*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Adang adalah sebuah bahasa Timor-Alor-Pantar yang dipertuturkan di wilayah pulau
Alor bagian barat laut, provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Adang mempunyai
dialek bernama "Aimoli". Atas dasar perbedaan linguistik dan
identitas sosial, dialek itu dianggap sebagai bahasa terpisah dari bahasa
Kabola. Kelompok populasi berbahasa Adang berada di kepala burung pulau Alor.
Kabupaten Alor sebagian besar tanah pegunungan terdiri tiga pulau besar dan pulau-pulau kecil. Disebutkan tempo dulu ada kerajaan Abui di pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Kerajaan berikutnya adalah Pandai dekat Munaseli dan kerajaan Bunga Bali di Alor Besar. Disebutkan tentara Majapahit tiba di Munaseli mereka temukan puing-puing kerajaan Munaseli penduduknya telah melarikan diri. Para tentara Majapahit banyak yang menetap di Munaseli. Galiau (Pantar) dalam Negarakartagama disebut terdiri 5 kerajaan: Kui dan Bunga Bali di Alor; Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan raja-raja mereka memiliki leluhur yang sama. Mereka juga memiliki hubungan darah dengan aliansi serupa di Solor dan Lembata. Pigafetta, sempat berlabuh di pantai Pureman 8-25 Januari 1522. Pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda memindahkan pelabuhan dan pusat pemerintahan Alor dari Alor Kecil ke Kalabahi. Gereja pertama dibangun di Kalabahi (sekarang Gereja Pola) pada tahun 1912. (https://www.detik.com/))
Lantas bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti disebut di atas bahasa Adang dituturkan di wilayah kepala burung pulau Alor. Banyak bahasa di provinsi Nusa Tenggara Timur, terbanyak di kabupaten Alor. Lalu bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982