Jumat, 29 Desember 2017

Sejarah Makassar (12): Pelukis-Pulukis Era Kolonial Belanda Mewariskan Data Sejarah; Vingboons, Hooghe, Aubert dan Reimer

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini


Data sejarah, dalam berbagai bentuk adalah lisan, tulisan dan lukisan. Sebelum ditemukan teknologi foto dan teknologi perekam suara, data sejarah sangat tergantung pada tulisan dan lukisan. Tulisan dapat ditemukan pada surat kabar, buku atau dokumen lepas. Lukisan adalah gambar dalam berbagai bentuk: sketsa, lukisan dan peta. Dua bentuk data ini jika dikombinasikan: tulisan menjelaskan lukisan dan sebaliknya lukisan menjelaskan tulisan. Dua bentuk sumber data (tulisan atau lukisan) bukanlah bersifat komplementer tetapi bersifat substitusi (saling menggantikan).

Lukisan tertua di Maros, Celebes, 40.000 Tahun (M. Aubert)
Sangat jarang penulis sejarah memanfaatkan lukisan. Lukisan cenderung hanya ditempatkan sebagai pendamping. Bahkan tidak jarang lukisan hanya dianggap sebagai illustrasi semata. Padahal, lukisan (sebelum ada teknologi fotografi) berfungsi sebagai instrumen perekam yang andal. Suatu rekaman gambar (lukisan) yang dapat diperhatikan secara detail (seperti halnya tabel data statistik). Para ilmuwan (seperti botanis, geolog) atau perwira militer yang memimpin ekspedisi ke wilayah yang baru (dan terpencil) mereka harus piawai menggambar atau paling tidak di dalam tim disertakan satu atau beberapa orang pelukis (painter). Fungsi pelukis dalam hal ini adalah untuk memproduksi dokumentasi (dalam bentuk sketsa, peta atau lukisan). Ajudan seorang komandan dalam ekspedisi cenderung dipilih yang memiliki bakat melukis.

Siapa saja pelukis-pelukis yang telah mengabadikan situasi dan kondisi di Makassar tempo doeloe? Apa saja hasil karya mereka yang masih ditemukan pada masa ini, yang dapat memutar jarum jam memori ke masa lampau? Memahami biografi mereka akan bermanfaat untuk memvalidasi data tahun dalam karya mereka. Hasil-hasil karya mereka sejatinya adalah suatu data yang sangat esensial dalam penulisan sejarah (termasuk sejarah Kota Makassar). Ternyata mereka datang dari berbagai lapisan dari berbagai bangsa. Mari kita telusuri dari pelukis lukisan yang tertua.

Anonim

Lukisan Makssar 1636
Salah satu gambaran visual terawal tentang pantai Macassar adalah lukisan yang dibuat tahun 1636. Lukisan tersebut mengindikasikan suatu lanskap pantai Makassar di suatu sudut tertentu dengan latar perbukitan. Di dekat garis pantai tampak sejumlah bangunan besar yang diduga rumah/istanan raja atau loji dari para pedagang-pedagang Eropa. Sebagaimana diketahui perwakilan Belanda/VOC sudah ada tahun 1607 di Sombaopoe, ibukota kerajaan/kesultanan Gowa (Makassar) adalah Sombaopoe. Di tengah laut dilukiskan sebuah perahu besar yang diduga miliki penduduk asli, yang mana gerak tim pendayung diiringi dengan alat musik semacam perkusi, .

Peta Oost Indie (sebelum 1632)
Penulisan tentang Oost Indie oleh Belanda/VOC pada dasarnya sudah dimulai sejak pelayaran pertama Cornelis de Houtman. Di dalam Jurnal yang terbit tahun 1598 terbaca dengan jelas detail perjalanan hari demi hari Cornelis de Houtman. Pelukisan juga sudah terdapat di dalam jurnal C de Houtman. Namun untuk hal pemetaan (mapping) dalam bentuk kartografi secara detail baru diarahkan pada tahun 1616. Pada tahun 1617 sebuah agensi di Amstedam ditunjuk untuk mengumpulkan semua dokumen sketsa peta dan chart untuk membangun peta yang lebih luas (lihat Mapping the Dutch World Overseas in the Seventeenth Century by Kees Zandvliet). Gubernur Jenderal Hendrik Brouwer  (1632–1636) yang mulai menyadari arti penting peta. Belanda/VOC adalah sponsor yang yang paling aktif dalam pembuatan peta/atlas (dunia).

Johannes Vingboons

Johannes Vingboons adalah pelukis dengan menggunakan teknik tradisional. Salah satu lukisannya yang terkenal adalah view Kota Sombaopoe, Kerajaan/Kesultanan Goa (Makassar). Lukisan ini seakan memetakan kota Sombo Opoe, suatu kota yang terbilang kota besar saat itu. Lukisan/peta ini dibuat sekitar tahun 1665 (sebelum terjadinya perang dan perjanjian Bongaja, 1667).

Kota Sombaopoe, Makassar, 1665
Johannes Vingboons lahir tahun 1616, meninggal di Amsterdam 20 Juli 1670. Johannes Vingboons yang berasal dari keluarga seni membidangi lukisan dan kartografi. Disebutkan, Johannes Vingboons telah melakukan pelayaran ke Oost Indie dan bekerja untuk VOC. Tidak banyak yang diketahui tentang riwayatnya di Oost Indie, apakah pernah bekerja di Makassar. Lukisan tentang Kota Sombaopoe hasil karyanya merupakan gambaran terawal tentang luasnya kota yang menjadi ibukota Kerajaan/Kesultanan Gowa (Makassar).

Romeyn de Hooghe

Romeyn de Hooghe seorang seniman Belanda yang terkenal. Salah satu karya tentang (meme) Victorien de Nederland yang menggambarkan Perang Gowa yang dipimpin oleh Corenelis Sppeelman (yang dibantu Aroe Palakka). Disebut judul lukisan Victorien de Nederland di satu sisi seakan menggambarkan kemenangan Belanda (bukan VOC di Oost Indie) dan di sisi lain menggambarkan perang ini sebagai bentuk perlawanan hebat dari penduduk Makassar. Lukisan ini diperkirakan dibuat antara tahuan 1669-1675. Lukisan ini tampanya dipesan oleh kerajaan yang dilakukan oleh pelukis besar.

Perang Goa (lukisan 1669-1675)
Romeyn de Hooghe lahir (bapt) tanggal 10 September 1645 di Amsterdam adalah seniman hebat yang memiliki minat dalam bidang draughtsman, painter, sculptor and medalist. Dalam karirnya telah menghasilkan sebanyak 3500 prints. Romeyn de Hooghe selain memiliki galeri juga banyak terlibat dalam pembuatan illustrasi di surat kabar maupun dalam pembuatan buku, Romeyn de Hooghe diduga tidak pernah datang ke Oost Indie. Lukisannnya tentang perang di Makassar diduga adalah pesanan kerajaan yang mengadirkan sejumlah narasumber untuk mendapatkan bahan bagi Romeyn de Hooghe dalam membuat lukisan. Romeyn de Hooghe meninggal 10 June 1708. Potret Aroe Palakkan dan Speelman adalah karya Romeyn de Hooghe.

Jean Michiel Aubert

Jean Michiel Aubert memberi kontribusi tentang view benteng Rotterdam dan bagian tembok kota Makasar dengan rumah-rumah batu dan situasi yang ada di luar dinding benteng. Lukisan ini dibuat tahun 1750.

Lukisan Benteng Rotterdam, Makassar 1750
Jean (Johannes) Michiel Aubert lahir England tahun 1717. Ayahnya adalah seorang pengungsi Prancis. Auber datang ke Oost Indie sebagai pelaut pada tanggal 25 Mei 1738 dan tiba di Batavia 2 Januari 1739. Aubert mendarat di Macassar pada tanggal 25 Agustus 1739. Aubert kemudian bekerja sebagai bookkeeper VOC di Macassar. Aubert juga memiliki kemampuan draught dan surveyor. Selama di Celebes, Aubert banyak membuat chart tentang Celebes yang menjadi bahan untuk pembuatan atlas Celebes. Jean Michiel Aubert memiliki multi talenta, termasuk paint dan kartografi secara otodidak dengan kemampuan berbagai bahasa: Inggris, Prancis, Belanda, Portugis dan Melayu serta sedikit-sedikit bahasa China, Bugis dan Makassar. Anaknya juga pernah bekerja di Makassar sebagai bookkeeper. Jean Michiel Aubert meninggal di Ceilon, diperkirakan tahun 1762.

Carl Friedrich Reimer

Carl Friedrich Reimer menghasilkan kayra sketsa pantai Makassar yang berpusat di benteng Rotterdam yang diperkirakan dibuat tahun 1790. Sketsa ini memetakan keberadaan dan posisi topografi Kampong Baroe, Vleck Vlaardingen, Kampong Malayo, Kampong Boegis, Pannehoekan, Maruso, Benteng Madura dan redoute Vrydenburg. Carl Friedrich Reimer juga membuat sketsa topografi Batavia (1788), Ambon, Banda dan Ternate.

Peta Kota Makassar, 1790
Carl Friedrich Reimer lahir di Durben, Latvia 8 Oktober 1764. Bekerja untuk VOC sebagai tentara, dokter bedah junior dan insinyur. Karena kemampuan menggambar,  Carl Friedrich Reimer diangkat menjadi insinyur militer yang kemudian menjadi seorang kepercayaan Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting. Tugasnya adalah observasi terhadap sejarah alam Hindia Belanda, benteng-benteng dan tanaman bermanfaat, dimana VOC bisa memanfaatkannya menjadi komoditas yang menarik secara komersial. Di Riau (Tanjung Pinang) Reimer mengamati pamanfatan dan budidaya gambis secara lokal. Carl Friedrich Reimer menjadi etnobotani. Hasil-hasil pekerjaannya telah memberi kontribusi ke bidang ilmu pengetahuan. Carl Friedrich Reimer meninggal di Durben, Latvia, 26 Maret 1833.

Tunggu deksripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar