*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Kerajaan Salakanegara adalah satu hal. Naskah
Wangsakerta adalah hal lain lagi. Berbeda dengan Kerajaan Tarumanagara,
sejumlah penulis dan tulisan meragukan keberadaan kerajaan Salakanegara. Juga
sejumlah tulisan dan penulis menganggap kontroversi terhadap naskah Wangsakerta.
Lantas bagaimana duduk persoalannya? Sementara itu, teks Negarakertagama yang
disebut ditulis pada tahun 1365 dianggap sebagai kidung, bukan narasi sejarah.
Namun teks ini masih berguna untuk menunjukkan keberadaan fakta dalam sejarah
masa lampau.
Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua di Nusantara menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara yang merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta. Salakanagara diyakini sebagai cikal bakal suku Sunda, hal ini dikarenakan peradaban Salakanagara dianggap memiliki kesamaan dengan wilayah peradaban orang Sunda selama berabad-abad. Salakanagara dianggap terletak di pantai barat Jawa, yaitu provinsi Banten saat ini. Berdasarkan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara kerajaan ini didirikan oleh Dewawarman I. Ia dikisahkan sebagai seorang pedagang yang datang dari India yang dikirim untuk menjalin hubungan perdagangan di Yawadwipa. Salakanagara keberadaannya cukup misterius karena sumber sejarah dan bukti arkeologinya tidak ditemukan. Dibandingkan dengan Tarumanagara, kerajaan ini tidak meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan lokal yang berwujud seperti prasasti atau reruntuhan candi. Naskah Wangsakerta adalah sekumpulan naskah yang disusun oleh sebuah panitia yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari Cirebon. Penemuan naskah ini dianggap disusun sejak abad ke-17 atau pada tahun 1677 s/d 1698, menurut keterangan yang tertulis di dalamnya. Setidaknya perpustakaan Kesultanan Cirebon mengoleksi 1703 judul naskah, yang 1213 di antaranya berupa karya Pangeran Wangsakerta beserta timnya. Naskah kontroversial ini kini tersimpan di Museum Sri Baduga di Bandung. Naskah-naskah yang dihasilkan oleh panitia Wangsakerta dibagi menjadi beberapa naskah, yang masing-masing berjudul: Pustaka Nagarakretabhumi, Pustaka Dwipantaraparwa, Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa, Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, Pustaka Carita Parahyangan i Bhumi Jawa Kulwan, Pustaka Samastabhuwana. Naskah-naskah yang disusun oleh panitia Wangsakerta terbuat dari bahan kertas daluang dengan sampul kertas karton dibungkus kain blacu putih dan warna kecoklat-coklatan, tinta berwarna hitam, ukuran aksaranya 5 mm. Menggunakan bahasa dan aksara Jawa yang terkesan dikuno-kunokan (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Salaka Negara dan
Wangsa Kerta? Seperti disebut di atas kerajaan Salakanegara adalah satu hal,
bahkan berbeda dengan kerajaan Tarumanagara. Sementara naskah Wangsakerta
adalah hal lain lagi. Menurut para ahli sejarah zaman doeloe, sejarah adalah narasi
terhadap fakta dan data. Lalu bagaimana sejarah Salaka Negara dan Wangsa Kerta?
Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.