*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Mor (juga dieja Moor) bahasa Austronesia bernada dituturkan di Semenanjung
Onin, Papua Barat. Bahasa digunakan etnik Wagaf, Taruma, dan
Sinakum di kampung Mitimber, distrik Mbahamdandara, kabupoten Fak-Fak dan juga di
kampung Tesa, distrik Kokas. Di sebelah timur, di kampung Tesa berpenutur
bahasa Mor, sebelah barat di kampung Waremo berbahasa Baham, sebelah utara di kampung
Goras berbahasa Goras, dan sebelah selatan di kampung Otoweri berbahasa Mbraw.
Mbahamdandara adalah sebuah distrik atau kecamatan di kabupaten Fakfak, Papua Barat ibukota di kampung Goras. Di Kampung Darembang dan Goras ditemukan situs Tapurarang berupa berbagai cap tangan berwarna oker kemerahan yang melekat pada dinding-dinding batu di pinggir laut. Masyarakat Fakfak sangat beragam, dengan 7 suku asli dan 3 agama berbeda. Informasi mengenai suku asli (indegeneous people) di Fakfak meliputi suku Mbaham, Ma’tta, Mor, Onin, Irarrutu, Kimbaran, dan Arguni. Sementara 3 agama saudara di Fakfak yakni Islam, Protestan dan Katolik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak tahun 2020, persentasi keagamaan di kecamatan ini yaitu Islam 78,73% dan Kristen berjumlah 21,27% (Protestan 19,45% dan Katolik 1,82%). Dengan demikian, semboyan yang paling dikenal di Fakfak yaitu "Tiga Tungku Satu Batu". (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin? Seperti disebut di atas bahasa Mot dituturkan di Semenanjung Obim. Nama Mor, Onin dan navigasi pelayaran perdagangan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982