Jumat, 29 Juni 2018

Sejarah Jakarta (27): Sekolah Hukum Recht School di Batavia; Mr. Radja Enda Boemi, Ph.D, Meraih Gelar Doktor di Leiden, 1925


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Sekolah Hukum Rechts School di Batavia (1909-1927) telah meluluskan banyak ahli hukum. Namun tidak semuanya melanjutkan studi ke Belanda. Diantara yang studi hukum di Belanda hanya beberapa yang meraih gelar doktor (Ph.D). Yang jelas, Rechts School ini telah turut melahirkan pejuang-pejuang yang turut merebut kemerdekaaan Indonesia.

Selain Rechts School juga terdapat jenis sekolah yang lainnya. Yang pertama didirikan adalah sekolah guru (Kweekschool) tahun 1850, kemudian disusul pendirian sekolah kedokteran Docter Djawa School tahun 18951 (yang kemudian tahun 1902 berubah menjadi STOVIA). Sekolah kedokteran hewan Veeartsen School didirikan di Buitenzorg tahun 1875 lalu disusul pendirian sekolah pertanian Lanbouw School. Di Bandoeng didirikan sekolah tinggi teknik Technisch Hooge School tahun 1920. Pada tahun 1924 STOVIA ditingkatkan statusnya menjadi sekolah tinggi kedokteran (Geneeskundige Hooge School) dan kemudian disusul Rechts School menjadi Rechts Hooges School tahun 1927.

Rechts School di Batavia menjadi cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Lantas bagaimana riwayat perjalanan para alumninya. Sudah barang tentu sudah banyak ditulis, namun tetap dirasakan masih belum cukup. Dengan upaya penggalian data masih dimungkinkan untuk memperkaya tulisan-tulisan yang sebelumnya. Mari kita mulai dari Rechts School itu sendiri.

Radja Enda Boemi: Meraih Gelar Doktor Hukum 1925

Rechts School dibuka tahun 1909. Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi masuk Rechts School tahun 1915. Setelah lulus Rechts School, Radja Enda Boemi diangkat sebagai pegawai pemerintah di Kantor Pengadilan Landraad Medan. Kemudian setelah beberapa tahun menjadi pegawai ia mendapat beasiswa untuk berangkat ke Negeri Belanda untuk mencapai gelar sarjana hukum (Mr).

Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 30-01-1921
Sekolah kedokteran hewan, Veeartsen School di Buitenzorg dibuka tahun 1907. Salah satu siswa yang pertama diterima adalah Sorip Tagor. Pada tahun 1912 Sorip Tagor lahir di Hoeta Imbaroe, Padang Sidempoean dinyatakan lulus dan bergelar Dokter Hewan (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-08-1912). Belum setahun menjadi asisten dosen di Veeartsen School, Sorip Tagor pada tahun 1913 berangkat melanjutkan studi ke Utrecht. Sorip Tagor lulus dari Rijksveeartsenijschool, Utrecht dan mendapat gelar dokter hewan (Dr) pada tahun 1921 (lihat Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 30-01-1921). Dr. Sorip Tagor Harahap adalah pribumi pertama yang meraih gelar dokter hewan. Saat Dr. Sorip Tagor dinyatakan lulus di Utrecht, JA Kaligis baru menyelesaikan ujian pertama. Dr. Sorip Tagor kelak dikenal sebagai kakek dari Inez Tagor, Risty Tagor dan Deisti Astriani Tagor (istri Setya Novanto, mantan Ketua DPR).

Pada rahun 1925, Radja Enda Boemi lahir di Batang Toroe Padang Sidempoean dinyatakan lulus di Universiteit Leiden dan mendapat gelar doctor (Ph.D) dengan desertasi berjudul: ‘Het grondenrecht in de Bataklanden: Tapanoeli, Simeloengoen en het Karoland’. Radja Enda Boemi adalah ahli hukum pertama dari Tanah Batak dan orang Indonesia kedua yang meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang hukum.

De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 22-06-1922
Orang Indonesia pertama yang mendapat gelar doktor (Ph.D) di bidang hukum adalah Mr. Gondokoesoemo pada tahun 1922 di Universiteit Leiden dengan judul desertasi adalah ‘Vernietiging van Desabeslissingen in Indie’ (lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 22-06-1922). Gondokoesoemo lahir di Blora adalah salah satu alumni pertama dari Rechts School di Batavia. Orang Indonesia lainnya yang meraih doktor di bidang hukum adalah RM Koesoemah Atmadja lahir di Poerwakarta dengan judul desertasi ‘De Mohammedaansche vrome stichtingen in Indie’ (lihat Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 15-12-1922); Raden Soegondo lahir di Rembang dengan desertasi berjudul Vernietiging van Dorpsbesluiten (lihat De Preanger-bode, 22-01-1923); Soebroto dengan desertasi berjudul ‘Indonesische Sawah-verpanding’ (De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 25-09-1925).

Raden Soepomo: Raih Gelar Ph.D Predikat Cum Laude

Raden Soepomo adalah hali hukum Indonesia yang terbilang cemerlang. Raden Soepomo, lahir di Solo meraih gelar doktor di bidang hukum di Universiteit Leiden tahun 1927 dengan judul desertasi ‘De reorganisatie van 't agrarisch stelsel in het Gewest Soerakarta’ (lihat Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 09-07-1927). Yang bertindak sebagai promotor adalah Prof. Carpentier Alting. Raden Soepomo meraih gelar Ph.D dengan predikat Cum Laude, yang pertama orang Indonesia.

Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 09-07-1927
Rechts School di Batavia hingga tahun 1927 telah menghasilkan lulusan sebanyak 189 orang. Diantara mereka ini sebanyak 43 orang melanjutkan studi ke Belanda untuk mendapatkan gelar sarjana hukum Meester (Mr). Hanya beberapa orang yang berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) di Belanda. Yang pertama adalah Gondokoesoemo, yang kedua adalah RM Koesoemah Atmadja. Yang ketiga adalah Raden Soegondo. Yang keempat adalah Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi dan yang kelima adalah Soebroto dan yang keenam adalah Raden Soepomo.

Selain itu yang berhasil meraih gelar doktor di bidang hukum adalah Mr. Sartono pada tahun 1930. Tampaknya ada hubungan dekat antara Soepomo dan Sartono. Pada saat sidang terbuka Soepomo tahun 1927 di rumah PI dikibarkan bendera merah putih dan lambang kepala banteng. Sebagaimana diketahui sebelumnya di Bandoeng tahun 1926 telah berdiri Perhimpoenan Nasional Indonesia dan pada tahun 1928 telah berdiri Partai Nasional Indonesia. Bendera nasional adalah merah putih dan lambang partai nasional adalah kepala banteng. Ketua PNI adalah Soekarno dan setelah PNI dibubarkan tahun 1931 didirikan Partai Indonesia yang diketuai oleh Sartono.

Yang meraih gelar Ph.D di bidang kedokteran adalah Sardjito pada tahun 1919 lalu kemudian disusul oleh Mohamad Sjaaf. Doktor-doktor berikutnya di bidang kedokteran antara lain adalah Achmad Mochtar (1929), Sjoeib Proehoeman (1930) dan Aminoedin Pohan (1931). Tiga yang terakhir ini berasal dari Tapanoeli (Mandailing dan Angkola). Sedangkan perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar doktor adalah Ida Loemongga Nasution yang berhasil mempertahankan desertasi di bidang kedokteran tahun 1931 yang  berjudul ‘Diagnose en prognose van aangeboren hartgebreken’ (Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1931). Tentu saja masih banyak lagi orang Indonesia yang meraih gelar doktor, diantaranya adala Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia lahir di Padang Sidempoean meraih doktor di Universiteit Leiden dengan desertasi ‘Het primitieve denken in de moderne wetenschap’ (Algemeen Handelsblad, 09-12-1933). Soetan Goenoeng Moelia kelak lebih dikenal sebagai Menteri Pendidikan RI yang kedua.

Last but not least: Satu lagi yang berhasil meraih gelar doktor di bidang hukum dengan predikat suma cum laude adalah Masdoelhak Nasution di Universiteit Leiden pada tahun 1943 dengan desertasi berjudul ‘De plaats van de vrouw in de Bataksche Maatschappij’ (Friesche courant, 27-03-1943). Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D yang juga saudara sepupu Dr, Ida Loemongga, Ph.D adalah penasehat hukum Soekarno dan Mohammad Hatta di Djogjakarta. Pada hari pertama agresi militer Belanda ke Djogjakarta, Masdoelhak Nasution yang pertama diculik lalu dibunuh tanggal 21 Desember 1948. PBB di New York sangat marah terhadap pembunuhan ini dan meminta Kerajaan Belanda segera melakukan investigasi dan membawanya ke pendadilan (lihat De Heerenveensche koerier : onafhankelijk dagblad voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 01-02-1949).


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar