Rabu, 15 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (112): Sejarawan Sejarah Kuno Hindia Timur; Siapa Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentijn

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sebelum era para sejarawan RI, pada era Hindia Belanda belum ada pribumi yang menekuni bidang sejarah Indonesia. Semua sejarawan yang ada adalah orang-orang Belanda. Penyelidikan sejarah sendiri sudah dimulai pada era VOC. Para penyelidik sejarah era VOC inilah yang dapat dikatakan sebagai pionier. Dua yang pertama adalah Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentijn. Jadi, sebelum hadir para sejarawan Indonesia sudah lebih dahulu eksis sejarawan Hindia Belanda dan sejarawan VOC.

Sejarawan adalah orang yang mempelajari dan menulis mengenai masa lalu, dan dianggap sebagai yang berwenang atas kajian dan penulisan tersebut. Sejarawan memperhatikan narasi dan penelitian yang berkelanjutan dan metodis mengenai masa lalu yang berkaitan dengan umat manusia, serta kajian semua sejarah pada masanya. Jika seorang sejarawan tertarik dengan peristiwa sebelum sejarah tertulis, dia adalah sejarawan prasejarah. Sebagian sejarawan diakui berdasarkan publikasi atau pelatihan dan pengalamannya. Sejarawan menjadi pekerjaan profesional pada akhir abad ke-19 setelah universitas riset bermunculan di Jerman dan wilayah lainnya. Sejarawan profesional biasanya bekerja di perguruan tinggi, pusat kearsipan, agensi pemerintah, museum, penulis lepas, dan konsultan (Wikipedia), Daftar sejarawan yang dihimpun sebagaimana dapat dilihat di Wikipedia sebanyak 69 orang.

Siapa Georg Eberhard Rumphius dan siapa Francois Valentijn? Tentu saja tidak ada yang memikirkan dan menulisnya. Lalu apa pentingnya dua nama ini dalam sejarah Indonesia? Nah, itu dia. Yang jelas keduanya hidup pada era VOC, ketika mereka memulai penyelidikan sejarah di pulau-pulau nusantara (baca: Hindia Timur). Lantas bagaimana keduanya terlibat dalam penyelidikan sejarah? Seperi kata ahli sejarah tempo doeloe lagi bahwa sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejarah selalu ada mulanya sebagaimana dikatakan ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentijn di Ambon: De Pionier

Georg Eberhard Rumphius telah tiada. Rumphius meninggal di Ambon, 15 Juni 1702. Namun karyanya masih hidup,  Amsterdamse courant, 27-01-1705 memberitakan karyanya diterbitkan. Tidak disebutkan jenis karya apa. Dalam berita ini namanya ditulis Georgius Everardus Rumphius sebagai Amboinsche Rariteyt Kamer (suatu jabatan dalam pemerintahan VOC di Hindia Timur).

Georg Eberhard Rumphius, sebelum meninggal, sudah lama mengalami kebutaan karena faktor tertentu. Buku Herbarium Amboinense dibantu oleh St Martin dan Cornelis Chastelein untuk menyelesaiakannya atas permintaan Gubernur Jenderal di Batavia. Buku ini yang terdiri enam volume baru diketahui diterbitkan di Belanda pada tahun 1739 (lihat Leydse courant, 04-09-1739). Disebutkan namanya sebagai Georgius Everhardus Rumphius.

Penerus Rumphius di Ambon adalah Francois Valentijn, Namun Valentijn tidak di bidang botani, tetapi tertarik dalam bidang geografi. Francois Valentijn menyelesaikan bukunya empat volime berjudul Oud en nieuw Oost-Indiƫn yang diterbitkan pada tahun 1724 dan tahun 1726. Tidak lama setelah penerbitan volume 3 dan volume 4 tahun 1726 diketahui Francois Valentijn meninggal dunia di Belanda.

Dari judul buku Valentijn yang berjudul Oud en Nieuw mengindikasikan isinya tentang situasi dan kondisi saat itu (saat Valentijn melakukan pengunpulan data) dan pada masa lampau. Satu keutamaan Valentiijn karena dia masih bisa mengakses laporan-laporan Portugis dan juga memiliki akses penuh pada catatan Kasteel Batavia (Daghregister). Francois Valentijn juga mendapat banyak kesempatan untuk mengunjungi berbagai tempat di wilayah Hindia Timur.

Meski Georg Eberhard Rumphius dikenal luas sebagai botanis, tetapi Rumphius masih memiliki tulisan-tulisan tentang sejarah. Tidak seperti Valentijn yang menyelidiki sejarah seluruh wilayah Hindia Timur, Rumphius telah menyelediki sejarah wilayah Ambon, Kapan monograf sejarah ini ditulis Rumphius tidak diketahui secara pasti. Laporan monograf ini baru ditemukan kemudian dari koleksi seseorang yang kemudian diterbitkan pada jurnal Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie edisi pertama tahun pertama 1853. Judul tulisan Rumphius tersebut adalah De Ambonse Historie.

Jurnal Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie kali pertama terbit tahun 1853 di Belanda. Jurnal ini khusus membahas tentang tanah, bahasa dan etnografi di Hindia Belanda. Pengasuh jurnal ini adalah para pakar yang kompten (juga termasuk pakar asing) dan dapat dikatakan jurnal ilmiah pertama di Belanda yang mengkhusukan diri tentang Hindia Belanda. Boleh jadi sejak terbitnya jurnal ilmiah ini, kesadaran sejarah tentang Hindia Belanda mulai meningkat di Belanda. Pihak kerajaan mendukung upaya pengumpulan data-data (peta, laporan, buku dan sebagainya) yang berserakan di berbagai perpustakaan dan di banyak tangan individu dan toko-toko barang antik. Upaya pelacakan di pasar loak juga dilakukan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Penyelidik Sejarah di Batavia: Siapa Saja?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar