Jumat, 15 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 6-3: Terbentuknya Bangsa Indonesia; Pengetahuan, Persatuan, Organisasi, Kebangkitan dan Perjuangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini

Dalam narasi sejarah Indonesia masa ini, selalu disebut terbentuknya bangsa Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi modern pertama, Boedi Oetomo, pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh para pelajar STOVIA atas gagasan Dr Wahidin Soedirohoesodo. Berdirinya Boedi Oetomo menjadi tonggak awal Kebangkitan Nasional Indonesia dan perjuangan menuju kemerdekaan. Apakah demikian proses sejarahnya? Yang jelas motto penulisan Sejarah Indonesia yang tengah ditulis pemerintah sekarang (akan diterbitkan 11 November) adalah Indonesiasentris.


Terbentuknya bangsa Indonesia merupakan proses panjang yang ditandai dengan adanya persamaan nasib, keinginan bersama untuk merdeka, dan persatuan dalam keberagaman. Beberapa peristiwa penting seperti Kongres Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945, serta pembentukan BPUPKI dan PPKI menjadi tonggak penting dalam proses ini. Faktor-faktor Pembentuk Bangsa Indonesia: Persamaan Nasib: Masyarakat Indonesia mengalami penderitaan yang sama akibat penjajahan selama berabad-abad. Keinginan Bersama: Adanya keinginan kuat untuk mencapai kemerdekaan dan melepaskan diri dari penjajahan. Persatuan dalam Keberagaman: Meskipun terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya, bangsa Indonesia bersatu dalam satu wadah. Proses Terbentuknya: 1. Masa Penjajahan: Masyarakat Indonesia merasakan penderitaan yang sama akibat penjajahan, yang memunculkan rasa senasib dan keinginan untuk merdeka. 2. Perkembangan Kesadaran Kebangsaan: Melalui berbagai organisasi dan pergerakan, kesadaran akan persatuan dan pentingnya kemerdekaan semakin tumbuh. 3. Proklamasi Kemerdekaan: Peristiwa penting yang menandai lahirnya bangsa Indonesia sebagai negara merdeka. 4. Pembentukan Negara: Setelah proklamasi, PPKI membentuk dasar negara (UUD 1945), memilih presiden dan wakil presiden, serta membagi wilayah menjadi beberapa provinsi (AI Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah terbentuknya bangsa Indonesia? Seperti disebut di atas, apa yang dinarasikan dalam sejarah Indonesia pada masa ini tampaknya perlu dicermati lebih teliti lagi. Dalam proses terbentuknya bangsa Indonesia diawali dengan tingkat pengetahuan para pionir, menyadari pentingnya persatuan yang kemudian diikuti dengan pembentukan organisasi yang selanjutnya menjadi landasan yang kuat dalam kebangkitan bangsa dan perjuangan untuk kemerdekaan. Lalu bagaimana sejarah terbentuknya bangsa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.

Terbentuknya Bangsa Indonesia; Pengetahuan, Persatuan, Organisasi, Kebangkitan dan Perjuangan

Jauh sebelum terbentuknya bangsa Indonesia, setelah dibubarkannnya VOC yang beribukota di Batavia di pulau Jawa (1799), Kerajaan Belanda (di Eropa) membentuk apa yang disebut Pemerintah Hindia Belanda (1800). Saat terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda, properti Belanda hanyalah bangunan-bangunan dan benteng-benteng peninggalan VOC (dibeli/diakuisisi) di berbagai tempat dan kontrak-kontrak yang telah dilakukan oleh para pejabat VOC dan para pemimpin lokal sebelumnya.


Investasi kerajaan Belanda dimulai di Hindia dalam bentuk pengeluaran-pengeluaran (anggaran) untuk administrasi, militer dan para pejabat yang diangkat. Sumber pendapatan pertama dalam bentuk hasil perdagangan. Kemudian bea cukai lalu pajak. Lantas apa yang menjadi wilayah Pemerintah Hindia Belanda?

Wilayah Pemerintah Hindia Belanda memiliki prosesnya tersendiri. Satu yang pertama, antara pemerintah Kerajaan Belanda dengan pemerintah Kerajaan Inggris melakukan perjanjian pada tahun 1824 (Traktat London 1824). Salah satu klausal dalam traktat, tukar guling antara properti dan kontrak di wilayah Bengkulu di Sumatra yang dikuasai Inggris dengan properti dan kontrak di wilayah Malaka di Semenanjung yang dikuasai Belanda. Garis batas antara wilayah kekuasaan Inggris dan Belanda menjadi jelas. Penarikan garis batas juga terjadi antara Spanyol (Filipina) dan Pemerintah Hindia Belanda. Demikian dengan Portugal di pulau Timor dan dengan Jerman di pulau Papua serta Inggris di Borneo Utara.


Sementara batas-batas wilayah Pemerintah Hindia Belanda dari waktu ke waktu semakin defenitif (yang menjadi wilayah Indonesia sekarang), Pemerintah Hindia Belanda secara bertahap membentuk cabang pemerintahan di berbagai wilayah. Namun tidak selalu mudah dan lancer. Hal itu karena adanya perlawanan pemimpin lokal terhadap kehadiran otoritas Pemerintah Hindia Belanda. Perang pun terjadi di berbagai daerah. Sebagaimana diketahui semua perang pada akhirnya dimenangkan Pemerintah Hindia Belanda.

Pada akhirnya semua wilayah Hindia Belanda dapat disatukan Pemerintah Hindia Belanda di bawah pemerintahannya. Yakni wilayah-wilayah di berbagai pulau dengan kelompok populasi (etnik/suku) dengan berbagai bahasa dan adat istiadat. Di bawah kendali kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda tidak ada bangsa Indonesia, yang ada adalah Pemerintah Hindia Belanda dengan beragam suku/bangsa. Sebagai suatu wilayah pemerintahan (provinsi) Kerajaan Belanda yang dipimpin seorang Gubernur (Jenderal), Pemerintah Hindia Belanda secara bertahap juga membangun jalan, pelabuhan, kota, dan berbagai fasilitas lainnya dan Pemerintah Hindia Belanda juga secara bertahap mengembangkan administrasi pemerintahan di tingkat local, kesehatan, pendidikan, perdagangan, pertanian dan sebagainya.


Nun jauh di pedalaman Sumatra di wilayah (afdeeling/kabupaten) Angkola Mandailing, seorang lulusan sekolah rakyat bernama Sati Nasoetion menyadari arti penting pendidikan dan bagaimana cara memperluasnya dan cara meningkatkan kualitas murid dan guru. Sati Nasoetion pada tahun 1857 berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi untuk mendapatkan akta guru. Satu Nasoetion alias Willem Iskander (nama Radja Belanda Willem III dan sastrawan Rusia di pengasingan Iskander Harzen) lulus tahun 1860. Sekembali ke tanah air di kampong halamannnya di kampong Tanobato onderafdeeling Mandailing tahun 1862 mendirikan sekolah guru (kweekschool) yang diasuhnya sendiri. Saat ini baru dua sekolah guru yang dibangun pemerintah yakni di Soerakarta (1852) dan Fort de Kock dengan guru-guru Belanda. Pada tahun 1864 Inspektur Pendidikan Pribumi Mr JA van der Chijs, sangat terkejut, hasil penilaiannya mutu sekolah guru di Tanobato jauh lebih baik dari Soerakarta dan Fort de Kock. Yang tidak terduga lagi, meski bahasa pengantar adalah bahasa Batak, tetapi juga diajarkan bahasa Melayu, bahasa Belanda dan pelajaran Matematik (Aritmatika), Fisika (Ilmu Alam), Biologi (Ilmu Tumbuhan), geografi. Buku pelajaran ditulis sendiri oleh Willem Iskander dan juga Willem Iskander menyadur buku-buku berbahasa Belanda yang dibawanya dari Belanda ke dalam bahasa Batak seperti sastra, pengetahuan persuratkabaran, pabrik dan sebagainya. Semua buku-buku itu diterbitkan di Padang dan Batavia. Berita yang dingkapkan oleh Mr JA van der Chijs menjadi heboh di Jawa. Willem Iskander kemudian mulai berjuang ini tampak dalam salah satu puisinya di buku Siboeloe-boeloes Siroemboek-roemboek yang diterbitkan tahun 1872 di Batavia (39 halaman: 12 sajak, satu buah drama dan tujuh buah prosa). Boleh jadi karena ditulis dalam bahasa Batak tidak ada orang Belanda yang menyadarinya. Bait pertama dari bait-baait terakhir puisi berjudul O Mandailing artinya sebagai berikut: Ada orang luar (baca: orang Belanda), yang berdiam di Panyabungan; semoga cepat mereka keluar, karena mereka sudah kaya dengan menghisap. Pada baik berikutnya tentang keluh kesah meski orang Belanda sudah kaya tetapi jalan tidak bisa digunakan penduduk untuk berdagang. Pada bait kedua terakhir mengindikasikan Willem Iskander akan berangkat lagi ke Belanda (untuk studi lebih lanjut) beberapa tahun dan jika saya kembali jangan kamu tetap bodoh. Pada baik terakhir Willem Iskander berpesan kepada para orangtua jangan lupa mengingatkan anak, agar terus meningkatkan pengetahuannya. Puisi ini tampaknya ditujukan kepada para orang tua. Puisi lainnya yang juga ditujukan kepada orangtua dalam buku ini berjudul Ajar Ni Amangna Di Anakna Na Kehe Tu Sikola (Ajaran orangtua kepada anaknya yang berangkat ke sekolah). Pada tahun 1874 Willem Iskander membawa tiga guru muda ke Belanda yakni Barnas Lubis dari Tapanoeli, Raden Soerono dari Soerakarta dan Raden Sasmita dari Bandoeng. Mereka berempat ke Belanda atas beasiswa pemerintah dimana Willem Iskander sebagai mentor untuk tiga guru muda.

Willem Iskander adalah pribumi pertama yang studi ke Belanda. Inisiatif Willem Iskander studi ke Belanda yang menjadi sebab sekolah guru di Tanobato menjadi yang terbaik mengundang protes dari berbagai pihak agar pemerintah memperhatikan pendidikan pribumi. Hasil dari protes itu, meski belum memuaskan, hanya tiga guru (untuk akta guru) yang dapat direalisasikan oleh pemerintah plus Willem Iskander (untuk mendapatkan akta guru kepala). Selama di Belanda sekolah guru Tanobato ditutup dan sepulang studi dari Belanda, Willem Iskander diproyeksikan sebagai direktur sekolah guru yang akan dibuka di Padang Sidempoean (onderafdeeling Angkola) pada tahun 1879.


Sekolah guru yang diasuh Willem Iskander telah menghasilkan sangat banyak guru. Setiap tahun siswa lulusan sekolah rakyat yang diterima 20 orang dengan tingkat kelulusan 100 persen. Selama 10 tahun pendirian sekolah guru telah mampu mengisi kebutuhan guru di seluruh afdeeling Angkola Mandailing. Jumlah lulusan guru yang terus bertambah ditempatkan di luar afdeeling di wilayah Residentie Tapanoeli. Lulusan sekolah guru ini juga ada yang bekerja di pemerintahan dan penerjemah di Batavia. Seperti Willem Iskander, mantan anak didiknya yang menjadi guru juga menulis buku pelajaran dan buku umum. Selanjutnya sekolah guru Padang Sidempoean dimana salah satu gurunya yang terkenal Charles Adrian van Ophuijsen juga menghasilkan guru-guru berkualitas. Seperti kita lihat nanti, dua diantara guru lulusan sekolah guru Padang Sidempoean adalah Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan. Dalam hal ini Soetan Casajangan adalah anak dari Mangaradja Soetan, kepala kuria Batunadua di Padang Sidempoean yang merupakan mantan anak didik Willem Iskander di sekolag guru Tanobato. Charles Adrian van Ophuijsen menjadi guru di sekolah guru Padang Sidempoean sejak 1881. Dari delapan tahun Charles Adrian van Ophuijsen di sekolah ini, lima tahun terakhir menjabat sebagai direktur.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pengetahuan, Persatuan, Organisasi, Kebangkitan dan Perjuangan: Dja Endar Moeda dan Medan Perdamaian, Raden Soetomo dan Boedi Oetomo, Soetan Casajangan dan Indische Vereeniging

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar