*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini
Pagi ini (10-11-2025) Presiden RI Prabowo
Subianto membuka hari pahlawan dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional
kepada 10 tokoh baru. Artikel ini tidak sedang membicarakan itu, melainkan
tentang para pahlawan Indonesia, hari pahlawan dan gelar pahlawan nasional di
kota pahlawan Surabaya. Ada dua nama menggunakan Soetomo, yakni Dr Raden
Soetomo dan Soetomo alias Bung Tomo.
Gelar Pahlawan Nasional di Indonesia adalah penghargaan tertinggi dari negara yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang dianggap berjasa luar biasa bagi bangsa dan negara. Pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2025, Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh baru. Penerima Gelar Pahlawan Nasional Terbaru (10 November 2025). Berikut adalah 10 tokoh yang baru saja menerima gelar Pahlawan Nasional: Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (Jawa Timur); Jenderal Besar TNI Soeharto (Jawa Tengah); Marsinah (Jawa Timur); Mochtar Kusumaatmadja (Jawa Barat; Hajjah Rahmah El Yunusiyah (Sumatera Barat); Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Jawa Tengah); Sultan Muhammad Salahuddin (Nusa Tenggara Barat); Syaikhona Muhammad Kholil (Jawa Timur); dr. Kariadi (Jawa Tengah); Zainal Abidin Syah (Maluku Utara). Dasar Hukum dan Kriteria: Pemberian gelar Pahlawan Nasional diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2010. Syarat umum untuk menjadi Pahlawan Nasional antara lain: Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang di wilayah NKRI; Memiliki integritas moral dan keteladanan; Berjasa secara signifikan bagi bangsa dan negara, yang berdampak luas bagi kemajuan, kesejahteraan, dan martabat bangsa; Tidak pernah berkhianat kepada bangsa dan negara; Gugur atau meninggal dunia bukan akibat perbuatan tercela; Proses pengusulan dapat dimulai dari masyarakat atau pemerintah daerah, kemudian dibahas di tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga Kementerian Sosial, sebelum diajukan kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan untuk mendapatkan persetujuan akhir (AI Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia, Hari Pahlawan dan Gelar Pahlawan Nasional? Seperti disebut di atas, banyak Pahlawan Indonesia, tetapi hanya sedikit yang mendapat gelar Pahlawan Nasional. Bagaimana dengan Dr Soetomo dan Bung Tomo di Soerabaja? Lalu bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia, Hari Pahlawan dan Gelar Pahlawan Nasional? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah ahli sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.
Pahlawan Indonesia, Hari Pahlawan dan Gelar Pahlawan Nasional; Dr Soetomo dan Bung Tomo
Ada perbedaan daftar nama yang diberikan oleh AI Wikipedia dan Kompas.com. Perbedaan karena berbeda sumber. Yang mana yang benar? Demikian pula narasi dalam sejarah Indonesia kerap terjadi perbedaan data, analisis dan interpretasi. Hal itu juga yang berlaku pada nama Soetomo. Oleh karena keduanya berjuang di Soerabaja, bahwa ada juga yang menganggap Dr Soetomo dan Bung Tomo dalam orang yang sama. Faktanya tidak demikian. Sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data.
JAKARTA, KOMPAS.com -
Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada 10
tokoh di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Senin
(10/11/2025). Berikut ini 10 nama yang dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh
Prabowo: Abdurrahman Wahid, tokoh dari Jawa Timur Jenderal Besar TNI Soeharto,
tokoh dari Jawa Tengah Marsinah, tokoh dari Jawa Timur Mochtar Kusumaatmaja,
tokoh dari Jawa Barat Hajjah Rahma El Yunusiyyah, tokoh dari Sumatera Barat
Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, tokoh dari Jawa Tengah Sultan Muhammad
Salahuddin, tokoh dari NTB Syaikhona Muhammad Kholil, tokoh dari Jawa Timur
Tuan Rondahaim Saragih, tokoh dari Sumatera Utara Zainal Abisin Syah, tokoh
dari Maluku Utara (Sumber: https://nasional.kompas.com).
Dr Soetomo sudah lama tiada, meninggal tahun 1938 di Soerabaja. Soetomo atau kemudian lebih dikenal Bung Tomo Namanya baru muncul pada perang mempertahankan kemerdekaan di Soerabaja (1945).
Amigoe di Curacao,
30-11-1945: ‘Korban. Pasukan Inggris di Jawa telah menderita 774 korban sejauh
ini, 109 di antaranya tewas antara 5 Oktober dan saat ini. Satu batalion
Mahratta diterbangkan dari Surabaya ke Semarang, di mana bantuan mendesak
dibutuhkan untuk melindungi para interniran terakhir. Para mantan interniran ini
sedang diangkut dari kamp Ambarawa. Seorang juru bicara Inggris menyatakan
bahwa Soemarno, penasihat Soetomo, salah satu pembicara pejuang di Radio
Surabaya, tewas dalam pertempuran tersebut. Stasiun radio tersebut kini
beroperasi di luar Surabaya dan telah meminta makanan untuk para pejuang yang
masih bertempur di dalam kota (Aneta).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Dr Soetomo dan Bung Tomo: Pahlawan Indonesia di Soerabaja Berbeda Generasi
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang
warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor
(1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai
dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya
memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar
dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau
waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya
sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek
sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah
dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:
Posting Komentar