Kamis, 14 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (170): Arkeologi Indonesia dan Sejarahnya; Arkeolog Sejak Hindia Belanda hingga Republik Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya para sejarawan Indonesia, para arkeolog Indonesia juga perlu ditempatkan sebagai bagian dari penulisan sejarah Indonesia. Bidang sejarah dan bidang arkeologi sesungguhnya saling berarsiran. Dua bidang peminatan ini mulai berkembang di Indonesia pada era Hindia Belanda. Hal itu sehubungan dengan kebutuhan pemerintah (Hindia Belanda) tentang sejarah dan perihal kepurbakalaan di seluruh wilayah Hindia Belanda (baca: Indonesia). Dalam hal ini secara khusus bagaimana sejarah munculnya arkeolog pribumi.

Pada masa kini sudah cukup banyak arkeolog Indonesia. Mereka ini dapat dikatakan suksesi para arkeolog Belanda (pada era Hindia Belanda). Diantara para arkeolog Indonesia terdapat empat arkeolog yang memiliki reputasi internasional sebagaimana pernah diidentifikasi Thomson Reuters yang masuk dalam daftar The World's Most Influential Scientific Minds 2014. Para arkeolog tersebut adalah Rokus Awe Due, Jatmiko, E Wahyu Saptomo dan Thomas Sutikna. Semuanya berasal dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di Jakarta. Saptomo dihubungkan dengan penemuan Homo floresiensis (manusia kerdil dari Flores yang ditemukan di Liang Bua). Kekayaan situs arkeologi di Indonesia secara langsung atau tidak langsung telah melahirkan banyak arkeolog bereputasi internasional sejak era Hindia Belanda.

Lantas bagaimana sejarah para arkeolog di Indonesia? Seperti disebut di atas, kegiatan penyelidikan arkeologi di Indonesia sudah ada sejak era Hindia Belanda. Oleh karena itu arkeolog Indonesia yang dimaksud adalah para arkeolog yang bekerja dalam bidang arkeologi chapter Indonesia (Hindia Belanda). Tentu saja para arkeolog asli Indonesia tidak kalah dibanding dengan arkeolog asing. Bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Arkeolog di Indonesia dan Sejarahnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

Arkeologi Era Hindia Belanda hingga Republik Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar