Senin, 30 Oktober 2017

Sejarah Kota Depok (43): Ali Mochtar Hoeta Soehoet, Komandan Tentara Pelajar; Panitia Hari Sumpah Pemuda Pertama, Pendiri IISIP Lenteng Agung

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Ketika Kongres Pemuda diselenggarakan tanggal 28 Oktober 1928, Ali Mochtar Hoeta Soehoet umurnya baru 17 hari (lahir di Sipirok 11 Oktober 1928). Meski demikian, pada umur 25 tahun, Ali Mochtar Hoeta Soehoet pada tanggal 28 Oktober 1953 bertindak sebagai Ketua Panitia Hari Sumpah Pemuda. Tahun 1953 merupakan kali pertama hasil keputusan Kongres Pemuda 1928 diperingati. Saat itu, Ali Mochtar Hoeta Soehoet adalah Ketua Perhimpoenan Mahasiswa Akademi Wartawan Djakarta. Ali Mochtar Hoeta Soehoet terpilih sebagai Ketua Perhimpoenan Mahasiswa Akademi Wartawan Djakarta pada tanggal 19 April 1953 (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-04-1953).

De nieuwsgier, 03-03-1951
Akademi Wartawan Djakarta didirikan oleh Parada Harahap tahun 1951 (lihat Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 19-02-1951). Akademi Wartawan Djakarta diresmikan oleh Parada Harahap tanggal 2 Maret 1951 (De nieuwsgier, 03-03-1951). Ali Mochtar Hoeta Soehoet merupakan mahasiswa angkatan pertama. Pada bulan Juni 1952 Ali Mochtar Hoeta Soehoet dinyatakan lulus ujian tingkat satu (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-06-1952). Ini berarti ketika terpilih sebagai Ketua Perhimpoenan Mahasiswa Akademi Wartawan Djakarta, Ali Mochtar Hoeta Soehoet duduk di tingkat dua. Ali Mochtar Hoeta Soehoet adalah mahasiswa angkatan pertama dan ketua mahasiswa pertama di Akademi Wartawan Djakarta. 

Komandan Tentara Pelajar

Pada tahun 1948 Wakil Presiden Mohammad Hatta meminta Parada Harahap untuk mengelola surat kabar di ibukota RI (PDRI) di pengungsian di Bukittinggi. Nama surat kabarya Detik. Tujuan penerbitan Detik ini untuk media perjuangan diantara titik-titik pengugsian pada era Perang Kemerdekaan. Akses untuk mendatangkan percetakan dan bahan-bahan sudah tertutup karena Kota Padang dan Kota Sibolga sudah diduduki oleh militer Belanda.

Jumat, 27 Oktober 2017

Sejarah Kota Padang (47): Kongres Pemuda 1928, Baru Tahun 1953 Pemuda Bersumpah; Tokoh Utama Kongres Pemuda dan Hari Sumpah Pemuda

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Beberapa menit lagi masuk tanggal 28 Oktober 2017. Tanggal ini telah ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda. Namun satu hal, dikatakan pada tanggal 28 Oktober 2017 ini sebagai Hari Sumpah Pemuda ke-89. Hal ini karena mengacu pada Kongres Pemuda yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928. Padahal pada tanggal itu, pemuda tidak melakukan sumpah, melainkan melakukan kongres yang menghasilkan keputusan. Hasil keputusan kongres tersebut adalah Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa.

Putusan Kongres, Kongres Pemuda 1928
Lantas kapan pemuda bersumpah? Para pemuda bersumpah baru terjadi pada tanggal 26 Oktober 1953. Isi sumpah pemuda tersebut adalah (kebetulan) isi hasil keputusan Kongres Pemuda 1928: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Lantas mengapa ada perbedaan esensial antara keputusan hasil Kongres Pemuda 1928 dengan pemuda bersumpah pada tahun 1953? Itulah pertanyaannya? Mari kita telusuri.

Hari Sumpah Pemuda 1953

Hari sumpah pemuda terjadi pada tanggal 26 Oktober 1953, hari yang mana para pemuda bersumpah (lihat De nieuwsgier, 21-10-1953). Pada malam tanggal tersebut para pemuda di Djakarta berkumpul dan melakukan sumpah pemuda. Inilah tanggal yang dapat dikatakan sebagai Hari Sumpah Pemuda). Materi sumpah yang dibacakan dalam bersumpah tersebut pada tanggal 28 Oktober 1953 itu adalah persis apa yang menjadi hasil keputusan Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Rabu, 25 Oktober 2017

Sejarah Kota Padang (46): Pantun Tertua Asli Indonesia, 1813? Bahasa dan Sastra Melayu di Padang, Pantun-Pantun Heroik

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Bulan Bahasa dan Sastra di Indonesia adalah pada bulan Oktober. Namun sejak kapan penggunaan bahasa dan sastra di Indonesia tentulah sangat menarik untuk ditelusuri. Mari kita mulai dari sebuah pantun/puisi/syair/gurindam asli Indonesia yang tercatat. Pantun/puisi asli Indonesia muncul pada tahun 1813. Pantun/Puisi tersebut dimuat dalam surat kabar Java government gazette edisi 30-01-1813. Lantas apakah pantun tersebut sebagai pantun tercatat yang tertua di Indonesia? Bahkan pantun tersebut dibuat jauh sebelum terjadinya Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro (1825-1830).

Java government gazette, 30-01-1813
Pantun yang tercatat ini menceritakan banyak hal. Pertama, pantun ditulis dalam bahasa Melayu dengan aksara Latin (ketika orang Melayu masih menulis bahasa Melayu dengan aksara Jawi). Kedua, pantun dimuat dalam surat kabar (publish), surat kabar berbahasa Inggris di era pendudukan Inggris (1811-1816). Ketiga, pantun ini sudah berumur tua, 204 tahun yang lalu yang ditulis oleh seorang pribumi, bukan di Sumatra tetapi di Jawa dengan (tata)bahasa yang dapat kita pahami pada masa ini. Keempat, pantun ini ditulis mendahului pantun-pantun Abdullah dan Raja Ali Haji. Kelima, pantun ini bernada nasehat (sesuai jaman) ditulis oleh seorang perempuan bernama Sirrah Salamut beralamat di Salatiga.

Pemahaman kita selama ini tentang pantun Melayu ditulis dalam aksara Jawi (Arab-Melayu) hanya ditemukan di Kepulauan Riau, keliru, ternyata pantun Melayu yang ditulis dalam aksara Latin justru ditemukan di Jawa. Publikasi pantun di Jawa ini (1813) bahkan jauh sebelum Elisa Netscher mengunjungi Riaouw untuk meneliti bahasa dan sastra Melayu tahun 1849 (dua tahun setelah munculnya Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji). Marsden dalam bukunya, The History of Sumatra (edisi terakhir 1812) meski telah menyatakan adanya pantun di Sumatra tetapi tidak sebuah pantun pun yang ditanslasinya ke dalam aksara Latin.

Senin, 23 Oktober 2017

Sejarah Kota Padang (45): Ibukota Pertama Sumatra’s Westkust Berada di Tapanoeli, 1821; Residentie Tapanoeli Dipisahkan dari Province Sumatras’s Westkust, 1905

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Pada tahun 1819 Sumatra’s Westkust diklaim kembali oleh Belanda sebagai wilayahnya. Ini sebagai kelanjutan proses kembalinya Pemerintah Hindia Belanda berkuasa di Hindia Belanda setelah pendudukan Inggris (1811-1816). Pada tahun 1816 komisaris Belanda, Mr. Cornelis Theodorus Elout, Godert Alexander Gerard Philip Baron van der Capellen en Arnold Adriaan Buyskes mengambilalih kembali kekuasaan Inggris. Untuk wilayah pantai barat Sumatra, baru pada tahun 1819 Belanda mengakuisisi kembali di bawah kepemimpinan Kommissaris J. du Puy.  Pada bulan Mei 1819 secara defacto J. du Puy berfungsi sebagai Residen Sumatra's Westkust. Oleh karena eskalasi politik yang masih memanas di pantai barat Sumatra (Belanda vs Inggris) maka pembentukan pemerintahan tidak dapat langsung dilakukan,. Hal ini juga karena satu wilayah yang masih dikuasai oleh Inggris saat itu Benkoelen (Bengkulu) di (pulau) Sumatra masih dapat dianggap sebagai ancaman. Baru pada tahun 1821 secara dejure di Residentie Sumatra’s Westkust pemerintahan dapat dibentuk yang mana struktur pemerintahan yang dibentuk dikepalai oleh setingkat Asisten Residen.

Struktur Pemerintahan di Res. Sumatra's Westkust, 1821
Pada era pendudukan Inggris, wilayah di luar Jawa yang telah memiliki bentuk pemerintahan adalah di Palembang en Banca, Macassar dan Banjermasing. Sebagaimana diketahui, VOC bangkrut (1799) dan lalu dilikuidasi oleh Kerajaan Belanda dan membentuk pemerintahan (1900), akan tetapi tidak lama kemudian terjadi serangan Inggris. Pendudukan Inggris berlangsung selama lima tahun (1811-1816). Untuk sekadar catatan Perancis pernah bekuasa dengan menduduki Batavia dan beberapa tempat yang lainnya (1795-1799) sebelum Belanda mengambil alih kembali.

Asisten Residen yang diangkat di Residentie Sumatra’s Westkust adalah WJ Waterloo. Namun kedudukan (ibukota) Residentie Sumatra’s Westkust bukan ditetapkan di Padang melainkan ditempatkan di Tapanoeli. Ini mengindikasikan bahwa Padang yang awalnya dinominasikan sebagai ibukota Residentie Sumatra’s Westkust harus dilupakan dan lalu dipindahkan ke tempat yang sesuai di 'kota' Tapanoeli. Dalam Pemerintahan Hindia Belanda yang pertama ini di Sumatra’s Westkust, Asisten Residen didukung oleh tiga komisaris dan tiga pejabat keuangan. Selain itu Asisten Residen dibantu oleh sejumlah pejabat sipil dan komandan militer di sejumlah tempat. Di Padang ditempatkan dua pejabat sipil yakni kepala pelabuhan (havenmeester) dan kepala gudang (pakhuismeester). Pejabat sipil lainnya ditempatkan di Natal yang berfungsi sebagai kepala pelabuhan yang juga merangkap kepala gudang.

Minggu, 15 Oktober 2017

Sejarah Kota Padang (44): Radja Boerhanoedin dan Surat dari Padang; Komandan Tanah Abang, Pahlawan di Deli dan Atjeh

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Radja Boerhanoedin bukanlah orang biasa. Radja Boerhanoedin adalah orang yang luar biasa dan karena itu Pemerintah Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) memberinya bintang. Jabatan prestisius yang pernah diduduki oleh Radja Boerhanoedin adalah Komandan di Onderdistrict Tanahabang, Batavia (Distrik dikepalai oleh Demang dan Onderdistrict oleh Komandan; pada tahun 1910 terminologi Demang diubah menjadi Wedana dan Komandan menjadi Asisten Wedana). Radja Boerhanoedin pada masa awal karir adalah orang yang piawai di medan perang, dan pada masa akhir karirnya memiliki anak dan cucu yang tidak kalah hebatnya. Radja Boerhanoedin meninggal dunia di Batavia dan dimakamkan di tempat pemakaman dimana kelak anaknya (Tengku Radja Sabaroedin) dan juga cucunya (Tengku Radja Boerhanoedin) dimakamkan di Petamboeran.

Java-bode: voor Nederlandsch-Indie, 14-07-1866
Profil Radja Boerhanoedin sudah ditulis di Wikipedia. Namun yang tertulis dalam situs tersebut sedikit agak berbeda dengan dokumen sejaman di masa lampau. Disebutkan Radja Boerhanoeddin lahir di Padang, akan tetapi tidak ada dokumen yang dikutip. Lantas dimana Radja Boerhanoedin lahir? Banyak dokumen yang mengindikasikan bahwa Radja Boerhanoedin dan keturunannya (anak dan cucunya) dikaitkan dengan bangsawan di Sumatra’s Ooskust (Pantai Timur Sumatra). Bagaimana itu bisa terjadi?.

Siapa sesungguhnya Radja Boerhanoedin? Itu pertanyaannya. Mari kita telusuri. Untuk sekadar navigasi bagi pembaca, sejumlah data dan informasi dalam menulis artikel ini sudah pernah dikutip di dalam berbagai artikel saya dalam blog ini, selain di laman Sejarah Kota Padang, juga di laman-laman lainnya, yakni: Sejarah Kota Medan, Sejarah Jakarta, Sejarah Bogor, Sejarah Bandung, Sejarah Depok, Sejarah Tapanoeli dan Sejarah Padang Sidempuan. Oleh karerna itu tidak semua sumber disebut lagi. Mari kita mulai dengan sub judul: Radja Boerhanoedin di Siak Indrapoera.  

Senin, 09 Oktober 2017

Sejarah Kota Padang (43): Promosi Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia Bermula di Pantai Barat Sumatra; Peran Awal Guru-Guru Asal Padang Sidempuan

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia tidak dibangun dalam tempo singkat. Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia mengikuti jalan evolusi. Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia diproklamasikan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dinyatakan sebagai hasil keputusan Kongres Pemuda. Meski Bahasa Indonesia sudah dinyatakan sebagai bahasa persatuan (nasional) orang Indonesia, tetapi dalam kenyataannnya di awal proklamasi Bahasa Indonesia belum diterima sepenuhnya dalam kehidupan nyata. Kini, Bahasa Indonesia tidak terbantahkan lagi. Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai bahasa nasional Republik Indonesia tetapi juga telah menjadi bahasa internasional.

Sekolah guru (Kweekschool) Padang Sidempoean (sejak 1879)
Pada bulan Oktober setiap tahun dijadikan sebagai bulan bahasa (Indonesia) secara nasional. Penetapan bulan Oktober sebagai bulan bahasa di Indonesia mengacu pada Proklamasi Bahasa Indonesia tanggal 28 Oktober 1928.

Lantas bagaimana awal mula pembentukan Bahasa Melayu sehingga pada akhirnya terbentuk Bahasa Indonesia. Sudah barang tentu, dinamika penggunaan Bahasa Melayu di Kota Padang memainkan peran penting dalam mewujudkan promosi Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia. Namun satu hal, ternyata orang Mandailing dan Angkola (Padang Sidempoean) tidak sedikit perannya dalam mempromosikan Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional dan Bahasa Melayu (daerah) menjadi Bahasa Indonesia (Nasional). Bagaimana itu terjadi? Mari kita telusuri. Kronologis ringkasnya sebagai berikut:

Jumat, 06 Oktober 2017

Sejarah Bandung (38): Siti Rachmiati Meutia; Gadis Kelahiran Bandoeng Menjadi Istri Wakil Presiden Mohammad Hatta

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini


Sangat jarang nama asli istri Mohammad Hattta, Wakil Presiden pertama Indonesia disebut. Di dalam Wikipedia disebut Siti Rahmawati. Di dalam sumber lain disebut Rahmi Rachim. Lantas mana yang benar? Untuk itu kita perlu telusuri nama aslinya. Di dalam sumber lama, De nieuwsgier, 12-03-1954 menyebut nama asli istri Mohammad Hatta adalah Siti Rachmiati Meutia.

Siti Rachmiati, istri Mohammad Hatta (foto 1963)
Informasi nama asli istri Mohammad Hattta, Wakil Presiden ditulis oleh Herawati Diah, seorang wartawati kawakan. Tulisan Herawati Diah ini dimuat dalam surat kabar De nieuwsgier edisi 12-03-1954. Dengan demikian penulisan nama asli istri Mohammad Hattta dapat dikatakan sumbernya sangat kuat.

Lantas mengapa nama asli istri Mohammad Hatta menghilang dan sangat jarang ditemukan pada masa ini? Siti Rachmiati Meutia sendiri menuturkan kepada Herawati Diah bahwa nama Meutia tidak digunakan lagi karena dua nama sudah cukup. Oleh karenanya, nama yang kerap ditulis adalah Siti Rachmiati.

Selasa, 03 Oktober 2017

Sejarah Kota Padang (42): Nama-Nama Jalan Tempo Doeloe di Kota Padang; Jalan Tertua Nipah laan, Djati laan dan Hospital weg (1879)

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Kota Padang sudah lama terbentuk. Di Kota Padang terdapat sejumlah nama kampong yang sudah terhubung oleh jalan kota. Berdasarkan peta Kota Padang 1879 hanya ada tiga jalan yang secara teknis sudah memiliki nama, yakni: Nipah laan (Jalan Nipah), Djati laan (Jalan Djati) dan Hospital weg (Jalan Hospital/Rumah Sakit) . Ruas-ruas jalan lainnya belum diberi nama atau belum memiliki nama. Meski demikian, di ruas-ruas jalan tersebut teridentifikasi nama-nama kampung/area.

Peta Kota Padang, 1879
Nama-nama kampung adalah Kampong Berok, Kampong Sablah, Kampong Djawa dan Kampong Oedjoeng Pandang. Nama-nama area adalah Zeestrand, Goeroeng, Poelo Karam, Pasar Ambatjang, Pondok, Pasar Gadang, Alang Lawas, Hiligoo,  Pingir Kollang, Olo, Belantong, Kandang, Dammar, Poeroes dan Rimbo Kloeang.

Pada peta Kota Padang tahun 1915 jumlah nama jalan semakin banyak. Tiga nama jalan yang pertama, Nipah laan, Djati laan dan Hospital weg masih eksis. Nama-nama baru jalan adalah Chinese Kerk straat, Belakang Pondok weg, Oude Cantine weg, Oedjoeng Bandar straat, Prins straat, Nieuwe weg, Zee straat, Kerk straat, Strand weg, Wilhelmina straat, School straat, Societeits weg, Djawa Dalam straat, Slinger laan, Paper laan, Willem III straat, Depot weg, Van Bosse straat, Benteng weg dan Justitie laan.

Rabu, 27 September 2017

Sejarah Kota Padang (41): Egon Hakim Menyelamatkan Soekarno dari Pihak Belanda di Padang (1942); Parada Harahap dan Mohammad Hatta ke Jepang 1933

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Pada permulaan pendudukan militer Jepang di Indonesia, Soekarno berada di Bengkulu sebagai tahanan politik yang diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Soekarno berada di Bengkulu sejak 1938 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-03-1941), tepatnya bulan Mei 1938 (lihat De Indische courant, 31-03-1941). Pada bulan Februari 1942, setelah Palembang diduduki militer Jepang, Pemerintah Hindia Belanda di pantai barat Sumatra (Sumatra’s Westkust) seperti di Sibolga dan Bengkulu bergerak ke Kota Padang. Soekarno sebagai tahanan politik terpenting, Soekarno dan keluarga turut dievakuasi dan ikut ke Kota Padang.

Rumah kediaman Soekarno (diasingkan) di Bengkulu (1937)
Tanggal 8 Desember, Riau dibom oleh militer Jepang (De Indische Courant, 08-01-1942). Berita ini dikirim oleh putri Radjamin dari Tandjong Pinang yang diterima ayahnya di Soerabaja. Dr. Radjamin Nasution adalah anggota senior (wethouder) dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja. Lalu, militer Jepang dengan cepat menduduki sejumlah kota yang dimulai Tarakan (11 Januari 1942) dan kemudian beberapa kota di Sumatra seperti Palembang (16 Februari 1942). Tanggal 3 Februari 1942 militer Jepang benar-benar melancarkan serangan di Kota Surabaya. Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang tepatnya pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati-Subang setelah sebelumnya militer Jepang melakukan pendaratan di timur Batavia. Sumatra Timur kemudian diduduki lalu Sumatra Barat yang berkedudukan di Fort de Kock (17 Maret 1942). Pemerintahan militer Jepang di Sumatra yang sebelumnya berpusat di Singapura kemudian dipindahkan tanggal 1 Mei 1943 ke Fort de Kock.

Di Kota Padang dalam situasi tidak menentu (akibat serangan militer Jepang), Pemerintah Hindia Belanda mulai secara bertahap dievakuasi dengan kapal ke Australia. Situasi yang semakin membuat panik, orang-orang Belanda tidak peduli lagi dengan siapa kecuali masing-masing ingin menyelamatkan dirinya. Soekarno di Kota Padang dengan sendirinya terlepas dari ikatan politik dengan Pemerintah Hindia Belanda (dibiarkan mengurus dirinya dan keluarganya sendiri). Saat situasi chaos inilah, Soekarno dan keluarga tinggal bersama di rumah Egon Hakim. Kelak orang Belanda sangat=sangat menyesalinya karena di Bengkoeloe ada kans untuk membunuh Soekarno (De Telegraaf, 21-03-1966). Dan, sebagaimana akan dideskripsikan secara panjang lebar di bawah ini, lolosnya Soekarno di Padang menjadi faktor terpenting berubahnya jalan sejarah Belanda di Indonesia (setelah 350 tahun).

Senin, 18 September 2017

Sejarah Kota Padang (40): Dr. Hazairin, Menteri Dalam Negeri; Lahir di Fort de Kock, Ahli Hukum Adat di Padang Sidempoean

Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Prof. Mr. Dr. Hazairin adalah orang hebat. Ahli hukum adat dan juga ahli hukum Islam. Hazairin memulai pendidikan hukum di Rechthoogeschool Batavia dan meraih gelar doktor. Kepintaran Hazairin menarik pertahatian Prof. Ter Har dan mengangkatnya menjadi sebagai asisten dosen dan asisten peneliti. Lalu kemudian pada tahun 1938 pemerintah mengangkat Dr. Hazairin untuk bertugas sebagai Ketua Pengadilan Landraad di Padang Sidempoean.

Dr. Hazairin (foto saat promosi doktor, 1936)
Pada masa pendudukan Jepang, Pemerintah Militer Jepang mengangkat Abdul Hakim, Kepala Kantor Ekonomi Indonesia Timur di Makassar menjadi Ketua Dewan Adat di Residen Tapanoeli yang berkedudukan di Tarutung. Untuk Ketua Dewan Adat di Tapanuli Selatan yang berkedudukan di Padang Sidempoean diangkat Dr. Hazairin (Ketua Pengadilan di Landraad Padang Sidempoean). Dua tokoh inilah, orang yang paling berpengaruh di Tapanoeli pada era pendudukan Jepang (Abdul Hakim, kelahiran Sarolangoen, Djambi 1907 dan Hazairin, kelahiran Padang, 1906). Pada bulan Oktober 1945, Mr. Amir Sjarifoeddin menunjuk Dr. Hazairin sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia di Padang Sidempuan dan Mohammad Nawi Harahap di Sibolga. Lalu kemudian Amir Sharifoeddin mengangkat FL. Tobing sebagai Residen dan Abdul Hakim sebagai Wakil Residen Tapanoeli. Dr. Hazairin diangkat menjadi Bupati Tapanuli Tengah menggantikan Zainal Abidin gelar Soetan Koemala Pontas dan di Tapanuli Selatan diangkat Muda Siregar. Oleh karena kekosongan pemerintahan di Bengkulu lalu Dr. Hazairin diangkat menjadi Residen Bengkulu (posisinya di Sibolga digantikan AM Djalaloeddin). Ketika Hazairin dipromosikan menjadi Residen Bengkulu, pada kurun waktu yang bersamaan Mr. Abdul Abbas (Siregar) selesai bertugas sebagai Residen Lampung (yang pertama). Pada masa agresi militer Belanda Menteri Pertahanan RI mengangkat Dr. Gindo Siregar sebagai Gubernur Militer Sumatra (bagian) Utara dan wakilnya Abdul Hakim Harahap dan Hazairin (Harahap) diangkat sebagai Wakil Gubernur Militer Sumatra (bagian) Selatan (yang mana Gubernur Militer adalah AK Gani). Untuk Residen Lampung sendiri diangkat Gele Haroen (Nasution). Pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda (1950) Abdul Hakim dan Hazairin sudah berada di Djakarta.

Pertanyaannya: Bagaimana Dr. Hazairin menjadi tokoh dua disiplin ilmu yang berbeda, ahli hukum adat dan juga ahli hukum Islam? Fakta bahwa Dr. Hazairin cukup lama di Tapanoeli dari tahun 1938 hingga tahun 1946 (era Belanda, era pendudukan Jepang dan era kemerdekaan). Lantas mengapa Dr. Hazirin terjun ke dunia politik dengan ikut mendirikan Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR) sementara Dr, Hazairirn sendiri masih tetap sebagai akademisi? Last but not least: Siapa sesungguhnya Prof. Mr. Dr. Hazairin? Kita memerlukan jawaban. Mari kita telusuri.

Kamis, 07 September 2017

Sejarah Rohingya (01): Pengusiran Etnis Rohingya Burma Sejak 1978; Bangladesh Tak Mampu Menampung Semuanya

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Rohingya dalam blog ini Klik Disini


Saat ini permasalahan etnis Rohingya telah mencapai puncaknya. Pegusiran etnis Rohingya dari Rakhine, Myanmar juga telah menjadi perhatian yang serius dari banyak negara. Etnis Rohingya telah diusir dari tanah air sendiri. Menurut berbagai laporan, rumah-rumah mereka dibakar, konon para pengungsi ini juga dianiaya, tidak hanya laki-laki juga perempuan dan anak-anak. Karena itu, orang-orang etnis Rohingya melarikan diri mengungsi ke berbagai tempat, terutama ke Bangladesh negara terdekat dari Rakhine.

NRC Handelsblad, 01-05-1978
Nama Burma adalah nama yang diberikan oleh kolonial Inggris, seperti halnya China untuk Tiongkok. Pada tahun 1948 Burma meraih kemerdekaan dari Inggris. Pada tahun 1989 nama Burma diubah oleh pemerintah junta militer menjadi Myanmar, ibukota Rangoon diubah menjadi Yangon dan wilayah Arakan menjadi Rakhine. Sementara itu, negara tetangganya, Bangladesh memisahkan diri dari Pakistan tahun 1971, yang dalam hal ini wilayah Pakistan Timur (sayap timur Pakistan) menjadi negara mandiri Bangladesh dengan ibukota Dacca.  

Serial artikel ini coba menelusuri sumber-sumber lama untuk menjawab sejak kapan terjadi pengusiran, mengapa terjadi pengusiran, siapa etnis Rohingya, mengapa Rakhine disebut tanah air mereka. Dalam hubungan ini tentu saja perlu menelusuri hubungan antar wilayah di kawasan Teluk Bengala pada masa lampau (masa kolonial) ketika Aracan belum disebut Rakhine.

Jumat, 01 September 2017

Sejarah Kota Depok (42): Setu Babakan di Srengseng Dibangun 1830; Kini Menjadi Pusat Perkampungan Budaya Betawi

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Setu Babakan berada di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu ini kini dijadikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat perkampungan budaya Betawi. Dalam artikel ini, kita tidak sedang menelusuri sejarah terbentuknya Setu Babakan sebagai pusat perkampungan budaya Betawi (itu akan menjadi artikel Sejarah Jakarta), tetapi ingin menelusuri sejarah terbentuknya setu itu sendiri. Pembentukan setu di Srengseng yang kini disebut Setu Babakan dalam hal ini juga menjadi bagian dari Sejarah Depok.

Peta Lenteng Agoeng, 1900
Sejauh ini, bagaimana setu Babakan bermula tidak pernah ditulis. Padahal setu Babakan adalah setu (danau) buatan. Boleh jadi pada saat ini setu besar yang berada di Srengseng tidak terlihat lagi penampakan sebagai setu buatan karena umurnya memang sudah tua. Untuk menambah pengetahuan kita, mari kita telusuri.

Cornelis Chastelein

Ada tiga lahan (land) yang terbilang paling awal di sisi barat sungai Tjiliwong yang diperuntukkan (diserahkan) pada era VOC untuk pengembangan pertanian sebagai lahan kelas satu, yaitu: di Sringsing (Srengseng), Tjinirie (Tjinere) dan Tjitajam. Tiga area ini dianggap paling subur (vegetasi baik dan memiliki sumber air). Land Srengseng menjadi milik Cornelis Chastelein (pejabat sipil VOC) sedangkan Land Tjinere dan Land Tjitajam menjadi milik St. Martin (komandan militer VOC).

Jumat, 25 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (41): Pecatur Terkenal Kelahiran Depok; FKN Harahap Kalahkan Juara Dunia Dr. Max Euwe dari Belanda

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Frits, anak seorang pendeta yang lulus Sekolah Tinggi Teologi di Belanda. Frits sejak kanak-kanak sudah sangat menyukai permainan catur. Ketika Frits berada di Belanda sempat bertanding dan mengalahkan Max Euwe (Juara Catur Belanda yang kemudian menjadi Juara Catur Dunia). Frits juga seorang aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Frits lebih terkenal sebagai pecatur dan penulis catur daripada seorang pendeta dan pengkhotbah.

Memang tidak ada salahnya seorang pecatur menjadi pendeta, atau sebaliknya tidak dilarang seorang pendeta menggemari permainan catur. Namun kombinasi dua profesi ini sangat jarang terjadi. Tidak hanya itu, Frits juga adalah seorang penulis, dosen sejarah di Akademi Wartawan. Frits juga seorang pengusaha. Lantas mengapa bisa demikian? Itulah pertanyaan? Dan siapakah sesungguhnya Frits? Mari kita telusuri.

Frits, Anak Depok

Frits yang memiliki nama lengkap Frits Kilian Nicolas lahir di Depok tanggal 5 Maret 1917. Ayahnya adalah seorang pendeta di Depok. Ayahnya pada tahun 1915 mempublikasikan buku Kamus Logat Melayu (Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915). Keluarga mereka di Depok tampaknya cukup berada. Pada tahun 1923 ayahnya memasang iklan di surat kabar dua rumah untuk disewakan (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-01-1923). Ibunya juga seorang aktivis sosial di Depok yang bergerak di bidang kegiatan gadis-gadis (Bataviaasch nieuwsblad, 01-05-1934). Gadis-gadis diajarkan disiplin dan kebersihan, mereka juga mendapatkan pelajaran dalam membuat kerajinan.

Minggu, 20 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (40): Ultah Blog Poestaha Depok 17 Agustus; 600 Artikel Sudah Diupload

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Blog Poestaha Depok launching pada tanggal 17 Agustus 2012. Ini berarti blog ini sudah berlangsung selama lima tahun. Jumlah artikel yang sudah diupload sebanyak 217 artikel.  Artikel pertama tanggal 17 Agustus 2012 berjudul ‘Sejarah Tata Ruang Kota Depok: Menyambung Mata Rantai Yang Terputus Antara Depok Masa Kini dan Depok Tempo ‘Doeloe’. Sedangkan artikel terakhir berjudul ‘Sejarah Kota Depok (39): Perayaan HUT RI Pertama, 17 Agustus 1950; Kapan Kali Pertama Peringatan HUT RI di Depok?’ Blog Poestaha Depok sesungguhnya blog kembar. Kembarannya adalah blog Tapanuli Selatan dalam Angka.

Blog Tapanuli Selatan dalam Angka launching pada tanggal 15 Januari 2011 dengan artikel pertama berjudul Meneliti Itu Mudah. Blog ini awalnya membatasi diri untuk seputar Sumatera Utara. Namun karena dirasakan sejarah Padang Sidempuan di Sumatera Utara tidak berdiri sendiri, maka untuk menampung sejarah yang lebih luas (nasional) dianggap keberadaan blog Poestaha Depok dijadikan sebagai blog paralel (kembar). Kebetulan, bukankah pustaka terbesar di Indonesia terdapat di Depok, tepatnya di Universitas Indonesia?

Untuk saat ini di blog Poestaha Depok baru terbatas Sejarah Bandung (37 artikel); Sejarah Bogor (23), Sejarah Jakarta (16), Sejarah Kota Padang (39) dan Sejarah Kota Depok (39 artikel). Sementara itu di blog Tapanuli Selatan dalam Angka sudah diupload Sejarah Padang Sidempuan (20 artikel) dan Sejarah Kota Meda (54 artikel). Ke depan akan menyusul Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah Makassar dan Sejarah Kuala Lumpur atau Singapoera. Dengan demikian, berdasarkan framework yang sekarang, pada nantinya akan dimungkinkan terpetakan Sejarah (kota-kota) Indonesia, termasuk Depok dan Padang Sidempuan (dua kota yang sejak awal menjadi perhatian di era Belanda)

Kamis, 17 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (39): Perayaan HUT RI Pertama, 17 Agustus 1950; Kapan Kali Pertama Peringatan HUT RI di Depok?

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Sesungguhnya, perayaan (peringatan) Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. baru kali pertama dilakukan tahun 1950 (pasca Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda). Pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) yang kelima tersebut dipusatkan di Istana Merdeka yang dihadiri tiga puluh ribu orang (Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 17-08-1950). Dalam upacara HUT RI tanggal 17 Agustus 1950 yang dimulai pukul 10.00 pagi, Presiden Soekarno berpidato.

Kapal perang Belanda di Irian Barat, 1950
Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia juga dilakukan di berbagai kota seperti di Medan. Upacara peringatan Kemerdekaan RI yang kelima di Medan dilangsungkan di Lapangan Merdeka yang dihadiri 55 ribu orang.  Pada saat Presiden  Soekarno berpidato di Istana Merdeka para hadirin mendengarkan secara langsung melalui radio. Setelah pidato presiden, tiga tokoh berpidato, GB Josua Batubara (Ketua Front Nasional Medan, ketua panitia), Kol. Maludin Simbolon dan Gubernur Rekso (Het nieuwsblad voor Sumatra, 18-08-1950).

Isi pokok pidato Presiden Soekarno pada Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1950 adalah bahwa Indonesia terus berjuang untuk membebaskan (mengebalikan) Irian Barat dari Belanda (Leeuwarder courant: hoofdblad van Friesland, 17-08-1950). Soal ini ditekankan Soekarno karena di dalam hasil kesepakatan KMB disebutkan bahwa masalah Irian Barat akan diselesaikan dalam satu tahun setelah Pengakuan Kedaulatan Indonesia.

Senin, 14 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (38): Raimuna Nasional dan SEJARAH PRAMUKA INDONESIA SEBENARNYA; Dari Padang Sidempuan ke Cibubur Depok

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Pada hari ini, tanggal 14 Agustus 2017 adalah Hari Pramuka. Pada pagi hari ini juga akan digelar pembukaan Raimuna Nasional XI yang diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur yang akan dibuka Presiden RI, Joko Widodo. Satu hal yang menarik, Kontingen Kota Depok akan memimpin pembukaan Raimuna Nasional. Yang lebih menarik lagi, dari Kontingen Kota Depok yang memimpin upacara pembukaan, Anna Balqish adalah warga Kecamatan Tapos, kecamatan yang langsung bersentuhan dengan Kecamatan Ciracas. Ini berarti rumah dari pemimpin upacara, Anna Balqish tidak jauh dari tempat upacara pembukaan Raimuna Nasional XI/2017 diselenggarakan.

Ketua (topi) dan Sekretaris DKC TS (1982)
Saya teringat ke masa lampau, Raimuna Nasional tahun 1982 yang diselenggarakan di tempat yang sama dengan yang sekarang, saya memimpin regu putra Kontingen Tapanuli Selatan, kontingen terjauh dari Kontingen Provinsi Sumatera Utara. Saya kini tinggal di Kota Depok, sebagai pengajar di Universitas Indonesia. Anak-anak saya bersekolah di tempat dimana Anna Balqish sebagai siswa SMA Negeri 1 Kota Depok (dua alumni dan dua masih aktif sebagai siswa). Ini berarti kisah saya ini sudah terjadi 35 tahun yang lalu pada saat Raimuna IV., saat kali pertama Raimuna dilakukan di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur (kala itu masih banyak pohon-pohon karet di sekitar perkemahan).

Selain itu saya akan kontribusi sedikit tentang sejarah kepanduan/pramuka di Indonesia. Sejarah pramuka, sejatinya, memiliki sejarah yang panjang, bahkan jauh sebelum tahun 1961. Garis patah sejarah pramuka Indonesia bermula ketika tahun 1961 Presiden RI, Soekarno coba mengubah ‘mindset’ pramuka Indonesia dengan ‘mindset’ yang baru sebagaimana terus diikuti hingga ini hari. Lantas kapan pramuka di Indonesia dimulai sebelum Soekarno mengubahnya? Ini pertanyaannya. Mari kita telusuri sejarah pramuka sejak era Hindia Belanda.

Sabtu, 12 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (37): Seputar Pengakuan Kedaulatan RI di Depok; Abdul Haris Nasution dan Ibrahim Adji

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Belanda tidak mengakui Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Belanda hanya mengakuinya pada tanggal 27 Desember 1949. Mengapa bisa begitu? Belanda menganggap tidak merasa memberikan kemerdekaan bagi Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Karena saat itu Indonesia ‘merebut’ kemerdekaan dari Jepang. Jika Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia tanggal 27 Desember 1945, sesungguhnya Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Namun Belanda sendiri tidak mengakuinya, padahal negara-negara lain sudah mengakuinya sejak 17 Agustus 1945. Jadi, urusan Indonesia sudah selesai, bahwa Belanda tidak mengakuinya, itu urusan Belanda sendiri.

Afdeeling Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeli
Dalam hal ini, pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 adalah penanda waktu dimana Belanda harus keluar dari Indonesia. Sebagaimana diketahui, pada bulan Oktober 1945 Belanda menyusup ke Indonesia di belakang pasukan sekutu Inggris, padahal pasukan sekutu Inggris adalah satu-satunya negara sekutu yang mendapat mandat untuk memasuki Indonesia dalam rangka membebaskan tawanan Belanda dan melucuti tentara Jepang. Selesai tugas itu pasukan sekutu Inggris keluar dari Indonesia. Namun dalam perjalanan waktu yang begitu cepat, tiba-tiba pasukan Belanda menjadi 'penumpang gelap' dari pasukan sekutu Inggris. Akan tetapi, pasukan sekutu Inggris malah membiarkan kendali diambil alih oleh pasukan Belanda. Dalam hal ini pasukan sekutu Inggris sesungguhnya pasukan tidak bertanggungjawab. Dengan demikian: Belanda dan Inggris melakukan perbuatan curang di Indonesia, negara yang telah memproklamasikan kemerdekaan.

Apa yang terjadi di Depok dan sekitar pada seputar tanggal 27 Desember 1949 yang disebut tanggal pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda? Pertanyaan itu tentu perlu ditelusuri karena selama ini kurang terinformasikan. Lantas apa menariknya? Itu pertanyaannya. Mari kita telusuri.

Kamis, 10 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (36): Seputar Perang Kemerdekaan di Indonesia (1945-1949); Perang Kemerdekaan Bermula di Depok?

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Peristiwa berdarah di Depok pada tanggal 11 Oktober 1945 boleh dikatakan bersisi dua. Di satu sisi kerusuhan yang terjadi di Depok dapat disebut perang saudara, Dari sudut pandang nasional dapat dikatakan sebagai revolusi sosial, sementara dari sudut pandang warga Depok (Depokker) sendiri sebagai penyerangan yang dilakukan kelompok tertentu (rampokker). Dari sisi lain, kerusuhan di Depok dapat dianggap sebagai bagian dari (permulaan) perang kemerdekaan. Permulaan perang kemerdekaan ditandai dengan kedatangan pasukan sekutu Inggris yang memasuki wilayah Indonesia untuk alasan membebaskan tawanan Belanda dan melucuti (senjata, seragam dan atribut) tentara Jepang.

Anak-anak di Depok, 1939
Pada tanggal 8 September 1945 utusan sekutu yang dipimpin Inggris datang ke Djakarta. Utusan ini datang setelah sebelumnya Soekarno menemui pimpinan sekutu di Singapoera (De patriot, 18-10-1945). Kemudian tanggal 29 September 1945 pasukan sekutu Inggris telah merapat di pelabuhan Tandjong Priok. Pasukan sekutu Inggris berikutnya memasuki wilayah Indonesia mendarat di Padang pada tanggal 13 Oktober 1945 pasukan sekutu Inggris mendarat di Padang dan Medan.

Awalnya pasukan sekutu untuk mengamankan tawanan perang yang selama ini dikurung oleh militer Jepang. Namun di tengah jalan Belanda (NICA) ikut di belakang memunculkan reaksi keras dari Indonesia. Kehadiran sekutu (Inggris) menjadi hambar apalagi NICA telah mengkonsolidasikan eks KNIL.

Selasa, 08 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (35): Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; Revolusi Sosial di Depok, 11 Oktober 1945

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi ini ditandai dengan pembacaan teks Proklamasi oleh Soekarno di Djakarta. Proklamasi ini juga menandai kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kemerdekaan penduduk asli yang dirampas oleh VOC, penduduk yang terjajah terus dipertahankan oleh Pemerintah Hindia Belanda yang menyusul kemudian. Secara khusus total, kolonisasi di Depok telah berlangsung 240 tahun (1705-1945).

Depokker, Warga Depok (1939)
Penjajahan secara defacto dimulai tahun 1619 ketika VOC (Belanda) memulai koloni di hilir sungai Tjiliwong dengan mendirikan benteng yang kemudian disebut Casteel Batavia. Koloni yang bermula di benteng tersebut meluas dengan dimulainya Kota Batavia (Stad Batavia) tahun 1626. Dari ibukota koloni ini kolonialisme dimulai memperluas wilayah koloni (jajahan) ke seluruh wilayah nusantara, termasuk di Depok di hulu sungai Tjiliwong. Cornelis Chastelein secara dejure memulainya di Depok tahun 1705 yang kemudian tahun 1714 Land Depok diserahkan (diwariskan) kepada para tenaga kerjanya yang turunannya kelak disebut Depokker (warga Depok) yang dibedakan dengan orang Depok, penduduk asli.

Pasca proklamasi kemerdekaan, situasi dan kondisi di Depok dan sekitar tidak terinformaasikan. Pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintahan Belanda di Indonesia benar-benar takluk tanpa syarat kepada militer Jepang. Sejak berakhirnya era kolonial Belanda awal tahun 1942, situasi dan kondisi di Depok dan sekitar pada era pendudukan Jepang benar-benar gelap gulita. Hanya beberapa hal yang terpublikasikan ke publik. Hanya beberapa helai informasi yang berserakan yang berhasil dikumpulkan.

Senin, 07 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (34): Seputar Berakhirnya Era Kolonial Belanda; Situasi dan Kondisi di Tanah-Tanah Partikelir di Onderdistrict Depok

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Sebagaimana di seluruh Hindia Belanda, sejak berabad-abad kolonial Belanda berlangsung, juga di Depok tidak menduga secepat ini harus berakhir dan digantikan oleh pendudukan Jepang. Bagaimana situasi dan kondisi di Depok jelang berakhirnya era kolonial Belanda mungkin menarik untuk ditelusuri. Kita telah menelusuri bagaimana Belanda mengawali kolonial di Depok, kini giliran kita untuk melihat bagaimana kolonial berakhir di Depok. Ibarat lirik sebuah lagu ‘Kau yang memulai, Kau yang mengakhiri’.

Hilang lonceng Depok buatan 1675 (ft 1930)
Munculnya landerien dan adanya Land Depok berawal dari defisit finansial VOC, lalu dewan VOC mulai menjual lahan kepada pihak lain (swasta) yang dikenal dengan munculnya Tanah Partikelir. Yang terbilang awal dalam hal ini Land Depok, yang dibeli oleh Cornelis Chastelein tahun 1705 yang kemudian satu dekade berikutnya properti diserahkan (diwariskan) kepada penyewa (budak) yang lebih dahulu telah menjadi Kristen yang kelak disebut Gemeente Depok. Satu lagi land yang menarik ketika VOC jual lahan lagi yang dikenal sebagai Land Campong Baroe yang dibeli van Imhoff yang kemudian diatasnya didirikan villa peristirahatan yang kelak menjadi cikal bakal munculnya Istana Buitenzorg.

Semua permulaan itu ternyata kemudian ada batasnya. Pendudukan Jepang adalah batas akhir kolonialisme Belanda sejak era VOC. Namun bagaimana situasi jelang berakhirnya kolonial Belanda di Depok sebelum pendudukan Jepang tidak pernah dilukiskan. Apa menariknya? Itu yang menjadi pertanyaan. Mari kita telusuri.

Sabtu, 05 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (33): Dokter RJ Loen di Depok, Alumni Docter Djawa School; Dokter-Dokter van Padang Sidempuan

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Pada era Pemerintahan Hindia Belanda hanya sedikit siswa sekolah pribumi yang menjad dokter. Selain masuknya sulit (bersaing ketat) juga untuk lulus tidak mudah (banyak yang DO). Jumlah siswa tiap tahunnya yang diterima sangat terbatas (8-12 siswa). Namun demikian, seorang siswa dari Depok mampu berada diantaranya. Siswa tersebut berasal dari keluarga Loen di Onderdistrict Depok, Afdeeling Buitenzorg, Residentie Buitenzorg, Province West Java..

Gedung Dokter-Djawa Svhool di Weltevreden, Batavia, 1902
Dokter Djawa School didirikan tahun 1851 (Universitas Indonesia merujuk pada tahun ini sebagai tahun kelahirannya). Sekolah Tinggi kedokteran ini berlokasi di rumah sakit militer di Weltevreden (kini RSPAD). Pada tahun 1902 Dokter Djawa School berganti nama menjadi STOVIA. Hal ini sehubungan dengan program kedokteran pada tahun 1902 mengikuti program sembilan tahun (sebelumnya tujuh tahun).

Dokter RJ Loen

Pada tahun 1902 sejumlah siswa di Dokter Djawa School, kelas persiapan naik ke kelas 3 diantaranya Andreas Loen van Depok, Si Mohamad van Padang Sidempoean dan Si Isa van Padang Sidempoean (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 29-11-1902). Empat diantara mereka mengulang dan dua orang dikembalikan ke kampung halaman masing-masing (belum ada istilah DO=drop out). Last but not least: satu siswa yang lulus dari sekelas Loen adalah Radjamin dari Padang.

Sejarah Kota Depok (32): Daftar Kecelakaan Kereta Api Jakarta-Bogor; Tabrakan Maut di Depok 1968 dan 1993

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Kereta api jalur Batavia-Buitenzorg via Depok mulai dioperasikan pada tahun 1873. Halte kereta api di jalur tersebut berada di Pasar Minggoe, Lenteng Agoeng, Pondok Tjina, Depok (lama), Tjitajam, Bodjong Gede dan Tjiliboet. Dalam perjalanan waktu, di jalur kereta api terpadat di luar Batavia itu muncul peristiwa kecelakaan yang tidak diinginkan akibat tabrakan: dua kereta api berlawanan arah beradu kepala.

Kereta api di stasion Buitenzorg, 1927
Tabrakan maut terjadi pada tahun 1968 dan tahun 1993. Dua peristiwa kecelakaan tabrakan kereta api ini mengakibatkak banyak korban meninggal.

Tabrakan Pertama, 1904

Pada tahun 1904 terjadi kecelakan di jalur kereta api Batavia-Buitenzorg di stasion Bodjong Gede. Persoalannya sepele tetapi dampaknya serius, yakni soal pengaturan berhenti. Akibat kelalaian masinis terjadi kecelakaan tabrakan kereta di stasion (Bataviaasch nieuwsblad, 15-01-1904). Dalam berita ini tidak disebutkan apakah ada korban.