Setelah pers Belanda di Hindia Belanda berkembang, kemudian menyusul
surat kabar berbahasa Melayu diterbitkan tahun 1858. Tentu saja surat kabar
berbahasa Melayu menggunakan bahasa Melayu. Namun bahasa Melayu yang digunakan
entah versi siapa. Memang bahasa Melayu sudah sejak dahulu menjadi lingua
franca dari Andaman hingga Maluku, namun belum pernah diperhatikan sebagai
tatabahasa. Dan belum ada yang menyusun tata bahasa Melayu. Ketika bahasa
Melayu dijadikan bahasa surat kabar maka apa yang dipikirkan oleh si penulis
dengan si pembaca bisa berbeda. Ini berbeda dengan bahasa Belanda yang sudah
memiliki tata bahasa baku.
Bahasa Melayu banyak
ragamnya tergantung siapa yang menggunakan. Ada versi Belanda, versi Tionghoa
dan ada versi pribumi. Disamping bahasa Melayu juga terdapat dialek Melayu yang
berbeda satu sama lain misalnya Minangkabau, Ambon dan Betawi. Hal-hal serupa
ini akan menyulitkan penerbitan surat kabar berbahasa Melayu.
Surat Kabar Berbahasa
Melayu
Surat kabar berbahasa Melayu pertama diterbitkan di Surakarta tahun 1856
(lihat Soerabaijasch handelsblad, 25-01-1889). Di Batavia menyusul surat kabar
Bintang Oetara (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 29-03-1856). Lalu kemudian dua tahun berikutnya (cf. 1858)
sebagaimana disebut koran Soerabaijasch handelsblad, 25-01-1889, di Surabaya
terbit surat kabar bernama Bintang Timor. Setelah sekian lama, kemudian di
Batavia terbit lagi surat kabar baru, Bintang Barat yang diterbitkan oleh De
Lange & Co (Bataviaasch handelsblad, 19-04-1869)