Tampilkan postingan dengan label Sejarah Bengkulu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Bengkulu. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 November 2022

Sejarah Bengkulu (21): Seblat di Bengkulu, Nama Tempat, Sungai, Gunung; Di Puncak Gunung Batas Bengkulu, Jambi, Palembang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Nama Seblat pada masa ini begitu besar, nama yang dijadikan untuk Taman Nasional Kerinci Seblat. Nama Kerinci dalam hal ini nama gunung, nama danau dan nama kabupaten. Namun dalam nama taman nasional, nama Kerinci adalah nama wilayah (kabupaten Kerinci). Secara administratif wilayah taman nasional ini berada di 14 kabupaten dan 2 kota dari 4 provinsi yaitu Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra Selatan. Dalam hal ini naman gunung Seblat berada di kabupaten Lebong (tetapi nama tempat dan nama sungai di kabupaten Bengkulu Utara).


Gunung Seblat adalah gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu dengan Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatra Selatan. Dari Kota Muaraaman (ibu kota Kabupaten Lebong) gunung ini berada di sebelah utara - barat laut dengan jarak sekitar 20 km. Seblat juga nama tempat, suatu desa (Pasar Sebelat) yang berada di kecamatan Putri Hijau di Kabupaten Bengkulu Utara. Nama desa lainnya di kecamatan ini adalah Air Muring, Air Pandan, Air Petai, Cipta Mulya, Karang Pulau, Karang Tengah, Kota Bani dan Talang Arah. Seblat juga adalah nama sungai, suatu sungai yang berhulu di gunung Seblat dan bermuara di kampong/desa (Pasar) Seblat. Di sebelah selatan sungai Seblat terdapat sungai Ketaun (Ketahun) yang berhulu di gunung Ambang Bras dan bermuara di kampong/desa Ketahun. Sungai Ketaun adalah sungai terpanjang di provinsi Bengkulu (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Seblat di Bengkulu, nama tempat, nama sungai dan nama gunung? Seperti disebut di atas, nama Seblat di Bengkulu lebih popular merujuk pada nama gunung, yang mana pada masa ini kawasan gunung Seblat menjadi bagian dari taman nasional. Nama tempat (Pasar) Seblat kurang dikenal apalagi nama sungai. Lalu bagaimana sejarah Seblat di Bengkulu, nama tempat, nama sungai dan nama gunung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 17 November 2022

Sejarah Bengkulu (20): Pulau Enggano dan Pantai Barat Sumatra, Sejak Era Cornelis de Houtman; Bengkulu Utara vs Pesisir Barat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Pulau Enggano, pulau terpencil di Lautan Hindia yang berada di sisi barat day pulau Sumatra. Pulau Enggano kini bagian dari kabupaten Bengkulu Utara, provinsi Bengkulu. Pulau ini di dalam peta seakan bagian dari kabupaten Pesisir Barat, provinsi Lampung. Namun pulau Enggano tetap bagian dari Bengkulu, hanya saja semakin terpencil dari kabupaten Bengkulu Utara.


Bengkulu Utara adalah sebuah kabupaten di provinsi Bengkulu. Kabupaten yang terletak di kawasan pesisir Pantai Barat Sumatra dengan ibu kotanya Arga Makmur. Kota Arga Makmur berjarak sekitar 60 km dari Kota Bengkulu. Sebelum dimekarkan, kabupaten Bengkulu Utara memiliki luas 9.585,24 km², di mana wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Mukomuko masih menjadi wilayah kabupaten ini. Setelah dimekarkan, Bengkulu Utara memiliki luas wilayah 4.424,60 km². Pada tahun 2020, penduduk kabupaten ini berjumlah 296.523 jiwa, dengan kepadatan 67 jiwa/km². Pada saat Bengkulu masih bersama ke Provinsi Sumatra Selatan, UU Darurat No.4 Tahun 1956 menyatakan Bengkulu Utara sebagai kabupaten dalam Provinsi Sumatra Selatan dengan ibu kota di Kotamadya Bengkulu. Saat pemekaran Provinsi Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan bagian dari Provinsi Bengkulu melalui UU No. 09 Tahun 1967 (UU Pembentukan Provinsi Bengkulu). Setelah perpindahan ibu kota dari Kota Bengkulu, sejak tahun 1976 ibu kota Kabupaten Bengkulu Utara pindah dari Kota Bengkulu ke Kota Arga Makmur (melalui PP No. 23 Tahun 1976). Pemekaran Kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan UU. Nomor 23 Tahun 2003, Kabupaten Bengkulu Utara mekar menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko (Wkipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pulau Enggano dan Pantai Barat Sumatra, Sejak Cornelis de Houtman? Seperti disebut di atas, pulau Enggano kini bagian dari kabupaten Bengkulu Utara. Okelah itu satu hal. Yang jelas bahwa pulau Enggano memiliki sejarah yang panjang, bahkan sejak era awal kehadiran Belanda di Hindia Timur. Lantas bagaimana sejarah Pulau Enggano dan Pantai Barat Sumatra, Sejak Cornelis de Houtman?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bengkulu (19): Sejarah Mukomuko di Wilayah Bengkulu; Nama Muko-Muko Tempo Dulu Diantara Indrapura - Bengkulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Pada masa ini narasi sejarah (kota) Mukomuko kurang mendapat perhatian. Padahal Mukomuko memiliki sejarah yang panjang. Tempo doeloe wilayah Muko-Muko begitu penting dalam navigasi palayaran perdagangan. Namun kini Mukomuko, semi Namanya ditabalkan nama kabupaten tetapi secara geografis dianggap wilayah pinggiran dari kota Bengkulu dan juga wilayah pinggiran dari kora Padang. 


Mukomuko adalah kabupaten di Provinsi Bengkulu, pemekaran kabupaten Bengkulu Utara. Kabupaten Mukomuko berbatasan dengan kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat di utara, kabupaten Kerinci di timur, Samudra Hindia di barat dan Kabupaten Bengkulu Utara di selatan. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Mukomuko tahun 2021 mencatat jumlah penduduk Mukomuko sebanyak 190.498 jiwa. Secara administratif, Kabupaten Mukomuko ini terbagi menjadi 15 kecamatan, 148 desa, dan 3 kelurahan. Sebagian besar penduduk Muko-muko merupakan transmigran yang berasal dari Jawa. Sebab, Bengkulu termasuk Mukomuko sejak zaman kolonial Belanda dijadikan "tanah harapan" bagi penduduk luar Bengkulu. Dari jumlah itu 37,4 persen suku Jawa, 6,3 persen suku Sunda, 5,4 persen Minang dan sisanya dari Bali, Bugis, Melayu, Rejang, Serawai, Lembak, serta lainnya. Penduduk asli Mukomuko bagian utara adalah suku Minangkabau. Secara adat, budaya, dan bahasa, dekat dengan wilayah Pesisir Selatan di Sumatra Barat. Selain suku Minangkabau, kabupaten Mukomuko bagian selatan dihuni oleh suku Pekal yang terkait dengan suku Pekal yang mendiami bagian utara kabupaten Bengkulu Utara. Namun wilayah Mukomuko sejak masa kolonial Inggris telah dimasukkan ke dalam administratif Bengkulu (Bengkulen). Sejak saat itu mereka telah terpisah dari serumpunnya di daerah Sumatra Barat dan menjadi bagian integral dari wilayah Bengkulu. Hal ini berlangsung terus pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga masa kemerdekaan. Dalam masa kemerdekaan wilayah Mukomuko dimasukkan ke dalam Daerah Tk. II dengan nama Kabupaten Bengkulu Utara (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Mukomuko di wilayah Bengkulu? Seperti disebut di atas, nama tempat Muko-Muko Tempo Doeloe berada diantara kota Indrapura dan kota Bengkulu. Mukomuko dapat dikatakan sebagai kota tua. Kini Namanya ditabalkan sebagai nama kabupaten di provinsi Bengkulu. Lalu bagaimana sejarah Mukomuko di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 16 November 2022

Sejarah Bengkulu (18): Kota Curup Kota di Daerah Bengkulu; Riwayat Bencana Letusan Gunung Kaba dan Gempa Bumi Tahun 1834


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Kota Curup berada di suatu lembah yang mempesona di wilayah pegunungan. Kota Curup tipikal kota-kota pegunungan seperti kota Kerinci, sangat mempesona. Suatu wilayah yang subur yang menjadi sentra beras sejak masa lampau. Di Kerinci ada gunung Kerinci juga wilayah Kerinci menjadi hulu sungai Batanghari.  Wilayah Curup juga menjadi hulu sungai Musi. Di Curup ada gunung Kaba yang juga mempesona karena memiliki danau kawah.


Curup atau Curup Kota dalam bahasa Rejang dikenal sebagai Cu'up adalah sebuah kecamatan sekaligus ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Pada masa lalu kota ini pernah berkedudukan sebagai ibu kota Provinsi Sumatra Selatan dengan Dr AK Gani sebagai gubernur militernya. Nama Curup berasal dari bahasa Rejang yang dimelayukan. Curup awalnya hanya merujuk dan terbatas pada satu desa kecil saja, yang sekarang dikenal sebagai Dusun Curup (bahasa Rejang dialek Musi/Selupu: Sadie Cu'up), salah satu desa utama Marga Selupu Rejang. Dusun Curup telah mengalami beberapa kali perpindahan lokasi dan salah satu lokasi permukiman tersebut didirikan terletak di dekat air terjun, atau dalam bahasa Rejang disebut cu'up. Kata cu'up pun nanti berubah menjadi "Curup" sesuai kebiasaan orang Melayu. Oleh karenanya, desa tersebut diberi nama sesuai dengan ketampakan alam yang ada di sekitar lokasi pendiriannya, layaknya kebiasaan masyarakat Rejang dalam menamai permukiman mereka. Nama Curup dalam perkembangannya dipakai untuk menyebutkan daerah-daerah lain di sekitar Dusun Curup, termasuk Pasar Curup yang didirikan Belanda dan nantinya menjadi cikal bakal Kecamatan Curup yang sekarang (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kota Curup di wilayah Bengkulu? Seperti disebut di atas kota Curup menjadi kota utama di wilayah pedalaman di provinsi Bengkulu. Kota yang berada di lembah subur lereng gunung Kaba ini memiliki pesonanya sendiri. Namun kurang terinformasikan di masa lampau wilayah kota ini memiliki riwayat yang mungkin terlupakan yakni riwayat bencana alam akibat letusan gunung Kaba dan gempa bumi tahun 1834. Lalu bagaimana sejarah kota Curup di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bengkulu (17): Kota Tua Muara Aman di Bengkulu; Lais dan Ketahun di Pantai vs Rejang dan Lebong di Pegunungan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Kita tidak berbicara tentang nama Muara Kaman di Kutai yang terkenal dengan prasasti abad ke-4, tetapi membicarakan nama tempat Muara Aman di Bengkulu. Bagaimana sejarahnya? Tampaknya terlupakan dan dilupakan. Dalam laman Wikipedia hanya dinarasikan satu kalimat doang: ‘Pasar Muara Aman adalah kelurahan yang berada di Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu’. Apakah sampai disitu saja?


Sejarah nama-nama tempat di Indonesia masa kini, berbeda-beda di masa lampau. Ada yang terus berkembang dari zaman kuno hingga masa ini, ada juga yang begitu-begitu saja. Juga ada yang redup. Tentu saja ada yang hilang sama sekali. Ada juga yang tidak ada tempo doeloe, belum ada pada Hindia Belanda, tetapi kini muncul sebagai kota utama. Kota Muara Aman yang tempo doeloe cukup dikenal pada era Pemerintah Hindia Belanda kini hanya sebatas nama kelurahan di kabupaten Lebong di wilayah pegunungan. Keutamaan kota Muara Aman doeloe karena menjadi pusat pertambangan emas di wilayah (district) Lebong. Bagaimana situasi dan kondisinya masa kini?

Lantas bagaimana sejarah kota tua Muara Aman di wilayah Bengkulu? Seperti disebut di atas, kota Muara Aman telah meredup hingga kini hanya dikenal sebagai nama desa saja. Sejarah Muara Aman tempoe doeloe dapat dihubungkan dengan kota Lais dan kota Ketahun di pantai barat Sumatra dan wilayah Rejang dan Lebong di pegunungan. Lalus bagaimana sejarah kota tua Muara Aman di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 15 November 2022

Sejarah Bengkulu (16): Nama Lebong di Danau Tais dan Tapus; Pertambangan Kuno dan Kota Baru Pegunungan di Muara Aman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Lebong adalah nama wilayah (district) di pegunungan Bukit Barisan di wilayah Bengkulu yang berbatasan dengan Sumatra Selatan. Suatu distrik dimana emas ditemukan di wilayah Bengkulu yang diduga berasal dari zaman kuno. Distrik Lebong adalah wilayah orang Rejang. Oleh karenanya pada era Pemerintah Hindia Belanda nama wilayah disebut Redjang Lebong. Komunitas awal orang Rejang diduga di district Lebong yang berada di lereng gunung Loemoet di danau Tais (mengambil nama kampong Tais utara danau). Tetangga kampong Tais adalah kampong Tapus. Dalam perkembangkannya di selatan danau muncul nama kampong Danau (kotta Danau).


Lebong adalah nama kabupaten di provinsi Bengkulu dengan ibu kota di Tubei. Kabupaten Lebong pemekaran dari kabupaten Rejang Lebong (2003). Secara geomorfologis berada di sepanjang pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 500-1.000 mdpl. Ketampakan alam utama kabupaten ini adalah luak Lebong, sebuah lembah pada aliran sungai Ketahun, sungai penting yang berhulu di daerah Topos dan mengalir ke barat hingga bermuara di daerah Pasar Ketahun. Luak Lebong dikelilingi oleh puncak-puncak Bukit Barisan di kedua sisinya, masing-masing memisahkan daerah ini dari dataran rendah di Bengkulu Utara dan Musi Rawas Utara. Kabupaten Lebong secara historis memiliki sejarah panjang. Suku Rejang merupakan satu komunitas masyarakat di Kabupaten Lebong yang memiliki tata cara dan adat istiadat yang dipegang teguh sampai sekarang. John Marsden, Residen Inggris di Lais (1775-1779), memberikan keterangan tentang adanya empat Petulai Rejang, yaitu Joorcalang (Jurukalang), Beremanni (Bermani), Selopo (selupu) dan Toobye (Tubay). JLM Swaab, Controleur di Lais (1910-1915) mengatakan Lebong dianggap sebagai tempat asal usul orang Rejang. Dalam masyarakat Lebong ada larangan menari antara bujang dan gadis di waktu Kejai karena mereka berasal dari satu keturunan yaitu Petulai Tubei (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Lebong, danau Tais dan kampung Tapus? Seperti disebut di atas, wilayah/district Lebong adalah wilayah pertambangan emas sejak zaman kuno. Wilayah pertambangan emas di wilayah pegunungan ini kemudian terbentuk kota Muara Aman. Lalu bagaimana sejarah nama Lebong, danau Tais dan kampung Tapus? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bengkulu (15): Lais dan Talang (Kampong Kecil) di Bengkulu; Jagobayo, Lubuk Lesung, Taba Baru dan Talang Rasau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Lais diduga adalah nama yang telah di kenal luas dari zaman kuno. Nama Lais yang singkat tipikal nama-nama kuno. Nama Lais ditemukan di Tanah Arab dan India. Nama Lais di Hindia Timur tidak hanya di wilayah Bengkulu. Talang atau Tolang juga adalah nama kuno yang berasal dari era Hindoe Beodha. Tolang dalam bahasa Batak Angkola Mandailing adalah kampong kecil. Nama Talang atau Tolang juga ditemukan di banyak tempat di Indonesia. Apakah nama Talang Rasau di Lais awalnya kampong (kecil) Rasau.


Lais (bahasa Rejang sebagai Lai) kini salah satu dari 19 kecamatan di kabupaten Bengkulu Utara. Kecamatan ini mewarisi nama dan sebagian wilayah salah satu marga Rejang di kawasan pesisir, (marga Lais). Kata Lais merupakan nama Melayu yang berakar dari nama asli dalam bahasa Rejang (Lai). Lai secara bahasa bermakna besar atau agung. Menurut Austronesian Comparative Dictionary, kata lai berakar dari kata Raya dalam Proto-Austronesia (PAN), dan berbagi asal-usul yang sama dengan kata seperti gazo dalam Kadazan-Dusun atau raya dalam bahasa Melayu. Diduga Lai awalnya dipakai oleh orang Rejang bukan untuk menyebut nama permukiman, melainkan nama sungai yang cukup besar di daerah itu. Sungai Lais atau penduduk setempat menyebutnya Bioa Lai, secara harafiah bermakna "sungai besar", sungai berhulu di Tebo Lai, kawasan Ulau Bioa (Bukit Barisan). Sungai bermuara pantai barat Sumatra dan permukiman Rejang mula-mula di Talang Rasau di daerah aliran sungai. The History of Sumatra karya William Marsden mencatat daerah Lais serta Rejang Country. Marsden menulis kawasan Rejang Pesisir memiliki tiga sungai utama, yaitu Laye (Lais), Pally (Palik/Paliak) dan Soongeylamo (Sungai Lemau). Disebutkan pula bahwa EIC memiliki kantor dagang atau factories di ketiga muara sungai, dengan seorang residen kepala yang berkedudukan di Lais (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Lais dan Talang (kampong kecil) di Bengkulu? Seperti disebut di atas, nama Lais kini di Bengkulu (Utara) hanya tinggal nama kecamatan dimana terdapat kampong/desa Talang Rasau. Desa lainnya antara lain Jagobayo, Lubuk Gedang, Lubuk Lesung dan Taba Baru. Lalu bagaimana sejarah nama Lais dan Talang (kampong kecil) di Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 14 November 2022

Sejarah Bengkulu (14): Pertambangan di Wilayah Bengkulu; Era Zaman Kuno hingga Maskapai Era Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Asam di gunung, garam di pantai, emas di pegunungan, batubara di pesisir.  Jika Jambi dan Palembang terkenal dengan pertambangan emas dan pertambangan batubara, apakah di wilayah Bengkulu terdapat pertambangan batu bara? Yang jelas di wilayah Bengkulu sejak dahulu sudah eksis pertambangan emas di wilayah pegunungan di kabupaten Lebong yang sekarang. Apakah ada tambang lain, selain emas di wilayah Bengkulu? Tentu saja kita tidak berbicara tentang tambang galian-C.


KOMPAS.com. Selain rempah-rempah, orang Eropa juga mencari emas. Jauh sebelum itu pada abad 13, perburuan emas telah dilakukan oleh para raja di sepanjang pulau Sumatera. Setelah di Kerinci, perburuan urat emas pun dilakukan kerajaan Pagaruyung dilanjutkan ke daerah lain, hingga mencapai Lebong, Bengkulu. Perusahaan tambang Belanda, mulai melakukan kegiatan penambangan di Bengkulu setelah ditemukannya formasi Lebong pada tahun 1890. Penambangan emas tertua di antaranya dilakukan oleh perusahaan Mijnbouw Maatschappij Redjang Lebong dan Mijnbouw Maatschappij Simau yang berada di Lebong. Kedua perusahaan itu merupakan penyumbang terbesar ekspor emas perak Hindia Belanda. Misalnya, pada tahun 1919 perusahaan Mijnbouw Maatschappij Redjang Lebong menghasilkan 659 Kg emas dan 3.859 Kg perak, dan perusahaan Mijnbouw Maatschappij Simau menghasilkan 1.111 Kg emas dan 8.836 Kg perak. Dua perusahaan ini berhasil meraup 130 Ton emas selama berproduksi kurang dari setengah abad (1896-1941). Jejak-jejak sisa penambangan yang dilakukan Belanda di Bengkulu masih dapat ditemui di Ulu Ketenong, Tambang Sawah, Lebong Donok, Lebong Simpang, Lebong Tandai, Kabupaten Lebong. Dalam beberapa literature, ternyata tidak saja Belanda yang ikut menikmati manisnya emas di daerah ini. Inggris, Spanyol, China, dan Arab ditengarai memiliki andil dalam proses eksploitasi tersebut (https://regional.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah pertambangan di wilayah Bengkulu? Seperti disebut di atas, bermula dari pertambangan emas di Lebong yang diduga sejak zaman kuno dan menjadi pentinhg pada era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah pertambangan di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bengkulu (13): Sejarah Pertanian di Wilayah Bengkulu; Sejak Era Inggris dan Era Program Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah pertanian nyaris tidak mendapat tempat dalam narasi sejarah, termasuk dalam narasi sejarah Bengkulu. Mengapa? Boleh jadi tidak ada yang tertarik. Bisa jadi karena ketersediaan datanya minim. Okelah, itu satu hal. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah pertanian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah.

 

British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang disana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut. Sejak tahun 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi. Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pertanian di wilayah Bengkulu? Seperti disebutkan di atas, sejarah pertanian kurang mendapat perhatian. Namun itu tidak menjadi halangan untuk menulis sejarah pertanian. Sejarah pertanian dapat dimulai dari era Inggris dan era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah pertanian di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 13 November 2022

Sejarah Bengkulu (12): Danau Dendam Tak Sudah di Kota Bengkulu; Dja Endar Moeda dan Novel Hikajat Dendam Ta' Soedah 1897


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Nama danau di Kota Bengkulu, sedikit unik, Namanya: Dendam Tak Sudah. Akan tetapi bagaimana asal usul namanya sulit diketahui karena ada berbagai versi cerita.  Biasanya danau yang unik (eksotik), tetapi ini namanya yang unik. Bagaimana dengan judul novel. Ada nama judul novel yang diterbitkan tahun 1897 dengan nama mirip yakni Hikajat Dendam Ta' Soedah Kalau Soedah Merewan Hati. Novel ini dikarang oleh Dja Endar Moeda.


Danau Dendam Tak Sudah adalah sebuah danau yang terletak di provinsi Bengkulu. Danau ini berlokasi di kelurahan Dusun Besar, kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu. Danau Dendam Tak Sudah memiliki luas keseluruhan 559 ha dan luas permukaan 68 ha. Danau Dendam Tak Sudah diperkirakan terbentuk dari aktivitas gunung berapi di daerah tersebut. Dengan mengingat penting dan strategisnya keberadaannya, pada tahun 1936, Danau Dendam Tak Sudah ditetapkan sebagai cagar alam dengan luas 11,5 hektare oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian, pada tahun 1979, kawasan cagar alam ini dipeluas menjadi 430 hektare. Pada tahun 1999, wilayah cagar alam diperluas lagi menjadi 577 hektare. Nama danau dihubungkan dengan cerita yang mana dahulu kala ada sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui orang tua. Mereka yang tengah mabuk asmara memutuskan bunuh diri dengan loncat ke danau. Cerita lainnya terkait dengan pembangunan dam oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Konon, koloni membangun bendungan untuk menampung banjir. Tapi, hingga penjajahan berakhir, bendungan itu tak kunjung usai dan ditinggalkan begitu saja. Akibatnya, luka dan dendam penduduk Bengkulu tak berkesudahan. Ada juga yang mengaitkan nama Dendam Tak Sudah berasal dari Dam Tak Sudah (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah danau Dendam Tak Sudah di Kota Bengkulu? Seperti disebut di atas, danau yang dulu tidak jauh dari kota Bengkulu Namanya unik. Asal usul namanya dihubungkan dengan berbagai cerita. Yang jelas namanya mirip dengan novel yang dikarang oleh Dja Endar Moeda tahun 1897 dengan judul Hikajat Dendam Ta' Soedah Kalau Soedah Merewan Hati. Lalu bagaimana sejarah danau Dendam Tak Sudah di Kota Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bengkulu (11): Kota Tua Manna, Kerajaan Manna Tempo Doeloe di Pantai Barat Sumatra; Gunung Patah di Pedalaman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Dimana Manna? Kini tidak terlalu dikenal. Namun di masa lampau, nama (kampong) kota Manna dikenal luas, sebagai suatu (nama) kerajaan di pantai barat Sumatra. Sejarah tetaplah sejarah. Manna dalam hal ini jelas memiliki sejarah sendiri, sejarah yang sudah berlangsung sejak masa lampau. Satu nama penting yang tidak jauh dai Manna adalah gunung Patah. Apakah ada hubungan kota Manna dengan gunung Patah? Asam di gunung, garam di laut.


Manna adalah sebuah kecamatan di kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu. Kecamatan ini Manna berbatasan di utara adalah kabupaten Seluma. di selatan dengan kabupaten Kaur, di barat dengan Samudra Hindia dan di timur dengan Kota Pagar Alam. Kota Manna sendiri kini merupakan sebuah kota kecil yang menjadi ibu kota kabupaten Bengkulu Selatan. Di bagian pedalaman Manna terdapat nama gunung Patah, suatu gunung berapi tua dengan vegetasi hutan hujan tropis yang sangat lebat. Gunung Patah masuk dalam kawasan hutan lindung Rajamendara. Pendakian menuju gunung Patah, melalui Semendo dan Pagar Alam (provinsi Sumatera Selatan) dan melalui desa Manau Sembilan, kecamatan Padangguci, kabupaten Kaur (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah kota tua Manna, kerajaan Manna tempo doeloe di pantai barat Sumatra? Seperti disebuy di atas, Manna adalah nama kota tua di Bengkulu, tetapi sejarahnya kurang terinformasikan. Yang dikenal luas pada masa kini adalah gunung Patah di pedalaman Manna. Lalu bagaimana sejarah kota tua Manna, kerajaan Manna tempo doeloe di pantai barat Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 12 November 2022

Sejarah Bengkulu (10):Hazairin Ahli Hukum Adat Redjang dan Adat Tapanoeli Selatan; Lulus Sekolah Hukum RHS Batavia (1936)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Hazairin di laman Wikipedia pernah namanya disebut Prof Dr Hazairin Harahap. Okelah, itu satu hal. Hal lainnya yang penting adalah Hazairin adalah pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Siapa Hazairin? Lulusan fakulas hukum Rechthoogeschool Batavia yang sangat ahli hukum adat Redjang (Bengkulu) dan hukum adat Tapanuli Selatan. Nama Hazairin harum di Bengkulu, Namanya juga ditabalkan sebagai nama universitas di Bengkulu.


Universitas Hazairin Bengkulu (disingkat Unihaz) adalah perguruan tinggi swasta di Provinsi Bengkulu yang diselenggarakan oleh Yayasan Semarak Bengkulu, sebuah yayasan yang didirikan oleh Para Pasirah Kepala Marga dalam wilayah Keresidenan Bengkulu pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1928. Sejak dihapusnya sistem Pemerintahan Marga berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, kedudukan para Pasirah Kepala Marga sebagai pendiri Yayasan Semarak Bengkulu digantikan oleh ex-officio Gubernur Provinsi Bengkulu serta para Bupati dan Wali kota Pemerintah Daerah Tingkat II dalam lingkungan Provinsi Bengkulu. Unihaz diresmikan pada tanggal 20 Mei 1984, berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Yayasan Semarak Bengkulu Nomor 1 Tahun 1984 tanggal 16 April 1984. Unihaz mendapat tugas untuk melanjutkan tugas-tugas Universitas Semarak Bengkulu yang telah ditutup melalui proses passing out, sebagai syarat berdirinya Universitas Bengkulu. Universitas Bengkulu didirikan oleh Pemerintah Pusat atas prakarsa Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Pengurus Yayasan Semarak Bengkulu. Pada waktu berdirinya tahun 1984, Unihaz menyelenggarakan program sarjana pada 4 fakultas, yaitu: Fakultas Hukum jurusan Hukum Keperdataan dan jurusan Hukum Pidana; Fakultas ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; jurusan Ilmu Sosial, Program Studi Ilmu Administrasi Negara; Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Administrasi Pendidikan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Hazairin, ahli hukum adat Redjang dan adat Tapanuli Selatan? Seperti disebut di atas, Hazairin adalah seorang yang memiliki sejarah yang lengkap. Namanya begitu harum di Bengkulu, tidak hanya namanya sebagai Pahlawan Nasiopnal asal daerah Bengkulu juga Namanya ditabalkan sebagai nama universitas di Bengkulu. Hazairin lulusan Sekolah Hukum RHS di Batavia (1936). Lalu bagaimana sejarah Hazairin, ahli hukum adat Redjang dan adat Tapanuli Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bengkulu (9): Rejang Lebong di Bengkulu, Wilayah Orang Rejang di Lebong dan di Kapahiang; Palembang vs Bengkulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Wilayah Rejang Lebong (Rejang dan Lebong) berada di wilayah pedalaman Sumatra di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Rejang Lebong dimekarkan pada tahun 2003 dengan membentuk Kabupaten Lebong dengan ibu kota di Tubei. Lalu pada tahun 2004 kembali kabupaten Rejang Lebong dimekarkan dengan membentuk kabupaten Kapahiang dengan ibu kota di Kapahiang. Sejarah kabupaten Rejang Lebong juga adalah sejarah kabupaten Lebong dan sejarah kabupaten Kapahiang. Tiga kabupaten ini seakan berada jauh dari pesisir wilayah Bengkulu (di barat). Sebaliknya wilayah Rejang Lebong sendiri adalah hulu dari sungai Musi (di timur).


Rejang Lebong adalah kabupaten di provinsi Bengkulu. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.515,76 km² dan populasi sekitar 257.498 jiwa (2016). Mayoritas penduduk kabupaten Rejang Lebong merupakan suku Rejang yang jumlahnya mencapai 43%, disusul suku Jawa yang merupakan pendatang dengan jumlah sekitar 35,2%. Suku Melayu Lembak dengan persentase lebih kecil. Ibu kotanya ialah Curup yang berada pada ketinggian 600-700 mdpl. Kabupaten ini terletak di luak Ulu Musi, sebuah lembah di tengah rangkaian Bukit Barisan dan berjarak 85 km dari Kota Bengkulu. Penduduk asli terdiri dari 2 suku utama yaitu suku Rejang dan suku Melayu. Suku Rejang mendiami tanah atas yaitu kecamatan Curup, Curup Utara, Curup Timur, Curup Selatan, Curup Tengah, Bermani Ulu, Bermani Ulu Raya, dan sebagian Selupu Rejang. Suku Lembak mendiami tanah bawah yaitu kecamatan Kota Padang, Padang Ulak Tanding, Binduriang, Sindang Dataran, Sindang Beliti Ulu, Sindang Beliti Ilir, dan Sindang Kelingi. Batas-batas wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Utara, Kabupaten Lebong dan kabupaten Musi Rawas; Timur, Kota Lubuklinggau dan kabupaten Musi Rawas; Selatan, Kabupaten Kepahiang dan kabupaten Empat Lawang; Barat, Kabupaten Bengkulu Tengah dan kabupaten Bengkulu Utara. Secara topografi, Kabupaten Rejang Lebong merupakan daerah yang berbukit-bukit, terletak pada dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 100 hingga 1000 m dpl. Secara umum kondisi fisik Kabupaten Rejang Lebong sebagai berikut: Kelerengan: datar sampai bergelombang, Jenis Tanah: Andosol, Regosol, Podsolik, Latasol dan Alluvial
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Rejang Lebong di Bengkulu, Orang Rejang dan Orang Lebong di Residentie Bengkulu? Seperti disebut di atas orang Rejang dan Orang Lebong kini terdapat di kabupaten Rejang Lebong dan di kabupaten Lebong. Lalu bagaimana sejarah Rejang Lebong di Bengkulu, Orang Rejang dan Orang Lebong di Residentie Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 11 November 2022

Sejarah Bengkulu (8):Kesehatan dan Dokter di Bengkulu era Pemerintah Hindia Belanda; Docter Djawa School, Siapa Dr M Yunus?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Bagaimana sejarah kesehatan di Bengkulu? Dalam narasi sejarahj kesehatan di Bengkulu pada masa ini hanya terbatas pada sejarah awal terbentuknya rumah sakit di Bengkulu. Namun sebelum terbentuknya rumah sakit di Bengkulu, sejumlah dokter telah ditempatkan di wilayah Bengkulu, mulai dari era lulusan Docter Djawa School hingga era lulusan STOVIA.


Rumah Sakit Umum Bengkulu pada awalnya berdiri di. Jl. A Yani (Kampung Cina) yang sekarang ditempati kantor Pos Bengkulu pada tahun 1922, kemudian pada tahun 1925 pindah ke Anggut Atas. Di daerah Ratu Agung yang sekarang menjadi Jl. Soekarno-Hatta. Dengan Direkturnya seorang Dokter Belanda bernama dr Briunkop, didampingi seorang dokter dari Indonesia yang bernama dr. Assikin serta beberapa petugas kesehatan, Zickken Opesser (Perawat) dan 2 orang tenaga adiministrasi dan seorang pelayan. Pada saat itu Propinsi Bengkulu masih merupakan karesidenan dari propinsi Sumatera Selatan. Tahun 1977 Rumah Sakit pindah ke Padang Harapan sampai tahun 1995. Berkat usaha yang keras dari jajaran pejabat Rumah Sakit maka pada Tanggal 7 maret 1978 Rumah sakit daerah Bengkulu diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Kesehatan Prof. GA Siswabessy. Pada tahun 1996 Rumah Sakit Umum Propinsi Bengkulu dipindahkan ke lokasi desa Sidomulyo kota Bengkulu sampai dengan sekarang (https://rsudmyunus.id)

Lantas bagaimana sejarah kesehatan di Bengkulu sejak era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, layanan kesehatan di Bengkulu sudah sejak lama dimana peran para dokter lulusan Docter Djawa School hingga terbentuknya rumah sakit yang kini dikenal RSUD Dr M Yunus. Lantas bagaimana sejarah kesehatan di Bengkulu sejak era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bengkulu (7): Sejarah Pendidikan di Bengkulu;Sekolah Guru di Fort de Kock dan Sekolah Guru Tanobato Angkola Mandailing


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Daerah (provinsi) Bengkulu yang sekarang, sejatinya di era Pemerintah Hindia Belanda termasuk salah satu yang terawal cabang pemerintahan yang dibentuk. Bagaimana dengan terbentuknya Pendidikan dan pengembangannya? Dalam sejarah Indonesia (baca: Hindia Belanda) antara satu bidang dengan bidang lainnya tidak seiring, tetapi terkesan random pada tingkat residentie maupun tingkat afdeeling. Sekolah guru yang pertama dididirkan di Soerakarta tahun 1851, kemudian disusul di Fort de Kock tahun 1856. Pada tahun 1862 sekolah guru dibangun kampong Tanobato di Afdeeling Angkola Mandailing, Residentie Tapanoeli.


Buku berjudul Sejarah Pendidikan Daerah Bengkulu dikarang oleh M Ikram dan Achmaddin Dalip yang diterbiykan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1980/1981 (193 halaman). Sinopsis buku tersebut sebagai berikut: Sebelum masuknya pengaruh Hindu, pendidikan yang dialami adalah pendidikan tradisional yang diterimanya dalam bentuk non-formal. Zaman kedatangan Islam abad ke-16 daerah Bengkulu membawa banyak perubahan dalam sistem pendidikan. Pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari agama terutama berpusat pada tempat peribadatan. Zaman penjajahan Inggris tidak ada perubahan, karena Inggris hanya berniat untuk perdagangan. Pada zaman Belanda, pendidikan mulai ditangani meskipun tujuannya untuk kepentingan sendiri. Zaman Jepang sekolah yang berbau Belanda dilenyapkan, karena kemajuan sekolah diukur dengan konsep pemerintah militer Jepang. Pada zaman kemerdekaan Bengkulu bebas dari belenggu penjajahan, dan sejak saat itu rakyat berlomba-lomba mengejar ketertinggalan menuju kemajuan bangsa di segala bidang (https://www.pustaka-bpnbkalbar.org/pustaka/sejarah-pendidikan-daerah-bengkulu).

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di Bengkulu? Seperti disebut di atas, sekolah gurtu pertama di Sujmatra didirikan di Fort de Kock pada tahun 1856. Lalu kemudian didirikan sekolah guru kedua di Angkola Mandailing (sementara di Jawa baru satu sekolah guru). Lalu bagaimana sejarah pendidikan di Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 10 November 2022

Sejarah Bengkulu (6): Sentot Alibasa di Bengkulu, Bagaimana Kisah Sebenarnya? Perang Jawa hingga Perang Padri di Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Sentot Ali Basya cukup dikenal di Bengkulu, karena makamnya berada di Bengkulu. Makam sang panglima perang Sentot Alibasya berada di Jalan Sentot Alibasya, kelurahan Bajak, kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Sentot Ali Basya bukanlah pahlawan Bengkulu. Disebutkan Sentot adalah panglima perang Bersama dengan Pangeran Diponegoro berperang melawan Pemerintah Hindia Belanda di Jawa (1825-1830). Bagaimana bisa kemudian berada di Sumatra?


Sentot Prawirodirdjo (1807 - Bengkulu, 17 April 1855) yang juga di kenal sebagai Sentot Ali Pasha, atau orang-orang mengenalnya sebagai Sentot Ali Basha. Sentot Ali Basya Abdullah Mustafa Prawirodirjo adalah seorang panglima perang pada masa Perang Diponegoro. Ia adalah putra dari Ronggo Prawirodirjo, ipar Sultan Hamengku Buwono IV. Ayahnya dianggap pahlawan karena melawan Belanda dan terbunuh oleh penjajah Belanda yang saat itu dipimpin oleh Daendels. Dengan kematian ayahnya, Sentot Prawirodirdjo merasa dendam kepada Belanda sehingga akhirnya bergabung dengan Pangeran Diponegoro. Gelar Ali Pasha yang juga berarti Panglima Tinggi diberikan Sentot Prawirodirjo oleh Pangeran Diponegoro terinspirasi militer kerajaan Turki. Dalam perjuangannya melawan penindasan kerajaan Belanda di tanah Jawa Sentot Prawirodirdjo akhirnya dibujuk Belanda untuk meletakkan senjata pada tanggal 1829 dan dikirim ke Sumatra Barat untuk melawan pemberontakan para ulama dalam Perang Padri. Namun itu semua tidak lain merupakan strategi yang monumental dari Sentot dalam upaya mendapatkan persenjataan dari kerajaan Belanda, untuk digunakan dalam membantu perjuangan Tuanku Imam Bonjol melawan penjajahan Belanda dan Kaum Adat dipimpin oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Alam Bagagarsyah dalam Perang Padri. Sentot Prawirodirjo wafat dalam usia 48 tahun dalam pembuangannya oleh Belanda di Bengkulu (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Sentot Alibasa di Bengkulu, Bagaimana Kisah yang Sebenarnya; Perang Jawa hingga Perang Padri zaman kuno di provinsi Bengkulu? Seperti disebut di atas wilayah Bengkulu yang sekarang diduga sudah dikenal sejak zaman kuno. Namun yang menjadi pertanyaan adalah setua apa sejarahnya di zaman kuno? Seperti di wilayah lain, untuk mengetahui itu diperlukan data-data sejarah kuno, seperti artefak, prasasti atau bahkan peninggalan struktur seperti candi. Penemuan situs candi di Bengkulu tentunya akan dapat membangkitkan harapan untuk memperkaya narasi sejarah zaman kuno di wilayah Bengkulu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.