Sabtu, 09 Agustus 2025

Sejarah Mahasiswa (61): Mamoer Al Rasjid Alumni Stovia; Hariman Siregar dan Sjahrir dalam Peristiwa MALARI 1974 di Djakarta


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Stambuk yang saya terima dari keluarga garis keturunan Dr Haroen Al Rasjid Nasoetion, dicatat Soetan Abdoel Azis memiliki tujuh anak, tiga diantaranya dokter: Haroen Al Rasjid, Abdoel Hakim gelar Soetan Isrinsah dan Mamoer Al Rasjid. Keturunan mereka ini juga sangat baik. Putri Dr Haroen Al Rasjid di Telok Betoeng bernama Ida Loemongga menjadi perempuan pribumi pertama yang meraih gelar doktor (PhD) di bidang kedokteran di Belanda (1932). Dr Abdoel Hakim wakil walikota (locoburgemeester) Padang bernama Egon Hakim, sarjana hukum lulusan Leiden menjadi menantu MH Thamrin. Bagaimana dengan Dr Mamoer Al Rasjid?


Dr. Sjahrir (24 Februari 1945 – 28 Juli 2008) yang akrab disapa Ciil adalah seorang aktivis, ekonom dan politisi Indonesia. Sjahrir dikenal sebagai salah seorang mahasiswa yang dijebloskan ke penjara sewaktu peristiwa Malari di Jakarta tahun 1974. Sampai akhir hayatnya dia menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden membawahi bidang ekonomi yang resmi dilantik pada tanggal 11 April 2007. Sjahrir merupakan anak semata wayang dari pasangan Minangkabau, Maamoen Al Rasjid dan Roesma Malik (Roesma asal Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat). Ayahnya pernah kuliah di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) dan menjadi pejabat pemerintah pada masa pemerintahan kolonial Belanda, sementara ibunya adalah pegawai Inspektorat Pendidikan Wanita di Departemen Pendidikan jebolan Syracuse University, Amerika Serikat. Meskipun berasal dari Koto Gadang, keluarga Sjahrir lebih banyak tinggal di pulau Jawa; Kudus, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, dan terutama Jakarta. Ia menikah dengan Kartini Panjaitan, seorang doktor di bidang antropologi yang kini menjabat Duta Besar RI untuk Argentina. Juga ketua Asosiasi Antropologi Indonesia. Dari pernikahan itu, pasangan Sjahrir-Kartini memperoleh seorang putra, Pandu Patria Sjahrir, serta seorang putri, Gita Rusmida Sjahrir (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Mamoer Al Rasjid alumni STOVIA? Seperti disebut di atas, Mamoer Al Rasjid adalah saudara kandung Haroen Al Rasjid dan Abdoel Hakim. Bagaimana dengan nama Maamoen Al Rasjid yang di dalam Wikipedia disebut kuliah di STOVIA? Yang jelas Hariman Siregar dan Sjahrir adalah dua diantara tokoh mahasiswa dalam Peristiwa Malari 1974. Lalu bagaimana sejarah Mamoer Al Rasjid alumni STOVIA? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 08 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 10-2: Reformasi cara Berpikir Penulisan Sejarah di Indonesia;Para Sejarawan vis-a-vis Para Peminat Sejarah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini

Sejarah pada dasarnya hanya sekadar narasi fakta dan data, yakni suatu narasi masa kini tentang pengetahuan masa lalu. Sebagai suatu pengetahuan, narasi hanya terbatas pada pendeskripsian suatu hal yang pernah ada atau suatu peristiwa yang benar-benar terjadi. Pengetahuan masa lalu dimanapun itu berada atau dimanapun itu terjadi seharusya menjadi pengetahuan yang menjadi milik semua umat dimana pun ia berada. Lalu mengapa hingga kini sejarah (masa lampau) masih menafsirkan (menarasikan) secara berlebihan, dikerdilkan atau dibesar-besarkan yang justru menyebabkan terjadinya penyimpangan sejarah. Di era reformasi yang sekarang, cara berpikir penulisan sejarah di Indonesia perlu juga direformasi.


Sejarah adalah narasi fakta dan data. Membaca narasi sejarah menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Sementara belajar dan mempelajari sejarah tentu saja banyak manfaatnya. Satu yang tidak pernah disadari, sejarah sendiri adalah medium yang penting untuk melakukan peramalan (forecasting) untuk digunakan dalam perencanaan keberlanjutan. Sementara itu, AI Wikipedia menyatakan bahwa reformasi cara berpikir dalam penulisan sejarah mengacu pada perubahan cara pandang dan pendekatan dalam merekonstruksi dan memahami masa lalu. Ini melibatkan pergeseran dari narasi tunggal dan otoritatif menuju interpretasi yang lebih beragam, kritis, dan inklusif, serta mempertimbangkan berbagai perspektif dan pengalaman sejarah. Dari narasi tunggal ke multiperspektif  hingga ke pendekatan kronologis ke diakronik dan sinkronik, suatu penulisan sejarah tidak hanya berfokus pada urutan waktu (kronologis), tetapi juga mempertimbangkan konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik pada suatu periode (diakronik) dan dalam suatu ruang (sinkronik). 

Lantas bagaimana sejarah reformasi cara berpikir penulisan sejarah di Indonesia? Seperti disebut di atas hingga kini sejarah (masa lampau) masih ada yang menafsirkan (menarasikan) secara berlebihan, dikerdilkan atau dibesar-besarkan, yang justru menyebabkan terjadinya penyimpangan sejarah. Dalam hal ini para penulis menggunakan ukuran (pendekatan) masa kini untuk memahami apa yang benar-benar ada atau benar-benar terjadi di masa lampau. Oleh karena itu tampakanya para sejarawan perlu ‘mendengar’ para peminat sejarah secara vis-à-vis. Lalu bagaimana sejarah reformasi cara berpikir penulisan sejarah di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 07 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 2-2: Sejarah dalam Penghormatan Terhadap Leluhur Masa Lalu: Tentang Asal-Usul Suku Bangsa Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini

Siapa leluhur bangsa Indonesia? Yang jelas terdapat penghormatan terhadap leluhur dari satu generasi ke generasi. Pada masa ini asal usul bangsa Indonesia disebut sangat beragam dan kompleks, dengan beberapa teori yang menjelaskan kedatangan nenek moyang ke kepulauan Nusantara. Teori yang paling umum diterima adalah bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah Yunan, Tiongkok Selatan, yang kemudian bermigrasi melalui jalur darat dan laut ke kepulauan Indonesia.


Beberapa teori dan pendapat ahli mengenai asal usul nenek moyang bangsa Indonesia: 1. Teori Yunan: bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina, dan masuk ke Indonesia melalui dua gelombang migrasi. 2. Teori Out of Taiwan: Teori ini menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan dan menyebar ke wilayah Nusantara. 3. Teori Nusantara: Teori ini menekankan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah penduduk asli kepulauan Indonesia yang kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah. 4. Teori Afrika: Teori ini menyatakan bahwa manusia purba dari Afrika menyebar ke berbagai benua, termasuk Indonesia. Secara umum, nenek moyang bangsa Indonesia diperkirakan terdiri dari beberapa kelompok, antara lain: Proto Melayu (Melayu Tua): Kelompok ini diyakini sebagai kelompok pertama yang masuk ke Nusantara dan membawa budaya Neolitikum. Deutero Melayu (Melayu Muda): Kelompok ini masuk ke Nusantara setelah Proto Melayu dan membawa budaya perunggu dan besi. Melanesoid: Kelompok ini diperkirakan mendiami wilayah Indonesia bagian timur, seperti Papua. Negrito dan Weddid: Kelompok ini diperkirakan sudah ada di Indonesia sebelum kedatangan kelompok Melayu. Perlu diingat bahwa teori-teori ini merupakan hasil penelitian dan pendapat para ahli, dan masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini (AI Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah dalam penghormatan terhadap leluhur masa lalu? Seperti disebut di atas penghormatan terhadap leluhur sudah dimulai dari generasi ke generasi sejak masa lampau. Dalam hal inilah penting penulisan sejarah tentang asal-usul bangsa Indonesia. Lalu bagaimana sejarah dalam penghormatan terhadap leluhur masa lampau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 04 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 1-3: Indonesiasentris dan Penulisan Sejarah Nasional di Indonesia (Sejarah di Indonesia vs Sejarah di Daerah)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini

Hari ini adalah hari terakhir Diskusi Publik Sejarah Indonesia di Makassar (setelah tiga yang pertama di Depok, Banjarmasin dan Padang). Pada hari ini seorang guru, mengkritik Diskusi Publik ini pada dasarnya hanyalah sekadar Sosialisasi Penulisan Sejarah Indonesia. Bagaimanapun, apapun nama yang diberikan, diskusi publik atau sosialisasi publik, ada tidak ada masukan dari peserta publik, ada tidak ada yang diterima para penulis jilid, show must go on, Sejarah Indonesia tetap harus diselesaikan. Mengapa? Anggaran proyek penulisan Sejarah Nasional sudah berjalan (sudah barang tentu harus ada outputnya).


Apa itu Indonesia sentris? Tampaknya artinya juga termasuk apa yang dikatakan, dilihat dan diinterpretasi orang Indonesia. Celakanya apa yang dilakukan itu, terkesan yang sebaliknya tidak dianggap penting lagi. Sementara itu sejarah adalah narasi fakta dan data. Artinya suatu sejarah dinarasikan adalah suatu kejadian/peristiwa dan suatu yang ada yang benar-benar pernah ada dan pernah terjadi yang didukung oleh data. Nah, data dalam hal ini bersifat empiris (dapat diverifikasi) dari siapapun darimanapun sumber datanya. Data tidak pernah memiliki jender. Yang kedua yang mengemuka dalam rangkaian Diskusi Publik Sejarah Indonesia soal sejarah nasional versus sejarah lokal. Apa itu sejarah nasional? Lalu yang ketiga tentang perihal bukti. Ada bukti yang mencatat penanggalan seperti prasasti dan produk cetakan seperti dokumen lepas, buku, majalah dan surat kabar. Bagaimana dengan yang tidak ada penanggalan? Metode teknologi sudah dapat digunakan seperti uji karbon dan uji genom. 

Lantas bagaimana sejarah Indonesia Sentris dalam penulisan Sejarah Nasional Indonesia? Seperti yang disebut di atas, diskusi publik Sejarah Indonesia berakhir sudah hari ini, berakhir pula masukan yang diperlukan. Bagaimanpun, untuk mengejar peluncuran buku pada tanggal 17 Agustus, waktu tersisa kurang dari dua minggu untuk proses editing, layout dan proses percetakan mungkin tidak lazim untuk proses penerbitan yang normal. Sebagai buku dengan judul Sejarah Nasional Indonesia bagaimana buku 10 jilid tersebut dapat melokalisir Sejarah di Indonesia vs Sejarah di Daerah. Kita lihat saja nanti. Lalu bagaimana sejarah Indonesia Sentris dalam penulisan Sejarah Nasional Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 03 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 6-2: Jelang Indonesia Merdeka Tahun 1945; Jepang dalam Posisi Genting dengan Sekutu Pimpinan Amerika


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini 

Sejarah Indonesia jelang kemerdekaan Indonesia sudah banyak ditulis. Satu yang penting dari sisi Indonesia adalah sudah dipersiapkannya berbagai aspek dalam kemerdekaan Indonesia seperti dasar negara (Pancasila), statuta negara (RUUD) dan lainnya. Namun bagaimana situasi dan kondisi di sisi Jepang sendiri kurang terinformasikan. Satu yang jelas, Jepang dalam posisi genting dengan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat.


Berdasarkan Buku SNI Jilid 6: Pada tanggal 28 Mei 1945 BPUPKI diresmikan yang kemudia esoknya tanggal 29 dimulai persidangan untuk merumuskan dasar negara (statuta). Dalam rapat terakhir 1 Juni dasar negara diusulkan Ir Soekarmo dengan nama Pantja Sila. Demikianlah seterusnya hingga perumusan terakhir draf dasar negara yang dilakukan pada persidangan tanggal kedua mulai tanggal 10 Juli yang juga membahas wilayah negara, persiapan RUUD, pembentukan panitia Perancang UUD, pembelaan tanah air, serta keuangan dan perekonomian. Panitian Perancang UUD diketuai Ir Soekarno dengan 18 orang anggota: Mr AA Maramis, Otto Iskandar Dinata, Poeroebojo, Agus Salim, Mr Ahmad Subardjo. Prof Dr Mr Soepomo. Mr Maria Ulfah Santoso, Wachid Hasjim, Parada Harahap, Mr Latuharhary, Mr Susanto Tirtoprodjo, Mr Sartono, Mr Wongsonegoro, Wuryaningrat, Mr RP Singgih, Tan Eng Hoat, Prof Dr PA Hoesein Djajadiningrat, dan dr Sukiman. Demikian selanjutnya hingga pada sidang kedua rapat besar pada tanggal 16 Juli 1945 semua anggota setuju sebulat-bulatnya. 

Lantas bagaimana sejarah jelang Kemerdekaan Indonesia tahun 1945? Seperti disebut di atas bahwa dari sisi Indonesia segala sesuatunya telah dipersiapkan, sementara Jepang dalam posisi genting dengan Sekutu pimpinan Amerika Serikat. Lalu bagaimana sejarah jelang Kemerdekaan Indonesia tahun 1945? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 01 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 9-2: Adam Malik Menteri Luar Negeri dan Jose Ramos Horta; Integrasi Timtim - Disintegrasi Timor Leste


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini 

Nama Adam Malik dan Jose Ramos Horta terhubung bermula tahun 1974. Adam Malik setelah keluar dari panjara Padang Sidempoean merantau ke Batavia (baca: Djakarta). Pada usia 20 tahun, Adam bersama dengan Soemanang, Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, memelopori berdirinya kantor berita Antara. (lihat Surat Kabar di Padang Sidempuan ‘Tempo Doeloe’ dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Pers Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan: Adam Malik Batubara). Bagaimana dengan Jose Ramos Horta?


Bertemu Jokowi, Jose Ramos-Horta Kenang Pertemuan dengan Adam Malik. Dalam pertemuan paleno ini, Jokowi menyampaikan kepada Jose Ramos-Horta bahwa dirinya ingin membahas penguatan kerja sama bilateral. Tempo, 19 Juli 2022: Dalam pertemuan paleno ini, Jokowi menyampaikan kepada Ramos-Horta bahwa dirinya ingin membahas penguatan kerja sama bilateral, khususnya di bidang ekonomi. Ramos-Horta kemudian menyampaikan bahwa dirinya merasa terhormat bisa mengunjungi dalam masa kepresidenan Jokowi ini. Kepada Jokowi, Ramos-Horta mengatakan bahwa dirinya telah beberapa kali mengunjungi Indonesia. "Pertama kali yaitu pada 1974, di mana saya bertemu Pak Malik,". Pertemuan dengan Malik juga muncul dalam pidato Ramos-Horta saat pemberian Nobel. "Juni 1974, saya mengunjungi Jakarta, dalam kapasitas saya sebagai Sekretaris Urusan Luar Negeri Timor Social Democratic Association yang baru saja dibentuk, kurang dari sebulan sebelumnya. Saya mendapat kehormatan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu, Bapak Adam Malik". Kala itu, kata Ramos-Horta, hanya ada tiga hotel besar di Indonesia yaitu Hotel Indonesia, Hotel Kartika Plaza, dan Hotel Kartika Chandra. "Saya tidak menginap di hotel itu, saya menginap di Losmen," kata dia, disambut tawa peserta pertemuan. 

Lantas bagaimana sejarah Adam Malik Menteri Luar Negeri dan Jose Ramos Horta? Seperti disebut di atas, nama Adam Malik dan Ramos Horta di masa lampau dalam hal integrasi Timor Timur dan pada masa kini dalam hal disintegrasi Timor Leste. Lalu bagaimana sejarah Adam Malik Menteri Luar Negeri dan Jose Ramos Horta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.