*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Tebako dituturkan oleh masyarakat kampung Bareri, distrik Rufaer, kabupaten
Mamberamo Raya, provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di kampung Tayai,
Fauwi, Kordesi, Dofo, dan Foitau. Di sebelah barat kampung Bareri, yaitu kampung
Taroure dan sebelah utara, yaitu kampung Pona dituturkan bahasa Biri. Di
sebelah selatan kampung Bareri, yaitu lampung Obokui, dituturkan bahasa
Obokuitai.
Rufaer adalah sebuah distrik di kabupaten Mamberamo Raya, Papua. Distrik Rufaer di daerah aliran sungai Memberamo terdiri kampong-kampong Bareri, Fona, Kai, Sikari, Taria, Tayai. Sungai Mamberamo adalah sebuah sungai sepanjang 1.102 km berhulu di Pegunungan Jayawijaya dan bermuara ke Samudera Pasifik. Nama "Mamberamo" berasal dari bahasa Dani — mambe berarti 'besar' dan ramo berarti 'air'. Beberapa suku terasing bermukim di lembah sungai. Lanskap di sekitar sungai ini bervariasi. Di daerah hulu berupa Pegunungan Jayawijaya yang curam, dan di bagian tengah berupa cekungan dataran tinggi yang luas. Sedangkan di daerah hilir terdapat dataran yang berawa-rawa. Pada 1545, seorang pelayar bernama Yñigo Ortiz de Retez menelusuri daerah di sepanjang pesisir utara pulau hingga mulut sungai Mamberamo. Di lokasi ini, ia mengklaim pulau tersebut sebagai milik Kerajaan Spanyol dan menamakannya Nueva Guinea ('Nugini' dalam bahasa Spanyol) yang dikenal hingga kini. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Tebako di daerah aliran sungai Membramo? Seperti disebut di atas bahasa Tebako di bagian tengah daerah aliran sungai Membramo. Sungai besar sejak era Portugis fulu sangat jauh di pedalaman. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tebako di daerah aliran sungai Membramo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982