia yang banyaknya sekitar 69 orang. Pada masa ini wadah para sejarawan Indonesia adalah Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), suatu organisasi profesi sejarawan Indonesia yang didirikan di Yogyakarta pada 29 Agustus 1970. MSI bertujuan meningkatkan kemajuan ilmu sejarah dan apresiasi publik terhadap sejarah di Indonesia. MSI menerbitkan jurnal sejarah dengan nama Jurnal Sejarah.

Lantas siapa William Marsden? Lalu mengapa Radermacher terlibat dalam penyelidikan sejarah di Hindia Timur? Yang jelas  pada saat pendirian lembaga ilmu pengetahuan Batavia (semacam LIPI sekarang) yang diberi nama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, nama Radermacher salah satu yang terpenting. Lembaga ilmu pengetahuan Hindia Timur di Batavia juga memperhatikan bidang sejarah. Okelah kalua begitu. Lalu bagaimana persan William Marsden dan Radermacher dalam sejarah awal Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

William Marsden dan JCM Radermacher

William Marsden tidak hanya dikenal di Inggris, juga dikenal di Belanda. Nama William Marsden mulai dikenal di Belanda sehubungan dengan penerbitan bukunya berjudul The History of Sumatra tahun 1781. Penerbit di Amsterdan menerjemahkan buku itu dengan judul Bericht van een Verschynzel op het Eiland Sumatra dan diterbitkan pada tahun 1782 (lihat Leydse courant, 09-12-1782). Ini untuk kali kedua buku penulis Inggris tentang Hindia Timur beredar di Belanda. Persaingan Inggris dan Belanda di Hindia Timur tidak menyurutkan para penerbit mengeruk keuntungan dari industri penerbitan.

Pada tahun 1779 buku James Cook tentang Australia yang terbit tahun 1777 diterbitkan dengan bahasa Belanda dan diedarkan di Belanda. Buka ini hasil eskpedisi James Cook yang dilakukan pada tahun 1772 dimana titik start dimulai dari Jawa (Batavia). Salah satu pesan dari James Cook dalam buku ini agar pemerintah Kerajaan Inggris membuat koloni di Inggris.  Boleh jadi itu muncul karena belum lama Inggris terusir dari Amerika Serikat sehubungan dengan kemerdekaan Amerika Serikat tahun 1774.  Tentang pesan James Cook ini membuat orang Belanda molohok. Sebab selama ini sejak Abel Tasman (1642) Australia sudah menjadi bagian dari koloni Belanda. Penetrasi penulis-penulsi Inggris di Hindia Timur, Australia dan Pasifik besar dugaan menjadi faktor pemicu Radermacher terpacu dan kemudian membentuk lembaga ilmu pengetahuan di Batavia tahun 1778.

Sejak Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentijn, terbilang tidak ada lagi karya besar yang dihasilkan oleh penulis-penulis Belanda di Hindia Timur mapun di Belanda. Pemerintah VOC sudah mulai menurun. Tidak hanya pemerintahan VOC yang terancam dengan ekspansi pemerintah Inggris di India, para penulis Belanda juga mulai terancam oleh penulis-penulis Inggris. Pada tahun 1772 ketika James Cook melakukan ekspedisi di Australia dan Pasifik, satu penulis Inggris, seorang botanis Inggris Charles Miller melakukan ekspedisi ilmiah di wilayah Tapanoeli  William Marsden dan Charles Miller telah bekerja serius di Sumatra. Charles Miller menghasilkan karya botani, William Marsden menghasilkan karya The History of Sumatra. Sebagaimana diketahui keduanya berada di bawah arahan Rafless di Bengkulu (Gubernur Bengkulu).

Akhirnya Inggris tidak hanya ancaman, tetapi pada saat buku James Cook terbit di Belanda, militer Inggrsi di Madras melakukan invasi ke Sumatra pada tahun 1879. Skudaron militer Inggris di Madras dipindahkan ke pantai barat Sumatra di Bengkulu. Para pedagang-pedagang VOC di kawasan ini menyingkir ke Jawa. Bagaimana invasi Inggris yang berbasis di India (ibu kota Calcutta) besar dugaan karena rekomendasi dari Charles Miller dan William Marsden, Idem dito rekomendasi James Cook di Australia. Lepas sudah Sumatra dan Australia dari tangan Belanda (VOC) setelah sekian abad sangat unggul.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pendudukan Inggris: Apakah Lembaga Ilmu Pengetahuan Batavia Ditutup?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar