Sabtu, 08 Mei 2021

Sejarah Padang Sidempuan (13): Gubenur Sumatra Utara Berasal Padang Sidempuan; Abdul Hakim hingga Marah Halim Harahap

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini 

Padang Sidempuan, tidak hanya banyak tokoh di bidang pendidikan dan bidang pers, juga terdapat banyak tokoh politik dan pemerintahan di tingkat regional maupun nasional. Dari daftar gubernur Sumatera Utara sebagian besar dari Tapanuli, dan bilangan terbesar dari Tapanuli Bagian Selatan yang mana dua diantaranya berasal dari Padang Sidempuan: Abdul Hakim dan Marah Halim. Dua guberbur ini dalam sejarahnya memiliki reputasi yang unik.

Pada awal Republik Indonesia, seseorang untuk menjadi gubernur berdasarkan ketokohannya (bukan hasil proses politik melalui pemilihan umum). Oleh karena itu seorang tokoh pada masa lampau untuk menjadi gubernur didasarkan pada pertimbangan pusat (Presiden dan Parlemen) atas dasar kapabilitas dan rekam sejarah yang baik. Daftar Gubernur pada periode awal mencerminkan tokoh-tokoh yang ikut aktif dalam berjuang apakah pada era Hindia Belanda maupun pada era perang kemerdekaan Indonesia (orde lama Presiden Soekarno). Pada periode berikutnya ada kecenderungan yang dipilih berdasarkan pengalaman di bidang militer (oder baru Presiden Soeharto). Pada periode terakhir sangat beragam. Di provinsi Sumatra Utara, Abdul Hakim adalah representasi orde lama dan Marah Halim adalah representasi orde baru.

Lantas bagaimana sejarah Gubenur Sumatra Utara asal Padang Sidempuan Abdul Hakim dan Marah Halim? Seperti disebut di atas, keduanya berasal dari Padang Sidempuan. Yang jelas pada saat Abdul Hakim sebagai gubernur (1951-1953) Marah Halim masih berpangkat Kapten di Kodam I Bukit Barisan di Medan. Lalu bagaimana dengan gubernur yang lainnya yang berasal dari Tapanuli, khususnya Tapanuli Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Abdul Hakim Harahap

Tunggu deskripsi lengkapnya

Marah Halim Harahap

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar