Minggu, 04 September 2022

Sejarah Jambi (17): Orang Jambi dan Orang Minangkabau di Sumatra; Simpul Peradaban Melayu di Daerah Aliran Sungai Batanghari


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini  

Pada era Hindia Belanda nama Melayu secara generik diterapkan sebagai Melayu Minangkabau dan Melayu Jambi. Namun dalam perkembangannya orang Minangkabau menolak label Melayu dalam Minangkabau dan lebih memilih nama Minangkabau (saja). Apakah pada masa ini Orang Melayu Jambi lebih memilih dengan nama Orang Jambi (saja). Okelah itu satu hal. Hal yang dibicarakan dalam hal ini adalah simpul peradaban Melayu di daerah aliran sungai Batanghari: Orang Minangkabau di wilayah hulu dan Orang Jambi di wilayah hilir.


Suku Jambi atau Melayu Jambi merupakan suku bangsa pribumi yang berasal dari provinsi Jambi. Mereka mendiami wilayah kota Jambi, kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung, Batanghari dan Bungo-Tebo. Dusun-dusun mereka saling berjauhan dengan rumah-rumah yang dibangun di pinggiran sungai besar atau sungai kecil.  Jambi merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering disebut dalam prasasti-prasasti dan juga berita-berita Tiongkok. Ini merupakan bukti bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi khususnya Suku Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei. Diperkirakan, telah berdiri tiga kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu Koying (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan Kantoli (abad ke-5). Seiring perkembangan jaman, kerajaan-kerajan ini perlahan terlupakan dan sisa-sisa reruntuhan atau peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut masih dalam proses penyelidikan dan penelitian lebih lanjut. Dalam sejarah kerajaan di Nusantara, Jambi dulu merupakan wilayah Minanga Kamwa (nama Minangkabau Kuno 1 M) adalah tanah asal pendiri kerajaan Melayu dan Sriwijaya dari wilayah Minanga Kamwa inilah banyak lahir raja-raja di Nusantara, baik sekarang yang berada di Malaysia, Brunei dan Indonesia di negeri Jambi ini pernah dikuasai oleh beberapa kekuatan besar, mulai dari Sriwijaya, Malaka hingga Johor-Riau. Terkenal dan selalu menjadi rebutan merupakan tanda bahwa Jambi sangat penting pada masa lalu. Bahkan, berdasarkan temuan beberapa benda purbakala, Jambi pernah menjadi pusat kerajaan Sriwijaya. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Orang Jambi dan Orang Minangkabau Sumatra Barat? Seperti yang disebut di atas, pada masa ini dibedakan Orang Jambi dan Orang Minangkabau di daerah aliran sungai Batanghari. Orang Minangkabau di wilayah hulu dan Orang Jambi di wilayah hilir. Dimana simpul peradaban Melayu di daerah aliran sungai Batanghari? Lalu bagaimana sejarah Orang Jambi dan Orang Minangkabau Sumatra Barat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Orang Jambi dan Orang Minangkabau Sumatra Barat; Simpul Peradaban Melayu di Daerah Aliran Sungai Batanghari

Dasar dari sejarah suatu wilayah adalah geografi dan populasi. Dalam hal ini ada relasi alam dan manusia, cateris paribus. Di dalam suatu wilayah dimana sejarah diperhatikan,  harus memperhatikan domain sejarah itu yakni geografi dan populasi yang mengalami perubahan sendiri. Jadi dalam hal ini perubahan relatif posisi gerografis dan level populasu. Artinya dimana posisi geografi Jambi dan Minangkabau di masa lampau seiring dengan waktu hingga masa ini adalah satu hal, dan level kebudayaan Orang Jambi dan Orang Minangkabu di masa lampau seiring dengan waktu adalah hal lain lagi.


Asumsi ini umumnya berlaku untuk studi sejarah zaman kuno, era yang sudah jauh di masa lampau. Hipotesis inti dalam hal ini dalam pendekatan teori ini adalah ketika Orang Minangkabau sudah eksis di hulu daerah aliran sungai Batanghari, Orang Jambi belum terbentuk di hilir. Bagaimana itu dapat dibuktikan haruslah diperhatikan fakta dan data yang menunjukkan adanya perubahan relatif geografi dan populasi. Dengan kata lain, bahwa sungai Batanghari berhulu di pegunungungan Bukit Barisan, mengalami perubahan posisi muara sungai yang terus berubah dan panjang sungai yang terus memanjang ke arah pantai timur Sumatra.   

Pada masa ini, fakta bahwa Orang Minangkabau berada di daerah hulu aliran sungai Batanghari dan Orang Jambi berada di daerah hilirnya. Kebudayaan Orang Minangkabau terus berkembang di daerah hulu dimana kini secara administratif masuk wilayah provinsi Sumatra Barat dan kebudayaan Orang Jambi masuk wilayah provinsi Jambi. Wilayah diantara keduanya terdapat overlapping. Jika wilayah overlapping ini adalah simpul peradaban Orang Minangkabau dan Orang Jambi (Melayu Minangkabau vs Melayu Jambi), lalu bagaimana posisi relatif geogarfi dan populasi di masa lampau (zaman kuno)?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Simpul Peradaban Melayu di Daerah Aliran Sungai Batanghari: Melayu di Pesisir dan Melayu di Pedalaman

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar