Selasa, 23 Maret 2021

Sejarah Papua (39): Musik Tradisi, Black Brothers, Tielman Brothers dan Panber’s; RMS, PRRI dan Permesta, Timor Leste

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Penduduk Papua, seperti halnya penduduk pulau-pulau lainnya di Indonesia secara umum memiliki jiwa seni (musik). Itu diulai dari musik tradisi, sebagai salah satu muara penjiawaan lingkungan sekitar dan sekaligus menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan hati (senang dan duka) lewat lagu. Musik dan lagu tradisi itu bertransformasi menjadi musik modern (band) yang di wilayah Papua pada awalnya direpresentasikan oleh grup band Black Brothers. Saya menikmati musik grup band ini saat duduk di penghujung sekolah dasar dan awal sekolah menengah. Dalam hal ini, groep band Black Brothers adalah bagian dari sejarah Papua.

Groep band Black Brothers bermula dari grup musik Lost Iriantos tahun 1974 yang terdiri empat personil Hengky Mirantoneng Sumanti (vocal en guitar), Benny Bettay (bass), Stevie Mambor (drum) dan Jochie Pattipeiluhu (keyboard) plus Andi Ayamiseba sebagai manajer. Lalu tidak sengaja kehadiran band Panjaitan Bersaudara (Panber’s) di Papua, grup band Lost Iriantos menjadi band pembuka. Benny Panjaitan dari Panber’s menyarankan grup Lost Iriantos hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan kariri. Personil Lost Iriantos tampaknya mengamini pesan Benny. Dalam perkembangannya empat personil band ini merantau ke Jakarta yang mana Andi Ayamiseba sudah lebih awal merantau di Jakarta. Di Jakarta Andi Ayamiseba dkk melengkapi personel dengan mengajak David Rumagesan yang merantau di Jogjakarta sebagai pemain saksofon dan mengundang Amry Kahar dari Sorong sebagai pemain trompet. Dengan formasi baru ini di Jakarta, nama awal Lost Iriantos berganti nama menjadi Black Brothers. Album pertama diluncurkan dengan label Irama Tara yang didalamnya termasuk lagu Kisah Seorang Pramuria (yang mirip lagu The Mercy;s) dan lagu yang bersifat musik tradisi Papua berirama rock berjudul Huembello.

Lantas bagaimana sejarah musik tradisi Papua dan groep band Black Brothers? Seperti disebutkan di atas musik tradisi Papua telah ditransformasikan ke musik modern yang diawali oleh groep band Black Brothers. Lalu bagaimana sejarah lebih lanjut groep band Black Brother van Papua? Kita tidak pernah memahaminya. Namun demikian kita dapat belajar dari berbagai dinamika yang pernah terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan dengan kejadian-kejadian hijrahnya groep musik Tielman Brothers ke Belanda dan munculnya pergolakan di daerah seperti PRRI dan Permesta, Republik Maluku Selatan dan integrasi Timor Leste. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 22 Maret 2021

Sejarah Papua (38): Pahlawan Papua Pulau Salawati, Pahlawan Papua Tidak Satu Saja; Musuh Bersama Penduduk Adalah Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Pahlawan Papua di Salawati, bukanlah Pahlawan Nasional. Para pahlawan Salawati ini telah berjuang melawan Belanda pada era VOC. Sejarah para pahlawan Salawati ini kurang terinformasikan. Yang terinformasikan adalah pahlawan dari pulau Ternate, pulau Jawa, pulau Sulawesi dan pulau lainnya. Yang jelas bahwa sepak terjang pahlawan (pulau) Salawati, langsung tidak langsung telah mengispirasi para pahlawan Papua berikutnya pada era yang berbeda. Pada masa ini pahlawan (asal) Papua di tingkat nasional (Pahlawan Nasional) tidak hanya satu orang.

Dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia, terdapat beberapa orang yang berasal dari Papua. Frans Kaisiepo, seorang pemuda dari Papua yang menginisiasi untuk mengikutkan Papua bergabung dengan NKRI. Frans Kaisiepo adalah orang pertama mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua, lalu dirinya dipenjara oleh Belanda. Frans Kaisiepo dalam Konferensi Malino di Sulawesi Selatan mengusulkan Papua dan nama Irian sebagai pengganti nama Papua. Silas Papare, aktif mempersatukan Papua dan membebaskan Papua dari cengkraman Belanda. Seperti Frans Kaisiepo, Silas Papare dipenjarakan Belanda dengan tuduhan memobilisasi orang di Papua dengan mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian, namun berhasil melarikan diri ke Yogyakarta dan mendirikan Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Silas Papare berpartisipasi  sebagai perwakilan Indonesia dalam Perjanjian New York 15 Agustus 1962. Machmud Singgirei Rumagesan, kepala distrik Kokas menentang  perlakuan Belanda yang semena-mena terhadap penduduk di pertambangan yang menyebabkan dirinya dijatuhi hukuman penjara 15 tahun. Tahun 1953, Rumagesan mendirikan organisasi pembebasan Irian Barat, Gerakan Tjendrawasih Revolusioner Irian Barat yang bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia dalam membebaskan Irian Barat dari Belanda. Marthen Indey berkiprah pada akhir Desember 1945 dengan pasukannya memberontak terhadap Belanda di Irian Barat, dengan bergerilya dan membantu penyelamatan anggota RPKAD selama TRIKORA di Irian Barat. Marthen Indey berpartisipasi sebagai anggota delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York. Marthen Indey bersama Frans Kaisiepo pernah menjadi anggota MPRS mewakili Irian Jaya.

Lantas bagaimana sejarah pahlawan Salawati? Seperti disebut di atas, sejarah pahlawan Salawati tidak terinformasikan, tetapi dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam penelusuran sejarah para pahlawan di Papua. Pahlawan Salawati dapat dikatakan pahlawan Papua di masa awal. Pahlawan dalam hal ini adalah penduduk Papua yang berjuang untuk penduduk Papua untuk mengusir pihak asing (Belanda). Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Papua (37): Sejarah Papua Nugini, di Pulau Papoea dan Nova Guinea; Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Jerman, Australia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Tidak akan sempurna narasi Sejarah Papua (Indonesia), jika tidak dipahami Sejarah (negara) Papua Nugini. Begitulah pakem sejarah yang seharusnya. Namun pendekatan ini kurang umum dilakukan dalam analisis sejarah. Oleh karena itu, tanpa pernah memahami sejarah tetanggga, maka narasi sejarah narsis yang muncul. Itu terjadi dalam dunia sejarah dan juga dalam sejarah daerah-daerah di Indonesia. Semua penulis sejarah yang terjebak eksklusif (kedaerahan) serupa itu akan menyimpulkan sejarahnyalah yang terbaik, tersempurna dan terhebat. Kita harus hindari itu, kita juga harus memahami sejarah tetangga, tidak untuk diperbandingkan tetapi mempelajari sejarah tetanngga untuk memperkuat pemahaman sejarah sendiri.

Papua Nugini (Papua New Guinea) adalah sebuah negara yang terletak di bagian timur Pulau Papua dan berbatasan darat langsung dengan Provinsi Papua. Seperti halnya Papua Indonesia, negara Papua Nugini juga memiliki keragaman etnik dan bahasa. Penduduk Papua Nugini masa kini sekitar 6 Juta jiwa. Awalnya wilayah Papua Nugini ini diadministrasikan oleh Jerman tahun 1884, namun dalam perkembangannya, saat terjadi perang dunia pertama, Australia menganeksasi Papua Nugini dengan menyingkirkan Jerman (sebagai representasi perang antara Inggris dan Jerman di Eropa). Pada tahun 1975 Papua Nugini mendapatkan kemerdekaannya. Ibu kota Papua Nugini berada di Port Moresby.

Lantas bagaimana sejarah Papua Nugini? Seperti disebut di atas, mempelajari sejarah tetangga sangat baik untuk memperkuat pemahaan sejarah sendiri. Dalam hubungan ini kita perlu mengetahui sejarah Papua Nugini yang berkaitan dengan Sejarah Papua (Indonesia). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 21 Maret 2021

Sejarah Papua (36): Papua 1963, Merebut Papua Merebut Indonesia; Papua Bagian Tidak Terpisahkan Kemerdekaan Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949) adalah perang seluruh rakyat Indonesia melawan Belanda (NICA) semata (tidak dengan Inggris). Semua wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke dimana Belanda bercokol harus direbut oleh seluruh bangsa Indonesia (tanpa terkecuali, termasuk di wilayah Papua bagian barat). Batas perang kemerdekaan itu adalah disepakatinya gencatan senjata yang dilanjutkan ke meja perundingan (KMB) antara wakil-wakli Indonesia dan wakil-wakil Belanda (di Den Haag, Belanda). Dalam perundungan itu, Indonesia menang, Belanda mengakui kedaulatan (wilayah) Indonesia. Saat Piala (plakat) diserahkan kepada Indonesia, sesungguhnya ada bagian dari Piala itu yang dicopot (yakni wilayah Papua bagian barat). Oleh karena itu, pereng kemerdekaan Indonesia Jilid II digulirkan kembali (untuk merebut wilayah Papua bagian barat). Genderang itu digaungkan Presiden Sukarno pada tahun 1950 (lihat……).

Seperti halnya Manado, Maluku dan Nusa Tenggara Timur, wilayah Papua adalah bagian integral dari seluruh Indonesia (sejak Hindia Belanda). Berbeda dengan Timor Timur (negara Timor Leste) yang secara historis berada di luar VOC maupun Hindia Belanda kerena defacto dan dejure berada di bawah yurisdiksi Portugis. Idem dito, wilayah Papua Timur (negara Papua Nugini) secara defacto dan dejure di luar VOC maupun Hindia Belanda (Inggris, Jerman dan Australia). Demikian juga dengan Borneo Utara (Portugis dan Inggris). Oleh karena itu, ketika Timor Timur ingin bergabung dengan Indonesia, maka posisi wilayah Timor Timur sifatnya diintegrasikan ke Indonesia. Ibarat tubuh manusia hidup, pulau-pulau seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan (minus Borneo Utara), Sulawesi, Maluku, Papua (minus Papua Nugini) dan Nusa Tenggara (minus Timor Timur) adalah fungsi tubuh itu sendiri yang dibawa dari lahir. Sedangkan Timor Timur (saat diintegrasikan 1974-1999) ibarat fungsi badan lain yang dicangkokkan ke dalam tubuh Indonesia sendiri. Dengan demikian, wilayah Papua (minus Papua Nuguni) bagian tidak terpisahkan dalam merebut Kemerdekaan Indonesia (seutuhnya).

Lantas bagaimana sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid II di Papua? Seperti disebut di atas, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tetapi sengaja tidak menyerahkan alias menyandera wilayah Papua. Jelas perang ini adalah Perang Seluruh Ralyat Indonesia terhadap Belanda tanpa terkecuali, termasuk panduduk yang berada di Papua bagian barat. Hasilnya, wilayah Papua bagian barat berhasil direbut tahun 1963. Lalu mengapa, Belanda menyandera wilayah Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.