Kamis, 09 Oktober 2025

Sejarah Belanda di Indonesia (4): Prof Dr PJ Zoetmoelder, Orang Belanda di Indonesia; Orang Indonesia Jadi Warga Negara Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Balanda di Indonesia di blog ini Klik Disini

Petrus Josephus Zoetmulder (1906-1995), atau yang akrab dipanggil Romo Zoetmulder, adalah seorang pakar sastra Jawa Kuno, budayawan, dan imam Katolik asal Belanda yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari dan melestarikan budaya Jawa. Karyanya yang paling terkenal adalah kajian sastra Jawa Kuno berjudul Kalangwan dan Kamus Jawa Kuna–Indonesia. Romo Zoetmulder meninggal pada 8 Juli 1995 di Yogyakarta dan dimakamkan di pemakaman gereja Muntilan, Magelang.


Prof.  Dr. Petrus Josephus Zoetmulder, S.J. (29 Januari 1906 – 8 Juli 1995) adalah seorang pakar Sastra Jawa dan budayawan Indonesia. Ia terkenal dengan disertasinya mengenai penelitian tentang sebuah aspek agama Kejawen yang dalam edisi Indonesianya berjudul Manunggaling Kawula Gusti. Selain itu nama Zoetmulder tidak dapat dilepaskan dari telaah sastra Jawa Kuno Kalangwan dan kamus Jawa Kunanya yang terbit dalam dua edisi, yaitu edisi Bahasa Inggris (1982) dan edisi Bahasa Indonesia (1995). Pendidikan: ELS, Nijmegen, Negeri Belanda (1918); Gymnasium Kanisius Kolese dan Gymnasium Rolduc, Negeri Belanda, (1925); Novisiat Serikat Yesus, Negeri Belanda (1925); Kolese Ignatius, Yogya (1928); Studi Jawa di Universitas Leiden, Negeri Belanda (1930); Universitas Leiden, Negeri Belanda (doktor, 1935); Studi teologi, Maastricht, Negeri Belanda (1939): Karier: Ditahbiskan menjadi Imam Katolik di Negeri Belanda (1938); Mengajar di Seminari Menengah, Yogya (1925); Administrator Apostolis, Jakarta (1925); Guru AMS, Yogya (1940); Diinternir Militer Jepang (1943-1945); Diinternir tentara Republik di Pundong (1946); Dosen Fakultas Sastra UGM (sejak 1951) kemudian guru besar. Presiden Joko Widodo atas nama negara memberikan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada dedikasi Zoetmulder, 2015 (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Prof PJ Zoetmoelder, orang Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, Presiden Joko Widodo atas nama negara memberikan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada dedikasi Zoetmulder, 2015. Siapa saja orang Indonesia menjadi warga negara Belanda? Lalu bagaimana sejarah Prof PJ Zoetmoelder, orang Belanda di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah ahli sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.

Prof PJ Zoetmoelder, Orang Belanda di Indonesia; Orang Indonesia Jadi Warga Negara Belanda

Pada tahun 1925 sejumlah novisiat (calon anggota ordo religius yang sedang menjalani masa percobaan, sebelum mengucapkan kaul atau sumpah setia dan mengabdi secara penuh) dari Belanda dikirim ke Hindia. Diantara nama-nama novisiat adalah Zoetmoelder.


De Indische courant, 24-08-1925: ‘Para Pastor Jesuit ke Hindia Belanda. Den Haag, 22 Agustus (Aneta Radio). Sembilan Pastor Jesuit akan segera berangkat ke Hindia Belanda. Profesor Mullen dan Pastor Cocx dari Roma akan melanjutkan pendidikan ke sekolah tinggi filsafat di Jogjakarta. Para skolastik, Pastor Van Offeren dan Ruygrok, akan mendidik kaum muda Jawa. Pastor Snijders dan Teppema, serta para novis (novicen) Dirks, Schoonhof, dan Zoetmoelder akan melanjutkan pendidikan ke novisiat (noviciaat) di Jogjakarta.

Zoetmoelder berangkat ke Hindia dengan menumpang kapal ss Slamet yang berangkat dari Rotterdam tanggal 19 September 1925 dengan tujuan akhir Ned. Indie (lihat De Telegraaf, 20-09-1925). Dalam manifes kapal terdapat nama P Zoetmoelder, G Schoonhof, F Dirks, C Ruygrok dan H v. d. Offeren. Kapal ss Slamet akan tiba di Belawan pada tanggal 18 Oktober (lihat Deli courant, 15-10-1925) dan pada tanggal 23 Oktober di Tandjoeng Priok (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-10-1925).


Berita ini sudah diketahui di Hindia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 02-10-1925). Disebutkan mereka yang berangkat ke Hindia dua di antaranya ditujukan untuk sekolah tinggi filsafat yang baru didirikan di Jogjakarta: Pastor H Muilen, yang selama bertahun-tahun menjadi profesor di sekolah tinggi filsafat para pastor Jesuit di Oudenbosch, dan Pastor Th. Cocx, yang baru saja kembali dari Roma, tempat beliau mempersiapkan diri untuk jabatan profesor filsafat melalui studi khusus. Dua imam ditujukan untuk karya misionaris yang sesungguhnya, Pastor H van Offeren dan C. Ruijgrok; dua skolastik, Praters H Snijders dan C Teppema, ditujukan untuk mendidik kaum muda Jawa; dan tiga novis untuk novisiat Jawa di Jogjakarta: Frater F. Dirks, G. Schoonhoff, dan P. Zoetmulder. Foto: P Zoetmulder (1925)

Setelah di Hindia, P Zoetmulder kurang/tidak terinformasikan. Namun yang jelas sekolah Ignatius College (Noviciaat en Philosophie) di Djogjakarta P Strater sebagai wakil Rektor yang didukung dua professor yakni Th Cocx dan H Muller.


Pius-almanak; jaarboek van katholiek Nederland, jrg 52, 1926: ‘Djokjakarta. Meliputi wilayah residensi Djokjakarta dan bekas residensi Bagelen (kecuali bekas cabang pembantu Ledok, distrik Kedoe, serta cabang Tjilatap (distrik Banjoemas). Ij Sehlatmaiin, Pastor. H van Driessche, Misionaris Apostolik. J Engbers, Pastor Pembantu. J van Baal, Pastor Pembantu. H Bijsterveld, Pastor Pembantu. Sekolah saudari di bawah arahan Suster-suster Fransiskan (Heijthuisen) untuk asrama dan mahasiswa. Sekolah Katolik Putra yang dikelola oleh Pastor. Sekolah Pribumi Belanda untuk orang Jawa, di bawah arahan para Bruder Terhormat Bunda Maria dari Dikandung Tanpa Noda/ Broeders van O. L. Vr. Onb. Ontv (Maastricht). Serikat Sosial Katolik, cabang (Kath. Soc. Bond, afd. Djokja) Yogyakarta: JCA de Kok, Ketua A Malthee, Sekretaris A Fischer, Geest. Adv. Kolese Ignatius (Noviciate dan Filsafat) (Geest. Adv. Ignatius College (Noviciaat en Philosophie). P Strater, Wakil Rektor. Th Coox, Profesor. H Muller, Profesor.

Seperti disebut di atas, tiga novis (novicen) Dirks, Schoonhof dan Zoetmoelder saat masih di Belanda akan melanjutkan pendidikan ke novisiat (noviciaat) di Jogjakarta. Mereka akan melanjutkan pendidikannya di sekolah yang baru didirikan Jogjakarta (Ignatius College) dimana dua guru besar yang mengajar adalah Profesor Th Cocx dan Profesor H Muller.


Marga Zoetmoelder di Hindia sudah banyak. Ada yang berprofesi sebagai notaris dan juga guru. Marga Zoetmoelder paling tidak telah terinformasikan di Belanda tahun 1798. Pada tahun 1825 T Zoetmulder dan AC Angering di Schiedam tanggal 7 Juni 1825 (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 09-06-1825). Nama-nama Zoetmulder kerap muncul di Schiedam. Bahkan ada juga sebagai pastor (Th J Zoetmulder). Misionaris Zoetmulder juga ada di Afrika dan Brazilia. Ini mengindikasikan marga Zoetmulder berasal dari Schiedam. Marga Zoetmulder (HC) juga di Hindia sudah ada yang terafiliasi dengan parati Katolik Indonesia=IKP (lihat De Indische courant, 26-05-1931).

Setelah cukup lama, nama P Zoetmulder terinformasikan di Belanda (lihat Provinciale Noordbrabantsche en 's Hertogenbossche courant, 01-06-1932). Disebutkan yubileum perak pada tanggal 29 Juni di Boxtel dimana hadir Pastor PJ Zoetmulder dan Dr BMJ Zuurei, yang pertama lahir di Schiedam, yang kedua di Oosterhout. Lantas kapan PJ Zoetmulder kembali ke Belanda? Yang jelas PJ Zoetmulder juga terinformasikan kuliah di Leiden.


Pada akhir tahun 1932 terinformasikan PJ Zoetmulder lulus ujian kandidat di Leiden (lihat Haagsche courant, 17-12-1932). Disebutkan di Leiden (Rijksuniversiteit) yang lulus ujian kandidat dalam bidang Indonesische taal en letteren, PJ Zoetmulder. Ini mengindikasikan bahwa PJ Zoetmulder telah kembali ke Belanda paling tidak tahun 1931 (setahun sebelum mengikuti ujian kandidat di perguruan tinggi). Dalam berita ini juga disebutkan di Nederlandsche Handelshoogeschool di Rotterdam lulus ujian kandidat Tan Swan Bing. Di kampus Nederlandsche Handelshoogeschool di Rotterdam pada tahun 1930 Mohamad Hatta lulus ujian akhir dengan mendapat gelar sarjana ekonomi (Drs).

Mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Belanda banyak yang memilih studi bahasa dan sastra. Yang pertama adalah Hoesein Djajadiningrat yang lulus ujian akhir pada tahun 1910 dan kemudian meraih gelar doctor (PhD) tahu 1913. Namum mahasiswa Indonesia hampir tidak pernah terinformasikan memilih sastra dan bahasa Indonesia (juga bahasa Melayu). Lantas mengapa PJ Zoetmulder memilih studi sastra dan bahasa Indonesia?


Studi sastra dan bahasa Melayu pada tahun 1896 AA Fokker berhasil meraih gelar doctor (PhD) dengan topik Fonetik bahasa Melayu. Nama lain yang meraih gelar doctor (PhD) adalah CHooykaas dengan judul desertasi Maleische Literatuur.

Pada tahun 1933 PJ Zoetmulder berhasil lulus ujian sarjana di Leiden (lihat Haagsche courant, 07-12-1933). Disebutkan di Universitas Leiden ujian doktoral dalam sastra Indonesia, PJ Zoetmulder, dengan predikat cum laude. Ini mengindikasikan bahwa PJ Zoetmulder tidak hanya menguasai sastra dan bahasa Indonesia juga meraih gelar sarjana dengan pujian (cum laude). Lalu apakah PJ Zoetmulder akan segera kembali ke Hindia?


Pada tahun 1933 sejumlah mahasiswa Indonesia berhasil lulus sarjana. Satu diantaranya yang lulus ujian tahun 1933 ini adalah Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia yang berhasil meraih gelar doktor (PhD) dalam bidang sastra dan filsafat (letteren en wijsbegeerte) di Leiden (Rijksuniversiteit) dengan judul desertasi ‘Het primitive denken in de modern wetenschap’ (lihat Nieuwsblad van het Noorden, 09-12-1933). Disebutkan Soetan Goenoeng Moelia lahir di Padang Sidempoean. Pada tahun sebelumnya (1932) satu-satunya mahasiswa Indonesia di Belanda, Ida Loemongga Nasoetion berhasil meraih gelar doktor (PhD) dalam bidang kedokteran di Amsterdam. Ida Loemongga Nasoetion adalah putri dari Dr Haroen Al Rasjid kelahiran Padang Sidempoean.

Tampaknya PJ Zoetmulder tidak langsung kembali ke Hindia, tetapi melanjutkan studinya ke tingkat doktor (PhD). Pada tahun 1935 PJ Zoetmulder berhasil meraih gelar doktor (PhD) dalam letteren en wijsbegeerte (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-10-1935). Disebutkan di Leiden lulus ujian doktor (PhD) dalam bidang letteren en wijsbegeerte dengan judul desertasi "Pantheïsme en monisme in de Javaansche Soeloek-litteratuur", PJ Zoetmulder.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Indonesia Jadi Warga Negara Belanda; Kini Era Jay Idzes, Calvin Verdonk, Kevin Dicks dan Lainnya

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar