*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini
Berakhir
sudah orang Belanda di Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda telah digantikan
oleh Pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Indonesia. Pejabat-pejabat Belanda
telah diganti oleh Pemerintah Jepang dengan para pemimpin pribumi. Untuk posisi
bupati di Banyuwangi diangkat Raden Toemenggoeng Achmad Rastiko.
Rakyat Banyuwangi di Bawah Penindasan Jepang. Pasukan Jepang telah berhasil mematahkan pertahanan Inggris di Malaya dan Birma. Juga pertahanan Amerika di Philipina. Pertahanan Belanda di Indonesia tidak berdaya menghadapi serangan bala tentara Jepang, Kedatangan Dai Nippon disambut rakyat Indonesia. Sebagian Pemimpin Indonesia tertarik terhadap propaganda Jepang itu, namun sebagian yang lain tetap meragukan. Kedatangan Jepang di kota Banyuwangi, juga disambut dengan hangat oleh masyarakat. Saudara Tua (Jepang) akan segera membantu rakyat, khususnya masyarakat Banyuwangi yang sudah cukup lama menderita lahir batin akibat penindasan kolonialis Belanda. Pada akhir tahun 1942, sebuah kapal besar berbendera Jepang datang dan berlabuh di pelabuhan Bayuwangi. Kapal disambut dengan sukaria. Dalam kenyataan, kapal besar itu yang turun dari kapal itu adalah sejumlah pasukan Dai Nippon bersenjata lengkap. Sebagian penduduk laki-laki dari berbagai daerah banyak yang dijadikan romusha dan dikirim ke daerah-daerah, seperti Kalipait (Alas Purwo), Lampon, Rowoputih (pantai Grajagan), Poncomoyo, Pulau Merah, Sukamade (semuanya di pantai Selatan) dan lain-lain untuk pembuatan jinchi-jinchi. Romusha Banyuwangi juga banyak dikirim ke manca negara. Tindakan Penguasa Militer Jepang makin hari semakin kejam (https://kumparan.com/)
Lantas bagaimana sejarah pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Banyuwangi? Seperti disebut di atas, orang Belanda di Hindia Belanda termasuk di Banjoewangi berakhir sudah. Kini era penguasa militer Jepang dan pemimpin pribumi di Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.