*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Kontribusi Indonesia dalam musik dunia (world music) adalah musik keroncong, musik rock’n roll dan musik dangdut. Musik keroncong adalah gabungan dari musik Eropa (Portugis) dengan musik tradisi (gamelan dan gondang); musik rock’n roll adalah gabungan musik keroncong dengan musik rock (Amerika); dan musik dangdut adalah gabungan musik tradisi India, musik tradisi Arab (gambus) dan musik tradisi Indonesia (khususnya gamelan Soenda: degung).
Kontribusi Indonesia dalam musik dunia (world music) adalah musik keroncong, musik rock’n roll dan musik dangdut. Musik keroncong adalah gabungan dari musik Eropa (Portugis) dengan musik tradisi (gamelan dan gondang); musik rock’n roll adalah gabungan musik keroncong dengan musik rock (Amerika); dan musik dangdut adalah gabungan musik tradisi India, musik tradisi Arab (gambus) dan musik tradisi Indonesia (khususnya gamelan Soenda: degung).
Gitaris Indonesia masa kini |
Bagaimana lahirnya musik-musik ala Indonesia
ini menarik untuk dipelajari kembali. Jauh sebelum sekarang satu abad yang lalu
ahli musik Eropa (Paul Seelig dan Karl Halusa) telah mengagumi musik tradisi
Indonesia. Mereka sangat apresiasi kepada musisi-musisi pribumi bagaimana
memainkan alat-alat musik. Boleh jadi itulah mengapa musisi-musisi asal Indonesia
telah mendominasi di Belanda pada tahun 50-60an. Di era internet
(You Tube) sekarang penduduk dunia mulai menoleh pada musik Indonesia dan tanpa
segan-segan untuk mempelajari dan belajar dari musisi-musisi Indonesia. Bagaimana
itu semua bertransformasi? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah
‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku
hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Dari Musik Keroncong Hingga Musik Rock’n Roll
Musik dan lagu keroncong pada masa ini tentu
saja tidak persis sama dengan musik dan lagu keroncong pada masa lampau. Untuk
membandingkan masa kini dengan masa lampau tidak perlu jauh ke era VOC, dengan
mendengarkan lagu/musik keroncong antara masa ini dengan tahun 1950an dan
antara tahun 1950an dengan 1920an dengan mudah diidentifikasi perbedaannya:
tidak hanya lagu dan alat musik yang digunakan juga antar tiga titik waktu
berbeda dalam nada dan temponya. Namun demikian persamaannya masih jelas terasa.
Persamaan itulah esensi musik keroncong itu (suatu musik dan lagu yang berbeda
dengan musik tradisi (misalnya gamelan dan gondang atau musik Eropa (misalnya
musik klasik).
Pada musik tradisi dalam periode yang sama ternyata tidak
banyak mengalami perubahan. Jika kita mendengar musik gamelan dari Jawa dan musik
gondang khususnya dari Tapanuli bagian selatan, alat-alat musik yang digunakan kurang
lebih sama antara kini dengan tempo doeloe. Musik tradisi inilah yang
mempengaruhi musik pop daerah masa ini.
Pada tahun 1920an musik keroncong sebagai
musik yang dikategorikan musik timur sudah direkam. Misalnya lagu Indonesia
Raja ciptaan WR Soepratman sudah direkam oleh Electric Recording Yokintjam,
Pasar Baroe. Seperti yang terbaca pada label gramplaat (piringan hitam) disebut
lagu keroncong memang lagu karya WR Soepratman tersebut bernuansa (genre)
keroncong ketika didengar. Lagu-lagu keroncong pada tahun 1920an terkesan
memiliki kesamaan dengan musik fado asal Portugis. Namun lagu keroncong pada
masa kini sangat berbeda dengan musik fado (seakan genre musik yang berbeda).
Apakah musik fado telah berubah? Yang jelas bahwa musik keroncong tahun 1920an
masih sangat terasa mirip dengan musik keroncong pada masa ini.
Secara teoritis dalam kasus ini dapat dikatakan bahwa
musik keroncong pada tahun 1920an merupakan adopsi musik fado (Portugis); dan
musik keroncong masa kini (Indonesia) adalah kelanjutan musik keroncong pada
tahun 1920an. Musik fado sendiri meski sulit ditracing, namun musik fado umum
ditemukan pada tahun 1820an di Lisbon (ibu kota Portugal). Memperhatikan
istrumen (nada) utama musik fado yang bertumpu pada sound gitar Portugis,
diduga musik fado terbentuk dari musik Arabian melalui orang-orang Moor (kini
Marokko). Musik fado berbeda dengan musik klasik (yang secara historis
terbentuk di Eropa). Secara teoritis musik fado dapat dikatakan musik yang
berbeda dengan musik Eropa. Musik fado dalam hal ini dapat dikatakan sebagai
musik rakyat sebagaimana musik rakyat ditemukan di Scotlandia. Menurut TJ Wiler
(1846) orkest musik Batak dan tarian (tortor) di Mandailing en Angkola mirip
dengan musik dan tarian lama (kuno) di Scotlandia.
Musik keroncong sudah sejak lama berkembang
di Batavia. Jozep Benjamin de Buda seorang pemusik dan guru musik di Kemajoran,
Batavia mengklaim bahwa musik dilestarikannya (musik keroncong) merupakan musik
warisan dari nenek moyang mereka (lihat (lihat Bataviaasch handelsblad,
20-04-1890). Disebutkan Jozep mengaku leluhurnya keturunan Portugis yang
menjadi awal marga mereka de Buda di Batavia yang telah mewarisi rumah dan
lahan dari tuannya.
Leluhur Jozep Benjamin de Buda adalah seorang pekerja
yang bekerja untuk tuannya. Mantan tuannya (Majoor Saint Martin) itu memberikan
sebuah rumah yang sebelumnya indah dan dengan sejumlah uang semuanya sebagai
rasa terima kasih atas pelayanannya yang setia dan kepatuhan kepada tuannya.
Majoor Saint Martin adalah seorang Prancis yang bekerja untuk VOC (meninggal
1686). Jozep Benjamin de Buda diduga datang di Batavia sebagai tawanan perang
ketika VOC pada tahun 1641 berhasil mengalahkan Portugis di Malaka. Tentu saja
tidak hanya Jozep Benjamin de Buda yang ditawan di Batavia. Masih ada keturunan
Portugis lainnya. Mereka yang dibawa dari Malaka ini telah menikah dengan
penduduk setempat (di Batavia) dan telah memiliki keturunan yang banyak seperti
Jozep Benjamin de Buda. Dari sinilah (Kemajooran) pertalian musik keroncong
yang dikembangkan di Kemajooran berasal dari Portugis (musik fado). Sebagaimana
musik fado di Portugal sebagai musik rakyat maka di Batavia musuk keroncong
terbentuk sebagai musik rakyat (Volkmuziek).
Bagaimana musik keroncong menyebar ke Jawa
mudah ditelusuri. Satu bukti yang masih dapat ditelusuri adalah upaya Muziek
Vereeniging Jong Java memesan musik keroncong dengan judul Kerontjong Kemajoran
sekitar tahun 1927-1929. Musik ini diproduksi oleh Delima Orchest di Batavia
dengan penyanyi Miss Netty. Pada periode waktu yang sama juga diproduksi lagu
karya WR Soepratman berjudul Indonesia raya dengan genre musik keroncong yang
diaransemen oleh Populair Orchest di bawah label Electrict Recording Yokintjan
di Pasar Baroe, Batavia.
Musik tradisi (gamelan dan gondang) sudah sejak lama
diidentifikasi oleh orang-orang Belanda. Banyak perbedaan antara musik gamelan
(Jawa, Bali dan Soenda) dengan musik gondang dalam hal alat-alat musik yang
digunakan. Persamaan utama sama-sama menggunaan alat musik gong. Perbedaan utama
adalah musik gondang menggunakan salah satu istrumen gitar yang tidak terdapat
dalam musik gamelan. Istrumen gitar pada gondang ini bersenar dua (lihat TJ
Willer, 1846) yang memberi melodi. Satu keunikan musik gondang menurut TJ
Willer di Mandailing dan Angkola terdiri dari tujuh atau sembilan drum
(gondang) yang berbeda-beda ukuran yang memberikan bunyi yang berbeda (semacam
rhythm drum).
Musik Tradisi: Kotak Pandora Sisa Musik Dunia
Tunggu
deskripsi lengkanya
Tunggu
deskripsi lengkanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar