Rabu, 16 November 2022

Sejarah Bengkulu (18): Kota Curup Kota di Daerah Bengkulu; Riwayat Bencana Letusan Gunung Kaba dan Gempa Bumi Tahun 1834


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Kota Curup berada di suatu lembah yang mempesona di wilayah pegunungan. Kota Curup tipikal kota-kota pegunungan seperti kota Kerinci, sangat mempesona. Suatu wilayah yang subur yang menjadi sentra beras sejak masa lampau. Di Kerinci ada gunung Kerinci juga wilayah Kerinci menjadi hulu sungai Batanghari.  Wilayah Curup juga menjadi hulu sungai Musi. Di Curup ada gunung Kaba yang juga mempesona karena memiliki danau kawah.


Curup atau Curup Kota dalam bahasa Rejang dikenal sebagai Cu'up adalah sebuah kecamatan sekaligus ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Pada masa lalu kota ini pernah berkedudukan sebagai ibu kota Provinsi Sumatra Selatan dengan Dr AK Gani sebagai gubernur militernya. Nama Curup berasal dari bahasa Rejang yang dimelayukan. Curup awalnya hanya merujuk dan terbatas pada satu desa kecil saja, yang sekarang dikenal sebagai Dusun Curup (bahasa Rejang dialek Musi/Selupu: Sadie Cu'up), salah satu desa utama Marga Selupu Rejang. Dusun Curup telah mengalami beberapa kali perpindahan lokasi dan salah satu lokasi permukiman tersebut didirikan terletak di dekat air terjun, atau dalam bahasa Rejang disebut cu'up. Kata cu'up pun nanti berubah menjadi "Curup" sesuai kebiasaan orang Melayu. Oleh karenanya, desa tersebut diberi nama sesuai dengan ketampakan alam yang ada di sekitar lokasi pendiriannya, layaknya kebiasaan masyarakat Rejang dalam menamai permukiman mereka. Nama Curup dalam perkembangannya dipakai untuk menyebutkan daerah-daerah lain di sekitar Dusun Curup, termasuk Pasar Curup yang didirikan Belanda dan nantinya menjadi cikal bakal Kecamatan Curup yang sekarang (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kota Curup di wilayah Bengkulu? Seperti disebut di atas kota Curup menjadi kota utama di wilayah pedalaman di provinsi Bengkulu. Kota yang berada di lembah subur lereng gunung Kaba ini memiliki pesonanya sendiri. Namun kurang terinformasikan di masa lampau wilayah kota ini memiliki riwayat yang mungkin terlupakan yakni riwayat bencana alam akibat letusan gunung Kaba dan gempa bumi tahun 1834. Lalu bagaimana sejarah kota Curup di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kota Curup di Wilayah Bengkulu; Riwayat Bencana Letusan Gunung Kaba dan Gempa Bumi Tahun 1834

Nama Curup ditemukan di banyak tempat, selain di Bengkulu juga di Sumatera Selatan dekat Muara Enim. Nama Curup juga ditemukan di Lampoeng dan Jawa. Di wilayah Bengkoeloe juga ditemukan nama Curup di afdeeling Lai dan Afdeeling Redjang Lebong. Lantas kapan nama Tjoeroep di kabupaten Redjang Lebong dikenal? Tidak ada nama Tjoeroep di Redjang di dalam Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie yang disusun Pieter Johannes Veth dan H. van Alphen yang diterbitkan tahun 1869.


Tiga district independent (Ampat Lawang, Pasemah dan Redjang) disatukan dan menjadi satu wilayah pemerintahan dengan nama onderafdeeling Ampat Lawang en Redjang (lihat Almanak 1840). Nama Redjang sudah dikenal sejak lama (paling tidak pada saat bencana tahun 1834). Dalam perkembangannya terjadi reorganisasi dimana di dalam Almanak 1862 di wilayah Redjang onderafdeeling (yang sebelumnya menghilang) disebut Redjang en Lebong yang mana telah ditempatkan seorang pejabat Belanda setingkat controleur yang berkedudukan di Kapahiang (HP van Hangelaar). Controleur di Kapahiang (onderafd. Redjang en Lebong) ini berada di bawah koordinasi Asisten Residen di Tebingtinggi. Dalam Almanak 1862 disebutkan Controleur di onderafdeeling Lebong (Afdeeling Tebingtinggi) yang berkedudukan di Tapoes (JW Stoll). Kapahiang juga menjadi wilayah kelompok populasi Redjang, dimana sungai Musi yang berhulu di sekitar Curup mengalir ke arah timur terus ke Tebingtinggi. Peta 1880

Di wilayah Redjang sudah dikenal nama Redjang, Lebong dan Kapahiang (menurut PJ Veth seharunya Kepajang). Nama Tjoeroep di Redjang paling tidak sudah disebut tahun 1875 (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1876). Sementara itu nama Tjoeroep sebagai nama tempat di daerah aliran sungai Air Besi diketahui pada tahun 1860 (lihat Javasche courant, 08-12-1860); dan sebagai Tjoeroep Melintang (Afdeeling Lais) sudah diketahui paling tidak pada tahun 1862 (lihat Nederlandsche staatscourant, 01-10-1862).


Sejak dibentuknya onderafdeeling Redjang en Lebong dengan ibu kota di Kapahiang, jalan raya dikembangkan dari Tebingtinggi (ibu kota afdeeling) ke Kapahiang. Dari Kapahiang dengan kelas jalan yang sama dihubungkan dengan Bengkoeloe (ibu kota residentie Benkoelen). Sementara jalan dari Kapahiang sudah terbentuk jalan kelas yang kebih rendah hingga Moera Biliti melalui Pasar Tjoeroep dan Padang Oelak Tandjoeng (yang mana kelas jalan yang sama dari Pasar Tjoeroep hingga Moera Aman melalui Tapoes; dan dari Padang Oelak Tandjoeng ke Saroelangoen di sungai Rawas). Peta 1925

Kapan nama (Pasar) Tjoeroep muncul? Satu yang pastik bahwa ibu kota onderafd Rejang Lebong di Kapahiang dan ibu kota onderafd. Lebong di Tapoes. Jika Pasar Tjoeroep sudah eksis, bagaimana perbandingan relatifnya dengan Kapahiang dan Tapoes. Nama Tjoeroep di Redjang pertama kali dilaporkan oleh PJ Veth (1877).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Riwayat Bencana Letusan Gunung Kaba dan Gempa Bumi Tahun 1834: Bangaimana Kota Curup Terbentuk?

Curup yang kini menjadi Kota Curup di lembah dataran tinggi Rejang tampaknya bukan kampong/kata lama, tetapi kampong baru. Kampong Curup yang menjadi Kota Curup diduga kuat kampong penduduk Kepala Tjoeroep di arah timur. Oleh karena itu, kampong Curup yang menjadi cikal bakal Kota Curup berasal dari timur (district Ampat Lawang atau district Moesi Oeloe).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar