Senin, 17 Oktober 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (803): Bahasa Asli di Formosa dan Aksara Baru di Taiwan; Aksara Bahasa Nusantara, Batak dan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Origin dari negara Taiwan adalah penduduk asli di pulau masuk golongan (suku) bangsa Austronesia (hubungan linguistik dan genetik dengan kelompok etnis Austronesia lainnya yang meliputi orang-orang dari Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Oseania). Jelas dalam hal ini penduduk bukan berasal dari daratan (Tiongkok). Lantas bagaimana hubungan pendudukan asli dengan bahasa asli di pulau Formosa dan aksara baru di (negara) Taiwan?


Dua diantara beberapa suku asli di pulau Formosa (kini Taiwan) di bagian pedalaman (pegunungan) adalah Atayal dan Tao. Tao artinya adalah “kita/kami”. Pong So No Daoo (Pulau Anggrek/Orchid Island atau Lanyu) adalah tempat asal orang Tao. Kebiasaan lama penduduk asli pulau Taiwan antara lain pemakaian tattoo dan praktek pengayauan. Dalam perkembangannya terjadi perubahan bahasa dan asimiliasi kebudayaan, serta kontak berkelanjutan dengan para anggota koloni melalui perdagangan, pernikahan silang dan proses silang budaya lainnya, yang mengakibatkan berbagai kematian bahasa dan hilangnya identitas kebudayaan.Contohnya, dari sekitar 26 bahasa yang pernah dipakai penduduk asli Taiwan (secara kolektif disebut sebagai rumpun bahasa Formosa), sekitar sepuluh bahasa sekarang menjadi punah, lima bahasa hampir mati, dan beberapa bahasa meraih status bahasa terancam. Bahasa-bahasa tersebut merupakan signifikansi sejarah yang unik, sejak sebagian besar linguis sejarah menganggap Taiwan sebagai tempat asal dari keluarga bahasa Austronesia. Para pemakai bahasa Austronesia di Taiwan awalnya tersebar di sebagian besar wilayah pegunungan di tengah pulau tersebut dan terkonsentradi di desa-desa di sepanjang daratan aluvial. Orang Han menyebut penduduk asli Taiwan ‘Bangsa Timur Biadab’ sementara Belanda menyebut penduduk asli Taiwan sebagai ‘Indian’ atau "orang kulit hitam". Catatan-catatan terawal yang mendetail, yang berasal dari kedatangan Belanda pada 1624, menyatakan bahwa penduduk-penduduk asli tinggal di desa-desa terpisah dengan berbagai ukuran. Antara desa-desa tersebut, terjadi perdagangan, pernikahan silang, peperangan dan aliansi melawan musuh besar (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa asli di Formosa dan aksara baru di Taiwan? Seperti disebut di atas penduduk asli pulau Taiwan yang sekarang adalah (suku) bangsa Austronesia (berasal dari kepulauan, bukan dari daratan). Populasi dengan bahasa utama di pulau Sumatra adalah bahasa Batak dan di pulau Jawa adalah bahasa Jawa. Lalu bagaimana sejarah bahasa asli di Formosa dan aksara baru di Taiwan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (50): Timah di Bangka dan Belitung; Republik Indonesia Serikat (RIS) vs Negara Kesatuan (NKRI)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pasca kemerdekaan (republik) Indonesia dan pada masa permulaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), eks residentie Bangka Belitung memiliki keutamaan dalam usaha pertambangan timah. Hal ini karena dua diantara tiga perusahan besar dalam pertambangan timah terdapat di Bangka (Bangka Tin Winning Bedrijft/(BTW) dan di Belitung (Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton/GMB). Namun semua itu, ada satu fase dimana di wilayah Indonesia Belanda menginisiasi suatu bentuk negara federal pada awal tahun 1950, yakni Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun strategi Belanda tersebut mendapat penentangan dari para Republiken, sehingga RIS dibubarkan dan pada tanggal 17 Agustus 1950 kembali kepada ‘harga mati’ NKRI.


PT TIMAH sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 02 Agustus 1976, dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995. PT TIMAH merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi juga bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Kegiatan utama perusahaan adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha mereka. Perusahaan memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang perbengkelan dan galangan kapal, jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa konsultasi dan penelitian pertambangan serta penambangan non timah. Perusahaan berdomisili di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung dan memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau, Kalimantan Selatan, serta Cilegon, Banten. Pada era Hindia Belanda perusahaan tambang timah terdiri dari Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW), Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB) dan Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM). Pada perioede waktu 1953-1958 perusahaan-perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasi ke dalam tiga perusahaan BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka, GMB menjadi PN Tambang Timah Belitung dan SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep (https://timah.com/)

Lantas bagaimana sejarah timah dan pertambangan timah di Bangka Belitung pasca berakhirnya kehadiran Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, ada satu fase dimana terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), tetapi para Republiken berhasil menumbangkannya, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lalu bagaimana sejarah timah dan pertambangan timah di Bangka Belitung sendiri seiring dengan berakhirnya kehadiran Belanda di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 16 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (49): Situasi dan Kondisi Era Perang Kemerdekaan Indonesia di Bangka dan Belitung; Apa yang Terjadi?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah batas berakhirnya semua bentuk penjajahan di Indonesia. Demikian juga yang berlaku di Bangka dan Belitung. Ketika Kerajaan Jepang takluk kepada Sekutu/Amerika Serikat, orang-orang Belanda menginginkan kembali berkuasa di Indonesia. Perang antara orang Indonesia (Republiken) dan orang Belanda (NICA) tak terhindarkan. Apa yang terjadi di Bangka dan Belitung?


Setelah kemerdekaan RI dikumandangkan 17 Agustus 1945, rupanya Belanda tak puas dengan hasil kemerdekaan yang diikrarkan dimana-mana. Berdasarkan buku sejarah perjuangan kemerdekaan RI di Bangka Belitung, dengan penulis Husnial Husin Abdullah itu menyebutkan bahwa di Kabupaten Belitung misalnya, tentara Belanda sempat mendarat ke pulau Belitung (Belitung dan Beltim), tanggal 21 Oktober 1945. Melalui kapal perang Belanda HMS Admiral Tromp berlabuh dan mendaratkan lebih kurang dua kompi tentara di Kota Tanjungpandan. Para tentara Belanda itu dibawah pimpinan Kolonel Stam dan wakilnya serdadu NICA dibawah pimpinan Mayor Textor dan Letnan Laut Soesman. Ketika mendarat di Tanjungpandan, pasukan Belanda menduduki tempat tempat penting seperti kantor polisi, kantor kawat, kantor pemerintahaan lainnya serta melakukan penjagaan ketat di tempat yang dipandang perlu. Tiba-tiba, Bendera merah putih yamg terpancang di Depan Hoofdwatcht (rumah jaga polisi) di tengah pasar kota Tanjungpandan (juga Gardu Listrik UPT BEL) mereka turunkan. Dan kemudian mereka gantikan dengan bendera Belanda. Kejadian ini cukup menyinggung perasaan rakyat Belitung. Sayangnya, karena persediaan senjata serta alat logistik lainnya tidak ada sama sekali maka rakyat Belitung bersama tokoh-tokoh pejuang-pejuang Belitung ketika mencari waktu yang tepat untuk melakukan gerakan perlawanan. Atas kejadian tersebut, malam tanggal 21 Oktober 1945, melalui para pengurus PNI mengelar rapat kilat di rumah Jupri Sulaiman, Gang Buntu Kampung Ujung untuk membicarakan bagaimana sikap dan tindaka terhadap pendaratan tentara NICA itu. Alhasil, rapat diputuskan dengan kesimpulan, untuk memberi kabar secepatnya kepada presiden RI tentang pendaratan tentara NICA di Belitung. Selanjutnya, sambil menunggu perintah dari pusat, pemerintah dan rakyat disini harus menjaga keamanan jangan sampai terganggu dan rakyat tidak boleh bertindak secara sendiri-sendiri (https://www.trawangnews.com/)

Lantas bagaimana sejarah situasi dan kondisi pada masa perang kemerdekaan Indonesia di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, perlawanan dan perang terjadi di seluruh Indonesia. Dalam hal ini apa yang terjadi di Bangka Belitung? Lalu bagaimana sejarah situasi dan kondisi pada masa perang kemerdekaan Indonesia di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (48): Kampong Andrea Hirata di Gantung, Hindia Belanda; Orang Indonesia Diantara Belanda v Jepang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Andreas Hirata tekenal di Indonesia, sastrawan lahir di Gantung, pulau Belitung. Novelnya terkenal Laskar Pelangi. Namun yang menarik perhatian, nama Hirata sendiri, suatu marga orang Jepang. Adreas Hirata mendapat nama Hirata atas pemberian nama dari ibunya. Sehubungan dengan nama (marga) Hirata, nama ini cukup dikenal pada masa lampau, bahkan di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Nama Hirata juga ditemukan di Pangkal Pinang di pulau Bangka. Di kampong saya juga pada era Hindia Belanda ada nama terkenal, (marga) Tsukimoto.


Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata (lahir 24 Oktober 1967) adalah novelis Indonesia yang berasal dari Pulau Belitung, provinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah Laskar Pelangi yang menghasilkan tiga sekuel. Hirata lahir di Gantung, Belitung. Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah namanya tujuh kali. Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan oleh ibunya. Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk. Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains—fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya. Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005. Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. Ia kemudian menggambarkannya sebagai sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia. Karya Andrea Hirata: etralogi Laskar Pelangi, Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov (2008) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Gantung kampong Andrea Hirata dan marga Hirata era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, Andrea lahir di desa Gantung, pulau Belitung dan nama Hirata cukup dikenal di masa lampau pada era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Gantung kampong Andrea Hirata dan marga Hirata era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 15 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (47): Detik-Detik Berakhirnya Hindia Belanda di Bangka dan Belitung; Pribumi/Tionghoa vs Orang Cina


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Pendudukan Inggris (1812) memisahkan Bangka daan Belitung dari Residentie Palembang. Pada saat kembalinya Pemerintah Hindia Belanda berkuasa, kepulauan Bangka dan kepulauan Belitung dijadikan sebagai satu residentie tersendiri pada tahun 1822. Lalu kemudian pada tahun 1851 di pulau Belitung dibentuk cabang Pemerintah Hindia Belanda dengan menampatkan seorang Asisten Residen di Tandjoeng Pandan. Semua itu harus berakhir dengan terjadinya pendudukan Jepang pada tahun 1942 (yang menjadi pemutus Pemerintah Hindia Belanda dengan terbentuknya Pemerintah Republik Indonesia).


Tanggal 1 Januari 1939 berlaku peraturan baru di wilayah Belitung, yang berarti Pulau Belitung sudah diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi beberapa keadaan, misalnya Onder-afdeling Belitung meliputi 2 distrik yaitu, Distrik Belitung Barat dan Distrik Belitung Timur, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang. Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan dikedua distrik dikepalai oleh Gunco. Pada awal tahun1945 oleh Jepang di Belitung dibentuk Badan Kebaktian Rakyat yang bertugas membantu pemerintahan. Masa pendudukan Jepang tidak lama, selanjutnya perubahan kembali terjadi ketika tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan Belanda ini, Onder-afdeling Belitung diperintah kembali oleh Asisten Residen Bangsa Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang yang kemudian diganti dengan sebutan Bestuurhoofd.  Pulau Belitung sebagai bagian dari Residensi Bangka - Belitung, beberapa tahun lamanya pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo, kemudian menjadi bagian Gewest Bangka - Belitung dan Riau. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul peraturan yang mengubah Pulau Belitung menjadi Neolanchap. Selanjutnya sebagai badan pemerintahan dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947. Pada waktu pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Selatan dibawah kekuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati (https://portal.belitung.go.id/sejarah-belitung)

Lantas bagaimana sejarah detik berakhir Pemerintah Hindia Belanda di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, cabang pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda telah berlangsung lebih dari satu abad, sejak 1822, tetapi harus berakhir tahun 1942. Dalam fase ini terdapat dua kelompok populasi pribumi dan orang Cina. Lalu bagaimana sejarah detik berakhir Pemerintah Hindia Belanda di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (46): Depati Amir, Pahlawan Nasional Asal Bangka Belitung; Mengapa Diasingkan ke Koepang, 1851?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pahlawan Indonesia sangat banyak jumlahnya. Namun pahlawan Indonesia di Bangka Belitung baru satu yang ditabalkan dengan gelar Pahlawan Nasional, Depati Amir. Perjuangan Depati Amir di pulau Bangka dalam hubungannya dengan perselisihan dalam pertambangan timah di pulau Bangka tahun 1851. Pada fase ini cabang Pemerintah Hindia Belanda dibentuk di Belitung (cabang Pemerintah Hindia Belanda di Bangka sendiri dimulai tahun 1822). Apakah ada hubungan perlawanan Depati Amir di Bangka dengan kehadiran perusahaan tambang swasta di Belitung?


Depati Amir (lahir di Mendara, Bangka, 1805 - meninggal di Air Mata, Kota Lama, Kupang, 28 September 1869), salah satu pahlawan nasional. Depati Amir aktif melawan penjajahan Belanda di Bangka memiliki kepentingan terhadap aktivitas tambang timah. Karena perlawanannya akhirnya ia diasingkan. Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Depati Amir dan Stadion Depati Amir, Pangkal Pinang. Pada tahun 2018, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional. Depati Amir seorang putra bangsawan Bangka, Depati Bahrin. Amir pernah memimpin masyarakat menumpas perompak di sekitar perairan Bangka. Pada tahun 1830, Amir diangkat menjadi depati, kepala atau atau beberapa kampung. Depati Bahrin sebelumnya memimpin Kampung Mendara dan Mentadai. Perjuangan Depati Amir bermula dari urusan keluarganya dengan Belanda. Saat itu, Belanda mulai membuat parit-parit tambang timah di Pulau Bangka dan berkongsi dengan Depati Bahrin untuk mengeruk timah di tanah miliknya, namun tidak memenuhi kewajibannya membayarkan hasil tambangnya. Hal itu menyulut Depati Amir mengajukan tuntutan kepada perusahan Belanda. Tuntutan Depati Amir terdengar oleh Residen Bangka F van Olden. Residen menilai tindakan Depati Amir dapat menyulut pergolakan. Lalu, pemerintah mengutus pejabat-pejabat penting untuk menangkapnya, namun gagal. Pada 7 Januari 1851, Depati Amir berhasil ditangkap. Penangkapan itu dapat terjadi karena Belanda berhasil menyuap 7 orang panglima dan 36 pasukan Depati Amir yang sedang kesulitan logistik. Amir tertangkap dalam kondisi sakit. Pada 11 Februari 1851, Depati Amir dikirim ke tempat pengasingan di Kupang, Timor (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Depati Amir, Pahlawan Nasional asal Bangka Belitung dan mengapa diasingkan ke Koepang 1851? Seperti disebut di atas, banyak pahlawan Indonesia di Bangka dan Belitung, tetapi sejatah ini baru Depati Amir yang ditabalkan dengan gelar Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah Depati Amir, Pahlawan Nasional asal Bangka Belitung dan mengapa diasingkan ke Koepang 1851? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.