*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Dalam sejarah bahasa, ada bahasa yang promosi dan ada bahasa yang degradasi. Tentu saja ada bahasa yang terbentuk baru dan ada bahasa yang punah. Bahasa. Dalam hal ini kita sedang membicarakan peta bahasa. Ibarat peta topografi suatu pulau, tidak seluruhnya datar, ada pegunungan dan ada lembah. Ada bervegetasi lebat dan tentu saja ada yang berair (danai atau rawa). Kandungan permukaan tanahnya juga dapat beragam.
Bahasa Jawa Tegal atau Dialek Tegalan adalah dialek bahasa Jawa dituturkan di pesisir utara Jawa Tengah di wilayah Tegal, Brebes dan Pemalang. Dialek bahasa Tegal beda dengan daerah lainnya. Pengucapan kata dan kalimat agak kental. Kosakata relatif sama dengan bahasa Jawa Banyumasan, pengguna dialek Tegal tidak mau disebut ngapak karena perbedaan intonasi, pengucapan, dan makna kata. Selain intonasinya, dialek Tegal memiliki ciri khas pengucapan setiap frasanya, apa yang terucap sama dengan yang tertulis seperti padha dalam dialek Tegal tetap diucapkan 'pada', seperti pengucapan bahasa Indonesia, tidak seperti bahasa Jawa wéṭanan (Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya) yang mengucapkan pådhå. Sementara itu, bahasa dialek Pekalongan adalah yang dituturkan di pesisir utara wilayah Pekanpetang, sebagian barat Kendal dan sebagian selatan pegunungan Kendeng. Dialek Pekalongan sederhana namun komunikatif, berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya. Orang Surakarta dan Yogyakarta sulit mengerti dan orang Tegal anggap dialek Pekalongan berkerabat hanya saja menggunakan logat bandek. Sedangkan dialek Jepara, Jeporonan umumnya dituturkan di kecamatan Jepara sebagai bahasa sehari-hari (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Tegal dan bahasa Jepara subdialek bahasa? Sepderti disebut di atas bahasa dialek Tegal dan dialek Jepara ditemukan di pantai utara Jawa. Garis bahasa di wilayah pantai mulai dari Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang hingga Jepara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tegal dan bahasa Jepara subdialek bahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.