Jumat, 18 November 2022

Sejarah Bengkulu (21): Seblat di Bengkulu, Nama Tempat, Sungai, Gunung; Di Puncak Gunung Batas Bengkulu, Jambi, Palembang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Nama Seblat pada masa ini begitu besar, nama yang dijadikan untuk Taman Nasional Kerinci Seblat. Nama Kerinci dalam hal ini nama gunung, nama danau dan nama kabupaten. Namun dalam nama taman nasional, nama Kerinci adalah nama wilayah (kabupaten Kerinci). Secara administratif wilayah taman nasional ini berada di 14 kabupaten dan 2 kota dari 4 provinsi yaitu Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra Selatan. Dalam hal ini naman gunung Seblat berada di kabupaten Lebong (tetapi nama tempat dan nama sungai di kabupaten Bengkulu Utara).


Gunung Seblat adalah gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu dengan Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatra Selatan. Dari Kota Muaraaman (ibu kota Kabupaten Lebong) gunung ini berada di sebelah utara - barat laut dengan jarak sekitar 20 km. Seblat juga nama tempat, suatu desa (Pasar Sebelat) yang berada di kecamatan Putri Hijau di Kabupaten Bengkulu Utara. Nama desa lainnya di kecamatan ini adalah Air Muring, Air Pandan, Air Petai, Cipta Mulya, Karang Pulau, Karang Tengah, Kota Bani dan Talang Arah. Seblat juga adalah nama sungai, suatu sungai yang berhulu di gunung Seblat dan bermuara di kampong/desa (Pasar) Seblat. Di sebelah selatan sungai Seblat terdapat sungai Ketaun (Ketahun) yang berhulu di gunung Ambang Bras dan bermuara di kampong/desa Ketahun. Sungai Ketaun adalah sungai terpanjang di provinsi Bengkulu (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Seblat di Bengkulu, nama tempat, nama sungai dan nama gunung? Seperti disebut di atas, nama Seblat di Bengkulu lebih popular merujuk pada nama gunung, yang mana pada masa ini kawasan gunung Seblat menjadi bagian dari taman nasional. Nama tempat (Pasar) Seblat kurang dikenal apalagi nama sungai. Lalu bagaimana sejarah Seblat di Bengkulu, nama tempat, nama sungai dan nama gunung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Seblat di Bengkulu, Nama Tempat, Sungai dan Gunung; Puncak Gunung Seblat Batas Bengkulu, Jambi dan Palembang

Dalam peta-peta yang lebih tua (era Portugis dan era VOC/Belanda) nama Seblat tidak teridentifikasi. Yang sudah teridentifikasi seperti pada Peta 1665 antara lain adalah Manna, Benculo dan Ipoeh dan Moko-Moko. Seblat sendiri berada tidak jauh di selatan (kampong/kota) Ipoeh. Ini mengindikasikan di awal sejarah, Ipoeh lebih penting dari Seblat. Dalam peta-peta yang lebih baru (seperti Peta 1753) nama Seblat juga tidak terindentifikasi, yang sudah terindentifikasi baru antara lain Muko-Muko dan Ketaun. Seblat kini berada diantara Ketahun dan Ipoeh.


Mengapa nama Seblat dalam peta-peta terdahulu tidak teridentifikasi? Pada Peta 1880 nama Seblat tidak hanya nama kampong/kota di pantai tetapi juga nama sungai, sungai yang menghubungakan antara kota Seblat di pantai dengan gunung Seblat di pedalaman. Seblat sebagai nama gunung, nama sungai dan nama kota biasanya mengindikasikan nama-nama yang sudah eksis sejak lama (bahkan sejak era zaman kuno). Sebab gunung adalah salah satu penanda navigasi pelayaran perdagangan di wilayah pesisir. Mengapa lebih dikenal nama Ipoeh dan nama Ketahun?

Dalam laporan-laporan semasa Inggris juga tidak teridentifikasi nama Seblat. Pada saat pembentuk cabang pemerintahan di wilayah Bengkoelen ((lihat Staatsblad van Nederlandsch-Indiƫ voor 1826, beslit 24 November 1826) juga tidak ada nama Seblat. Sebab yang dijadikan nama district-district baru antara lain Muko-Muko dan Lais. Dalam hal ini Lais berada dekat di selatan Ketahun dan berada dekat di utara kota Bengkoelen. Nama Seblat baru disebiut dalam laporan tahun 1833 (yang dimuat dalam Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1842). Disebutkan perjalanan darat dengan jalan kaki dari Bengkoeloe ke Seblat selama tiga hari (sementara ke Lais dalam satu hari perjalanan dan ke Ketaun selama dua hari perjalanan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Puncak Gunung Seblat Batas Bengkulu, Jambi dan Palembang: Orang Rejang, Orang Kerinci dan Orang Pasemah

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar